Jumat, 14 November 2014

Pengaruh Media Massa Elektronik Televisi sebagai Komunikasi Politik

Artikel ini menganalisis tentang peran Media massa elektronik sebagai komunikasi politik. media massa elektronik televisi merupakan media yang sering dipergunakan elit politik untuk berkampanye di Indonesia. Elit politik menggunakan media massa televisi karena mudah untuk menyampaikan visi dan misi kampanye dengan efektif dan kreatif. Kuatnya pengaruh media televisi yang mampu menjangkau orang-orang cacat sekalipun seperti tuna netra dan tuna rungu. Walaupun harus membayar cukup mahal tetap saja para elit politik tetap membayarnya karena menurut mereka media massa elektronik sangat berpengaruh terhadap pemilihan nanti. Dari dasar itulah komunikasi politik melalui televisi banyak diminati oleh para pemain politik.

 Ketika kita mendangar kata media massa pasti yang terfikirkan oleh kita adalah sebuah pemberitaan yang di berikan untuk memuaskan keingin tahuan seseorang terhadap sesuatu. Media massa khususnya televisi sekarang sudah sangat menjadi senjata perang bagi para calon-calon politisi baru di negara Indonesia. Tidak di sangkal lagi untuk para politisi menggunakan televisi sebagai alat untuk menyampaikan visi dan misinya dengan efektif dan kreatif. Jika banyak masyarakat yang hanya menjadi penonton bukan yang turun langsung menjadi anggota politik maka mungkin tidak mungkin akan banyak orang yang mudah terpengaruh terhadap iklan yang di buat oleh para calon politisi. Kenapa para politisi menggunakan media massa? Jawabannya sangat mudah karena kemanangan dekrasi di Indonesia di tentukan oleh masyarakat langusung, karena itu momentum demokrasi Melahirkan dan menjadikan rakyat sebagai kunci kemenangan kandidat. Praktis, koalisi partai pendukung kandidat dan kemampuan finansial yang cukup besar, bukanlah jaminan kemenangan. Seorang politisi setidaknya mengharuskan populer dan dikenal masyarakat.
Dengan visi-misi dan program-program yang menarik masyarakat. Sarana yang paling efektif adalah sosialisasi. Bisa melalui media massa baik cetak maupun elektronik. Terlebih melalui media televisi. Tetapi tidak mengecilkan alat, atribut baligo kampanye maupun sarana pendukung lainnya. Termasuk soliditas tim sukses, mesin partai dan dukungan besarnya anggaran yang di butuhkan. Karena tentunya banyak variabel dalam menentukan kemenangan para politisi.
Dalam momentum demokrasi. peran media massa sangat vital. Berfungsi menjaga keseimbangan sebuah entitas negara dan masyarakat. Kebebasan pers termasuk media massa merupakan keunggulan dalam rezim demokrasi. Sehingga menjadi sarana penting dalam tegaknya berdemokrasi. Media massa memiliki fungsi kontrol. Karena melalui transformasi informasi, media massa mampu mengerem laju kebijakan peremintah yang tidak memihak kepada kepentingan masyarakat.


Media Massa Dan Partai Politik

Perhatian khusus terhadap media massa
Yang pertama dari persoalan yang meminta perhatian khusus yang merubah hubungan antara media massa dan partai politik dan pertanyaan mengenai pemilikan dan monopoli dalam alat komunikasi. Seperti Seymour-Ure (1974) telah mengemukakan pendapatnya, ada 3 dasar utama dalam hubungan politis antara koran dan partai:
     a)      Korespondensi organisasional – koran itu milik partai, dan dirancang untuk mencapai tujuan partai.
     b)      Mendukung tujuan sebuah partai- sebuah koran dan menentukan untuk memilih secara editorial untuk mendukung sebuah partai dan secara konsisten mendukung kebijakannya.
    c)      Korespondensi antara pembaca dan dukungan yang telah diberikan kepada sebuah partai- untuk alasan lain selain, sebuah koran mungkin saja menarik pembacanya dari sebuah kelas atau sektor sosial yang utamanya menyandarkan diri pada arah politik tertentu, tanpa adanya pilihan politis yang sadar yang telah dibuat.
Dalam kasus tautan organisasi, setiap dari kondisi yang lain adalah memungkinkan untuk dijumpai, tetapi tiga variabel yang disediakan merupakan kunci untuk menguji hubungan pers dengan partai dari simbiosis total sampai menjadi kemandirian yang menyeluruh.
Syarat pertama (sebuah dukungan aktif terhadap tujuan partai merupakan fitur yang umum pada koran-koran yang awal-awal terbit di Amerika Serikat dan juga sama umumnya dengan yang di Eropa k, paling tidak sampai Perang Dunia Kedua. Telah menurun secara besar-besar kecenderungan sebagai hasil dari kecenderungan umum kepada bentuk politik yang kurang ideologis tapi lebih banyak pada komersialisasi pers (lebih suka kepada netralitas atau keseimbangan kepentingan politik dalam kepentingan meluaskan cakupan pemasaran) penurunan dalam persaingan dan pilihan (koran yang memonopoli cenderung kurang terbuka pada pesekutuan kepada partai) meningkatnya profesionalisasi junalis, yang juga lebih menyukai obyektifitas dan informasi atas advokasi dan peran propaganda pers. Keterlibatan pers juga dibawah tekanan dari munculnya keseimbangan moral, dan obyektifitas jurnalis yang dipraktekkan (seringkali merupakan persoalan kebijakan publik) dalam penyiaran. Yang terkadang di salah gunakan oleh politisi politisi baru.

 Propaganda Media Massa
Studi moderen terhadap komunikasi politik sebenarnya dimulai dengan studi propaganda, khususnya sebagai respon terhadap penggunaan media yang dibuat oleh para pemilik media massa (pembuat media dan film) selama dan sesudah perang dunia pertama untuk memajukan patriotisme dan juga ideologi lain diantara media massa nasional. Persamaan yang awal pada komunikasi politik dengan propaganda dikuatkan oleh adanya contoh seperti Uni Soviet dan Nazi Jerman, keduanya menggunakan monopoli pengaturan media massa (sekarang termasuk di dalamnya adalah radio) karena mereka memiliki proyek yang berbeda dalam transformasi sosial.
Tidak mengherankan, istilah propaganda mendapatkan konotasi negatif. Hal ini digunakan sebagai indikasi untuk membentuk komunikasi persuasif dengan fitur atau keistimewaan. Proses komunikasi adalah ditujukan untuk pengirim pesan dari politisi ke pada penerima pesan, atau untuk mendapatkan manfaat bersama, hal ini melibatkan tingkat pengendalian yang tinggi dan manajemen dengan mengandalkan sumber yang ada. Tujuan dan identitas dari sumber seringkali disembunyikan. Secara umum, propaganda bersifat manipulatif, satu arah dan memaksa. Dalam makna peyoratif (pemburukan makna), istilah propaganda masih mengacu kepada komunikasi langsung dari partai politik dengan adanya peran media massa untuk merancang dan memobilisasi dukungan. Jadi media massa memang sudah sangat berpengaruh terhadap politik dari awalnya lahirnya politik. Propaganda di media massa yang mengarah ke perpolitikan memang sangat terlihat buruk tetapi tetap saja media massa lah yang cukup berjasa dalam menghasut atau meretorikakan masyarakat luas untuk memilih suatu politisi yang sedang mencalonkan dirinya entah itu menjadi apa, akan tetapi walau di media massa propaganda bururk tapi itu lah salah satu strategi yang di gunakan oleh para politisi. Propaganda sendiri mempunyai pengertian berupa rangkaian pesan yang bertujuan untuk memengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok orang yang tujuannya agar mereka nanti bisa mendukung diri kita atau mau mengikuti kemauan kita. Dari berbagai pendapat-pendapat, propaganda sebenarnya belum tentu buruk seperti persepsi yang kita yakini sampai saat ini. Kadang propaganda menyampaikan informasi yang benar namun yang kita dapati seringkali menyesatkan karena informasi yang disampaikan tersebut tidak semua disampaikan.
Orang yang menyampaikan propaganda biasanya memberikan fakta-fakta yang menguntungkan dirinya saja sedangkan fakta yang menyangkut pemberitaan buruk tentang dirinya atau kelompoknya dengan disengaja disembunyikan karena itu akan sangat merugikan dirinya atau kelompoknya sendiri. Tujuannya tidak lain untuk membuat citra dirinya dan kelompoknya semakin terlihat baik di mata sebagian besar masyarakat. Dengan hal ini banyak politisi yang melakukan propaganda secara langsung atau juga dengan cara menggunakan media massa elektronik maupun Koran. Satu hal lagi yang membuat propaganda menjadi istilah buruk adalah kecenderungan untuk menyebarkan informasi yang buruk untuk lawannya. Informasinya memang biasanya berupa fakta yang ada tetapi sudah dibesar-besarkan untuk meperburuk citra sang lawan karena itu banyak yang menganggap propaganda tidak baik atau tidak jujur karena hanya memperbaiki cita diri sendiri atau kelompoknya dengan cara menjelekkan lawannya.
Sebagus apapun propaganda yang kita lancarkan terhadap lawan kita tidak akan menemui kelancaran tanpa adanya suatu alat. Alat tersebut merupakan sebuah perantara bagi isi propaganda agar sampai kepada orang-orang yang kita tujukan atas propaganda tersebut. Alat propaganda tersebut tidak lain adalah media massa. Media masa tersebut melingkupi media dalam ruang seperti televisi maupun radio juga media luar luang seperti baliho, spanduk dan sebagainya. Media non kontemporer pun mempunyai andil yang besar dan berpengaruh untuk propaganda saat ini. Pada artikel kali ini saya akan mencoba membahas pemanfaatan media sebagai alat propaganda politik dan bagaimana pengaruhnya terhadap keberhasilan berpolitik mereka. Bagaimana pula etika yang harus dijalankan mengingat media massa merupakan sebuah tempat yang netral atau tidak memihak dan berita yang ada pada suatu media massa harus merupakan fakta yang apa adanya tanpa ada suatu fakta yang disembunyikan. Akan tetapi berat bagi saya untuk mempercayai media televisi untuk jujur dan apa adanya karena apa banyak sekali petinggi televisi yang turun untuk menjadi politisi baru di Indonesia. Sangat lah mudah bagi mereka untuk menggunakan media massa yang selalu di lihat orang mereka tinggal membuat iklan yang berisi visi dan misi dan lalu mereka tampilkan begitu saja dengan mudahnya.
Di saat nanti ada salah satu pemberitaan yang kurang baik pada lawannya mereka akan membesarkannya dengan mudah karena itu saya anggap tidak akan bisa media massa netral jika petingginya turun ke rancah politik. Hal yang penting lagi yang perlu diperhatikan dalam isi propaganda politik dimedia massa adalah kita harus mengetahui benar apa yang dibutuhkan masyarakat saat ini. Jadi kita harus mengetahui agenda masyarakat apa saja yang di inginkannya. Hal tersebut bisa diperoleh dengan menanyakan kepada anggota masyarakat apa yang mereka pikirkan dan bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang tengah menarik perhatian masyarakat. Masyarakat tentunya ingin tahu yang pada akhirnya isu-isu yang kita bawakan dalam propaganda bisa menjadi permintaan publik. Media yang mempunyai kepentingan teknis berperan dalam pemilihan dan pengemasan isu yang nantinya akan didistribusikan kepada khalayak menjadi sesuatu yang penting. Realitas yang ada jika menggunakan media akan membuat realitas tersebut terlihat lebih menojol karena di tanggakan sesuka pemilik atau direktur utama media massa.

CONTOH KASUS
Contoh nyata propaganda politik yang terjadi baru-baru ini adalah rivalitas Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakrie dan Ketua Umum PAN, Hatta Radjasa yang ingin memperebutkan kursi Presiden pada 2014 nanti. Aburizal Bakrie melakukan gerakan cepat dengan mendekati partai politik berbasis Islam seperti PPP dan PBR. Pria yang akrab dipanggil Bakrie ini mempunyai keuntungan sendiri jika propaganda politiknya terus dilakukan. Ko gitu? bakrie adalah pemilik dari stasiun televisi tvOne dan ANTV. Oleh karena itu akses untuk melakukan propaganda politiknya di dua stasiun televisi terbuka lebar. Pemberitaan yang baik tentang dirinya bisa ditonjolkan sedangkan pemberitaan yang miring bisa disembunyikan. Begitu pula dengan pemberitaan lawan politiknya. Bakrie melalui dua stasiun televisi miliknya bisa menyembunyikan keunggulan dari lawan berpolitiknya tersebut.
Media massa memang tidak dapat mempengaruhi orang untuk mengubah sikap, tetapi media massa cukup berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang. Ini berarti media massa mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Bisa jadi kalau Bakrie terus menerus membuat pemberitaan yang baik terhadap dirinya, masyarakat akhirnya mempersepsikan bahwa hal tersebut memang nyata. Kemungkinan besar hal ini berpengaruh pada cara berpikir masyarakat. Saat media selalu menampilkan tokoh tertentu, maka orang tersebut cenderung dianggap tokoh penting. Singkatnya, apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting juga oleh masyarakat dan apa yang dilupakan media akan dilupakan juga oleh masyarakat. Dengan demikian propaganda melalui media massa akan sangat efektif sekali, jika ada upaya membuat pesan propaganda dalam prioritas isi pesan media. Isi pesan inilah yang menjadi tawaran dalam mempengaruhi cara berpikir masyarakat.
Contoh lainnya adalah, Surya Paloh yang mendirikan organisasi masyarakat “Nasional Demokrat” terus menerus memanfaatkan media massa miliknya yaitu Metro TV untuk mempromosikan ormas yang dia bangun dan kemungkinan akan menjadi partai politik disaat menjelang pemilu Presiden 2014 nanti.
Selain itu, pada saat kampanye pilpres 2009 partai demokrat yang mencalonkan ketuanya sebagai calon presiden yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memiliki keunggulan yang cukupsignifikan karena dibantu oleh MNC group dalam mempromosikan partainya dan juga calon presidennya. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh dari si pemilik media tersebut yang saat itu sedang dekat dengan SBY. Ada pepatah mengatakan bahwa orang yang bisa menguasai dunia adalah orang yang menguasai media. Pada saat ini memang media tidak lagi pada posisinya yang semula, yaitu posisi netral dan tidak memihak pada partai politik dan bahkan tokoh politik sekalipun.


      Manfaat iklan politik.
Dunia pertelevisian ini dapat mengaktualisasikan makna kesejahteraan pada publik karena pada dasarnya iklan bersifat persuasif dan informatif. Karena bersifat informatif, iklan politik menjadi sarana politik bagi politisi untuk memberitaukan mereka bahwa politisi ini siap ikut untuk menjadi konstituen yang kuat, cerdas dan mandiri. Iklan politik juga dapat mendorong terciptanya suatu persaingan yang sehat antara peserta untuk membuat atau menciptakan program-program baru yang di butuhkan oleh khalayak.
Tetapi pada kenyataannya sekarang masyarakat masih kurang begitu paham bahwa sebenarnya ada konspirasi-konspirasi para elit politik dengan media yang bermain didalamnya. Sosialisasi, pembangunan citra, janji-janji, ataupun kata-kata manis dalam iklan bisa saja hanya realitas rekayasa dari media. Masyarakat seakan-akan nya di berikan oleh harapan-harapan palsu yang diberikan oleh para politisi dalam upaya pendekatannya dengan publik. Iklan politik semata-mata menjadikan tempat utama bagi masyarakat untuk mengetahui figur politis atau partai, sehingga, masyrakat dengan mudah hanya menggangguk saja sebagai tanda bukti ke ingin mauan mereka walaupun sebenarnya pencitraan itu hanya terlihat dari depan ataupun samping dan tidak mengetahui di balik punggungnya. Masih ingatkah di pikiran kita akan janji program 100 hari yang direncanakan oleh capres (calon presiden) dan cawapres (calon wakil presiden) yang heboh pada saat itu, pemilu 2004 lalu, setelah itu kita bisa melihat sendiri sudah banyak contoh kasus lain seperti ini tetapi mungkin saja tetap berlangsung dan seakan sudah menjadi tradisi.
Iklan politik tentu saja sangat efektif dalam memuluskan pencitraan popularitas, apalagi melalui media elektronik seperti televisi yang daya jangkaunya ke publik 90% lebih besar dari media lainnya. Untuk itu, para penguasa media memainkan kesempatan besar ini dan menumpuk rupiah. Pemilik media tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan besar ini, menjelang pemilu 2014 ini seakan menjadi peluang uang yang banyak bagi mereka untuk memperbanyak pundi-pundi uang dari iklan politik dari koleganya. Siasat yang dijalankan media mungkin yang paling mencolok adalah biaya per spotnya. Misalnya, per detik iklan dipatok 6 juta rupiah, durasi iklan adalah 30 detik. Kita tinggal hitung berapa yang harus di bayar kepada media massa. Apabila dalam satu program yang satu jam memakai iklan tersebut, tentu kita akan tahu berapa besarnya keuntungan yang ada. Oleh itu, politisi atau partai harus siap merogoh kocek dalam-dalam agar muka dan visi-misi mereka muncul di televisi. Karena besaran kocek yang di minta tidak sedikit jadi harus memiliki keuangan yang sangat cukup untuk membuat iklan dan menayangkannya.
Pada sub-bab sebelumnya kita telah membahas tentang media massa dan politik dimana keduanya tidak dapat dipisahkan, seiring dengan keberadaan masyarakat pasti memiliki sebuah pandangan terhadap politik di Indonesia.  Masyarakat Indonesia memiliki sebuah pandangan hidup yang telah menjadi bagian dari kehidupannya yang mungkin sudah di racuni banyak media massa dengan iklan atau film yang di buat oleh para media massa. Setelah ini kita akan membahas tentang pandangan politik di masyarakat, yang mana seolah-olah selalu di sorot oleh media massa.

Pandangan masyarakat terhadap politik
            Istilah Politik sering kita dengar baik di dalam tulisan, majalah, buku, surat Kabar maupun artikel. Tetapi masyarakat awam menyatakan bahwa politik itu identik dengan kelicikan dan menjurus kesisi atau pola yang negatif dalam kehidupan sosial. Namun hakekat politik itu sendiri belum ada yang menjelaskannya secara jelas dan masih bersifat abstrak. Dalam buku karangan Miriam Budihardjo (2008) menyatakan bahwa politik (politics) adalah macam-macam kegiatan dalam sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses-proses menentukan tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan itu. Jadi intinya adalah suatu tujuan dan melaksanakan tujuan tersebut dalam suatu sistem politik melalui proses menentukan tujuan yang baik atau benar. Berbeda dengan masyarakat yang beranggapan bahwa politik adalah hal yang sifatnya negatif. Ironis memang bahwa semua politik itu dianggap oleh masyarakat merupakan tatanan yang sangat buruk dan sifatnya destruktif. Idealnya pemahaman politik harus ditanggapi secara positif dan bukan malah sebaliknya. Memang semua politik itu harus kita lihat dan perhatikan mana yang bersifat baik dan tidak, umpama implementasi dilapangan sangat bertolak belakang dengan disiplin ilmunya sendiri. Memang politik boleh diamalkan oleh siapa saja yang mempelajarinya, tetapi celakanya pelaksanaan dilakukan secara instan atau mendapatkan pendidikan politik dalam organisasi secara praktis dan hanya singkat saja tidak mendalami apa sebenarnya politik itu sendiri.
Kita anggap bahwa politik itu identik dengan kekejaman dan kelicikan namun kita tidak pernah menelusuri apa dan bagaimana semua politik itu sebenarnya dan hakekatnya bagi kemajuan sebuah negara. Kita coba bayangkan secara empiris antara aktor sebagai pelaku dengan politik itu sendiri mana yang lebih dominan penuh dengan sisi positif serta negatifnya. Kemudian coba pikirkan secara rasional dengan pemahaman masyarakat saat ini tentang politik itu sendiri. Tentunya kita dapat menarik kesimpulan bahwa politik itu hanya sebuah skema dalam keilmuan sementara arah politik itu sendiri dilakukan oleh aktor selaku pelaksana. Aktor ini yang mungkin membawa dan mengarahkan politik itu menuju sisi positif atau negatif. Jelas sudah bahwa pemahaman tentang dimensi politik karena sisi pengaruh negatif dijalankan oleh para politisi maupun aktor yang menjalankan politik itu sendiri. Memang bagi kaum intelektual dan politisi dapat memahami semua politik itu sendiri, namun para ilmuwan sosial dan sarjana politik sendiri lebih memahami serta menggali tentang politik secara mendalam serta dapat memberikan konsep-konsep politik yang ideal bagi negara. Pemahaman masyarakat mengenai politik sangat instan dan belum mengetahui secara jelas dan keseluruhan sehingga dimensi politik hanya dipandang dari sisi negatif dan seolah-olah tidak ada sisi positifnya       .
Dimensi politik ini sangat penting dipahami oleh masyarakat karena menjadi acuan dalam melakukan proses pembangunan politik. Karena apabila masyarakat tidak memiliki kecerdasan dalam berpolitik maka perubahan sampai kapan pun tidak akan pernah ada. Pandangan politik harus benar-benar jelas dan tidak Cuma dilihat dari segi buruknya saja namun ada juga sisi baiknya, jika kita melihat negara, kekuasaan demokrasi dan konsep lainnya maka kita akan Jadi pemaham tentang politik pada masyarakat. Kita bisa membuat para masyarakat mengerti politik tetapi masyarakat harus membuang dulu pikiran buruk tentang politik dan kita pasti bisa mencerdaskan mereka serta dapat mengaktualisasikan diri pada isu-isu politik yang muncul secara terus menerus. Masyarakat sebenarnya belum mendapatkan pendidikan politik dari para politisi yang sekarang menjadi pemimpin maupun wakilnya di parlemen. Maka para politisi harus melakukan sosialisasi terhadap masyarakat sehingga masyarakat menjadi cerdas serta mau berpartisipasi dalam politik. Para ilmuwan dan para akademisi maupun mahasiswa juga harus memberi pemahaman tentang politik pada masyarakat. Hal ini sangat penting dalam memunculkan partisipasi politik dalam diri masyarakat sehingga realisasi pembangunan politik dapat terlaksana dengan baik.
Politik yang cerdas menjadikan masyarakat tanggap serta memberikan kontribusi bagi negara dalam membangun kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Jika masyarakat berpartisipasi politik maka akan terwujudnya perubahan yang diinginkan serta dapat dirasakan bersama. Setelah memahami tentang politik tersebut masyarakat akan lebih cerdas dalam melakukan langkah-langkah secara politis. Dalam sosialisasi pemilu sering dikatakan bahwa satu suara menentukan nasib bangsa. Maka pemahaman politik itu dapat memicu timbulnya partisipasi atau keterlibatan masyarakat secara aktif dalam politik praktis. Akan tetapi masih banyak juga para politisi yang menginginkan masyarakat tidak megerti apa itu politik kenapa begitu? Alasannya mudah saja para politisi takut akan banyaknya tuntutan dari masyarakat, karena itulah para politisi tidak ingin memberikan pemahaman politik langsung. Karena para politisi mungkin juga tidak atau politik yang benar etika politik yang baik seperti apa. Karena mereka hanya belajar politik praktis yang di ajarkan di partai atau hanya sekedar baca yang terpenting anggapan mereka mereka lah yang sudah memimpin jadi santai saja masyarakat tidak perlu tau bagai mana politisi. Para politisi banyak yang menganggap bahwa masyarakat itu hanyalah sampah yang mudah di hancurkan dengan mekanisme yang mereka bentuk. Para politik bisa ber fikir seperti itu tetapi masyarakat adalah masyarakat yang heterogen karena terdiri dari banyak suku, agama dan ras sehingga melahirkan banyak perbedaan dalam berbagai hal, akan tetapi perbedaan tersebut tidak ada artinya saat kita memikirkan hal yang sama yaitu kemajuan bangsa Indonesia. Karena itulah orang Indonesia susah untuk di kalahkan tetapi mudah di tipu oleh para elit politik. Bagi masyarakat menengah kebawah partai bisa jadi pilihan yang paling pas untuk memilih para wakilnya untuk menyapaikan aspirasi kepada para petinggi Negara karena mereka tidak bisa menyampaikan aspirasinya secara langsung. Karena itu masyarakat kecil sebelum pemilihan di beri uang agar mereka memilih tapi apa sesudah itu janji-janji mereka hanyalah mencari butiran debu saja yang tidak ada artinya sama sekali. Kepentingan individu dan partainya saja lah yang di pikirkan bukan masyarakat yang sudah mempercayai para politisi.

Media massa memang sangat penting bagi perpolitikan di Indonesia karena itu banyak yang menggunakan media massa apapun untuk ber-kampanye. Tidak heran juga para elit politik sangat dalam untuk merogoh kocek untuk menggunakan media massa. Selain itu menurut saya seharusnya masyarakat di berikan ilmu politik agar mereka mengerti apa yang akan atau di inginkan oleh para elit politik jangan seolah-oleh masyarakat hanya bisanya di tipu saja. Diberi janji manis sudah terpilih malah terkesan tidak ingin mendangar apapun baai mana politik di Indonesia mau maju jika rakyatnya tidak di bekali ilmu sama sekali.

  
Referensi
Budiarjo, Meriam.  Dasar-dasar Ilmu Politik.  Jakarta : Gramedia, 2008
Chicago Manual of Style 16th Edition.
http://politik.kompasiana.com. Di akses 4 oktober 2012
“Media Massa Sebagai Sumber Pengaruh Sosial Politik Budaya.” Diakses Tanggal 26 Desember 2012.
http://rangon.org/2012/08/14/media-massa-sebagai-sumber-pengaruh-sosial-politik-budaya/
“Pengertian Media Massa” Diakses Tanggal 28 Desember 2012.
 http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060385-pengertian-media-massa/
“Pandangan Masyarakat Terhadap Partai Politik” diakses 3 Januari 2013
http://suhermanto.com/pandangan-masyarakat-terhadap-partai-politik.php

Tidak ada komentar:

Posting Komentar