Jumat, 07 November 2014

DEMOKRASI KLASIK: ATHENA


Mulai dari tahun 500 SM sampai 800 SM, pola kehidupan peradaban perkotaan mulai berkembang di negeri Yunani. Awalnya, peradaban kota-kota ini biasanya dikuasai oleh kerajaan lokal, tapi setalh terjadinya komplik yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa kemudian kota-kota ini didominasi oleh hirarki klan dan kesukuan. Kelangsungan kehidupan politik di negara-negara kota yang paling awal terhenti oleh kekuasaan tiran atau otokrat yang mencerminkan kepentingan-kepentingan dari orang-orang kaya. Dalam situasi politik yang kompleks dan tegang di kota-kota itu sering dibuat sebuah konsensi untuk mempertahankan kekuasaan.
Kemudian setelah itu menyusul penemuan-penemuan baru dalam peraturan perundang-undangan negara kota, sehingga memperbaiki kitab undang-undang yang sudah ada, baik yang dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Selama petengahan abad keenam muncullah bentuk pemerintahan demokratis pertama di Chios. Segera setelah itu, kota-kota lain lalu membentuk pemerintahan serupa dengan ciri khas masing-masing. Namun negara kota Athena tampak paling menonjol dan mengalami perkembangan pesat dalam demokrasi dibandingkan dengan negara kota yang lain. Tetapi budaya politik baru cukup banyak menyebar di seluruh peradaban Yunani. Perlu ditegaskan bahwa munculnya demokrasi ini tidak diakibatkan oleh serangkaian peristiwa saja, tetapi perkembangan demokrasi ditandai oleh suatu proses perubahan terus menerus dari generasi ke generasi.
Gabungan dari munculnya warga negara yang independen secara ekonomi dan militer dalam konteks komunitas yang relatif kecil dan padatlah yang mendorong jalan hidup yang demokratis. Perubahan politik terjadi dalam komunitas yang berjumlah ribuan yang hidup berdekatan dalam satu pusat perkotaan atau di daerah pedesaan namun memiliki garis pemisah geografis dan sosial. Faktor-faktor ini sangat penting dalam teori demokrasi, walaupun demokrasi Yunani klasik tidak menandakan hilangnya salah satu dari sedikit peluang untuk turut serta dalam banyak bidang urusan umum.

Cita-cita dan Tujuan Politik
Perkembangan demokrasi di Athena telah menjelma menjadi sumber yang sangat penting bagi inspirasi pemikiran politik modern. Cita-cita politik dari negara Athena seperti kesetaraan, kemerdekaan, rasa hormat pada hukum dan keadilan telah mempengaruhi pemikiran politik Barat. Secara formal, penduduk tidak mengalami hambatan untuk berpartisipasi dalam urusan umum atau pemerintaha berdasarkan pada kelas ataupun kekayaan. Rakyat memegang kekuasaan tertinggi atau kewenangan tertinggi untuk mengatur legislasi dan fungsi-fungsi yudisial.
Demokrasi Athena ditandai dengan komitmen masyarakat pada prinsip kebajikan sipil (civic virtue), yaitu dedikasi pada negara kota yang berbentuk republik dan mendahulukan kepentingan dan kebaikan orang banyak dari kepentingan pribadi dengan toleransi. Semua warga negara berkumpul untuk melakukan diskusi atau debat suatu permasalahan, atau memutuskan dan menetapkan hukum. Prinsip pemerintahan Athena adalam prinsip partisipasi langsung (direct participation). Di hadapan hukum semua orang adalah sama.
Ada dua kriteria kebebasan: (1) memrintah dan diprintah secara bergiliran dan (2) hidup seperti yang diinginkan. Untuk mengisi kriteria yang pertama sebagai prinsip pemerintahan yang efektif, kesetaraan sangatlah penting. Jadi, menurut Aristoteles demokrasi klasik membutuhkan kebebasan dan kebebasan membutuhkan kesetaraan politik yang ketat.

Ciri-ciri Institusional
Rakyat secara keseluruhan membentuk badan berdaulat utama di Athena, yaitu Majelis (Assembly). Majelis ini mengadakan lebih dari empat puluh rapat tiap tahun dan memiliki kuorum sebesar 6.000 warga. Majelis memutuskan komitmen politik dari negara Athena. Dalam memutuskan sebuah hukum, kebulatan suara (homonoia) selalu berusaha dicapai. Namun, Majelis mengizinkan persoalan-persoalan yang rumit untuk diputuskan dengan voting untuk menentukan suara terbanyak.
Karena Majelis merupakan sebuah badan yang sangat besar, maka dibentulah sebuah badan yang lebih kecil lagi yaitu Dewan (council). Dewan ini beranggotakan 500 orang. Dawan bertanggung jawab mengorganisir dan mengajukan keputusan-keputusan untuk publik. Kemudian Dewan ini dibantu badan yang lebih kecil lagi yaitu Komite yang berjumlah 50 orang yang dikepalai seorang presiden. Sedangkan fungsi-fungsi eksekutif di kota itu dilaksanakan oleh para hakim.

Eksklusifitas Demokrasi Kuno
Polis pada zaman klasik ini ditandai dengan adanya kesatuan, solidaritas, partisipasi dan kewarganegaraan yang sangat ketat. Pada mulanya, budaya politik yang berkembang di Athena adalah sebuah demokrasi kaum pria. Demokrasi kuno adalah demokrasi kaum pria, wanita tidak memiliki hak politik dan hak sipil mereka sangat terbatas. Sehingga hanya pria yang berusia 20 keatas tahun yang dapat ikut serta dalam politik.
Ketergantungan partisipasi penuh atas keterampilan dalam berorasi, pertentang antara kelompok-kelompok pemimpin yang bermusuhan, jaringan informal dari komunikasi dan tipu daya, munculnya faksi-faksi yang sangat bertentangan yang siap mendorong secepatnya langkah-langkah yang menentukan, mudahnya Majelis dipengaruhi keramaian sesaat, landasan yang tidak tetap dari keputusan tertentu yang melibatkan orang banyak, dan potensi ketidakstabilan politik secara umum oleh karena tidaknya adanya sistem pencegahan. Beberapa constitutional check pun dibuat dalam struktur demokrasi Athena pada masa selanjutnya untuk melindunginya dari keputusan tergesa-gesa yang tidak dapat diubah.
Politik Athena luar biasa intensif dan kompetitif, terlebih yang mendominasi Majelis dan Dewan biasanya dari golongan tinggi atau orang-orang kaya saja. Karena kekuasaan tidak terstruktur dalam sistem konstitusi dan pemerintahan yang kuat, peperangan politik seringkali berupa masalah pribadi. Namun demikian, stabilitas politik Athena mungkin bukannya disebabkan oleh berhasilnya sistem politik dalam negeri, tetapi lebih disebabkan oleh berhasilnya Athena menjadi negara penakluk. 

Para Kritikus
Kekecewaan atas kematian kotanya, dan menurunya standar kepemimpinan, moralitas dan hukum, dan puncaknya pada pengadilan dan kematian Socrates pada 399 SM, Plato semakin yakin bahwa kontrol politik harus ada di tangan minoritas. Dia sangatlah menentang keempat tipe konstitusi seperti oligarki, timokrasi, demokrasi dan tirani. Plato mengkritik keempat konstitusi itu, tapi dia paling menyalahkan demokrasi, yang dia artikan sebagai suatu bentuk masyarakat yang memperlakukan semua manusia sama, tidak perduli apakah mereka sama atau tidak dan memastikan bahwa tiap individu bebas melakukan apa yang dia inginkan. Kesetaraan politik dan kebebasan ini, menurut Plato adalah ciri khas demokrasi dan merupakan pangkal dari karakteristiknya yang patut disesalkan.
Klaim tentang kebebasan dan kesetaraan politik tidak sesuai dengan adanya otoritas, tatanan, dan stabilitas. Ketika individu bebas, hasilnya dalam jangka pendek adalah masyarakat yang tampak rukun. Namun dalam jangka panjang akibatnya adalah banyak orang hanya menuruti keinginannya dan permisif yang mengikis rasa hormat untuk otoritas moral dan politik. Dengan demikian kepaduan sosial terancam dan konflik antara kepentingan seksionalpun mengikutinya. Plato menyatakan, kejatuhan demokrasi sudah kelihatan.
Model demokrasi klasik dan kritik terhadapnya memiliki dampak yang lama terhadap pemikiran politik Barat modern. Model demokrasi klasik sebagai sumber inspirasi bagi banyak pemikir demokrasi dan kritik atasnya adalah peringatan bahayanya politik demokratis. Kemunduran demokrasi Athena dalam konteks merebaknya kekaisaran, negara-negara kuat dan rezim militer, dapat dirunut kembali dari faktor-faktor dalam dan luar negeri.
Negara kota Athena memiliki beberapa ciri yang sama dengan Roma pada saat mereka republik. Keduanya adalah masyarakat yang dicirikan banyak tatap muka dan budaya berbicara, keduanya memiliki elemen partisipasi rakyat dalam urusan pemerintahan, dan keduanya memiliki sedikit kontrol birokratis yang terpusat. Namun bila Athena adalah suatu republik demokrasi, sedangkan Roma adalah sistem oligarki.


Source : by RR

2 komentar:

  1. Terima Kasih. Membantu saya dalam mengerjekan Tugas Kampus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kembali sudah berkunjung, sila kan di salin sesuai keperluannya dan gunakan kaidah penulisan sesuai aturan yang benar, semoga bermanfaat bagi om Gurik Maiton.

      Hapus