Jumat, 07 Juni 2013

Analisis Finansial Pemasaran Wortel


Usaha agribisnis dianggap layak apabila secara finansial menguntungkan, dan penilaian kelayakan usaha biasanya dilakukan dengan analisis finansial. Perusahaan harus mampu menjual barang yang dihasilkan semaksimal mungkin agar di dapat laba sesuai yang diinginkan tersebut. Apabila perusahaan menghubungkan antara biaya-biaya yang dikeluarkan, laba yang diperoleh dan volume penjualan akan didapatkan suatu analisa yang disebut sebagai cost, profit, dan volume analisis. Dengan adanya analisis ini akan diperoleh besarnya laba atau keuntungan yang akan diperoleh dan harus diperhatikan besarnya komponen biaya produksi dan harga (Sutrisno, 2009).
1.    Analisis Biaya Usahatani Wortel
Biaya usahatani merupakan total biaya tetap yang meliputi penyusutanperalatan dan sewa lahan, serta biaya variabel seperti biaya benih, pupuk,pestisida dan tenaga kerja per hektar dalam satu kali musim tanam yangdigunakan dalam usahatani.
Penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel disebut biaya total, sehingga dirumuskan sebagai berkut:
TC =  FC + VC
Keterangan :
TC         = Total Cost (total biaya produksi)
TFC       = Total Fixed Cost (total biaya tetap)
TVC       = Total Variable Cost (total biaya variabel)
2.    Penerimaan
Menurut Soekartawi (2002), yang dimaksud penerimaan adalah seluruh perolehan yang diterima perusahaan dari total produksi dikalikan harga jual produk.
Penerimaan dapat di nyatakan dalam rumus :
TR   = P x Q
Keterangan :
TR            = Total Revenue (total penerimaan)
P   = Price (harga)
Q  = Quantity (jumlah produksi)
3.    Pendapatan
Pendapatan merupakan keuntungan yang diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya produksi. Hubungan antara penerimaan dan pendapatan bersih dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
= TR – TC
Keterangan :
= Laba atau rugi
TR            = Total Revenue (total penerimaan)
TC            = Total Cost (total biaya produksi)
4.    Break Even Point (BEP)
Analisis titik impas atau Break Even Point (BEP) adalah suatu kondisi dimana pada periode tersebut perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Artinya pada saat itu penghasilan yang diterima sama dengan biaya yang dikeluarkan (Sutrisno, 2009).
Perhitungan BEP dengan pendekatan matematik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, atas dasar unit dan atas dasar rupiah yang menggunakan rumus (Sutrisno, 2009) :
a.     Break Even Point dalam nilai Penjualan (rupiah)
b.    Break Even Point (BEP) dalam volume produksi (unit)
5.    Return Cost Ratio (R/C Ratio)
R/C ratio merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak apabila nila R/C ratio yang diperoleh lebih besar dari satu, dan sebaliknya suatu usaha dikatakan tidak layak jika R/C ratio yang diperoleh lebih kecil dari  satu. Sedangkan jika nilai R/C ratio sama dengan satu maka menunjukan bahwa usaha tersebut berada dalam keadaan impas.R/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

R/C ratio =
         Keterangan :
         R  : Revenue (Pendapatan)
         C  : Cost (Biaya)
         TR: Total Revenue (Pendapatan  total)
         TC: Total Cost (Biaya total)

Secara teoritis dengan rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan rugi. R/C rugi adalah < 1, sedangkan R/C rasio untung adalah > 1. Semakin besar R/C rasio maka akan semakin besar pula penerimaan yang akan diperoleh pengusaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar