Jumat, 07 November 2014

Peran Media Sosial dalam Kampanye Jokowi-Ahok pada Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta tahun 2012

Makalah ini menganalisis seberapa penting peranan media sosial yang digunakan sebagai sarana berkampanye oleh aktor politik, khususnya oleh pasangan Gubernur terpilih Jokowi-Ahok dalam Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012. Semua komunikasi politik termasuk kampanye politik pasti memiliki tujuan, yakni dapat mempengaruhi target sasarannya. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi sekarang ini juga turut mempengaruhi aktivitas politik. Salah satu yang mulai berkembang sekarang adalah media sosial. Setiap orang pasti sudah tidak asing lagi dengan media sosial seperti, Facebook, Twitter, Youtube, dsb. Dengan munculnya bermacam-macam situs jejaring pertemanan tersebut, sistem komunikasi sudah tidak ada lagi batasan antara ruang dan waktu, semua dapat terhubung menjadi satu dimanapun dan kapanpun. Ketika seseorang mem-posting suatu informasi, maka khalayak lain dapat melihat dan menerima informasi tersebut pada waktu yang bersamaan. Kini media sosial dipakai menjadi saluran dalam aktivitas politik. Terutama ketika pemilihan umum berlangsung dan para kandidat pemimpin mulai melaksakan aksi kampanye. Pemanfaatan media sosial dalam urusan kampanye digunakan para aktor politik untuk membuat citra baik dikalangan masyarakat. Dalam pemilukada di DKI Jakarta tahun 2012, gubernur dan wakil gubernur terpilih Jokowi-Ahok menerapkan kampanye melalui media sosial untuk menarik perhatian lebih banyak dibanding calon yang lain. Strategi ini dirasa cukup berhasil karen diputaran pertama mereka lebih unggul dan kemudian mereka memenangkan putaran kedua. Jokowi-Ahok sukses menarik simpatik banyak masyarakat karena sosoknya yang sederhana melalui politik media sosial yang ia lakukan.
Kata Kunci: media sosial, pemilihan umum, dan kampanye

Pendahuluan
Membicarakan seberapa besar peran media online ataupun media sosial di Indonesia, paling mudah kita bisa melihat dari sisi kuantitas. Terbukti dengan para pengguna internet di Indonesia yang semakin bertambah banyak dari berbagai kalangan. Setidaknya seperlima penduduk di Indonesia telah "melek internet" dan menjadikan Indonesia peringkat keempat pengguna internet di Asia[1]. Selain kuantitas, kita juga perlu memperhatikan kualitas penggunanya. Pengguna media sosial umumnya adalah kaum terpelajar yang berpengaruh di masyarakat, seperti anak-anak muda, akademisi, wartawan, selebritis, pengusaha, dan para tokoh-tokoh yang menduduki jabatan penting negeri ini. Mereka adalah sarana yang bisa memperkuat suara dari pihak-pihak yang ingin mereka dukung.
Saat ini, media sosial bukan hanya menjadi sarana penyebar informasi tetapi penggunaan media sosial sekarang ini juga dimanfaatkan sebagai alat komunikasi politik  untuk pencitraan kampanye para aktor politik. Menurut Harsono Suwardi (1997) komunikasi politik adalah setiap bentuk penyampaian pesan, baik dalam bentuk lambang-lambang maupun dalam bentuk kata-kata tertulis atau terucap, ataupun dalam bentuk terucap, ataupun dalam bentuk isyarat yang mempengaruhi kedudukan seseorang yang ada adalam suatu struktur kekuasaan tertentu. Contoh kesuksesan pencitraan melalui media sosial yaitu pada saat kampanye Barack Obama tahun 2008 di Amerika Serikat. Salah satu faktor yang membuat popularitas Barack Obama naik secara cepat, dikarenakan ia merupakan kandidat yang terhubung dengan calon pemilih melalui media sosial. Di Indonesia salah satu aktor yang melakukan pencitraan di media sosial adalah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Dengan menggunakan media sosial ia sukses melakukan pencitraan positif dan menarik perhatian masyarakat Jakarta. Media sosial yang sejatinya digunakan sebagai cara penyebaran informasi berhasil dimanfaatkan secara baik oleh para aktor politik untuk kampanye.
Para kandidat dan aktor politik sangat diuntungkan dengan adanya media sosial ini. Dengan adanya media sosial, kandidat tidak harus terjun langsung ke lapangan. Cukup ‘mengudara’ di dunia maya. Selain mendapatkan efisiensi waktu, efektifitas tempat, media sosial juga menyediakan ruang ekspresi yang seluas-luasnya bagi para kandidat.
Alangkah sangat baik apabila seorang kandidat berperan aktif dalam mengelola akun media sosial-nya secara pribadi, bukan dikelola oleh orang lain. Dengan begitu ia dapat dengan cepat mendengar suara rakyat hingga menerima kritikan. Memiliki akun media sosial merupakan langkah awal yang baik bagi seorang pemimpin, untuk  memberikan ruang bagi publik untuk menyapanya, berkomunikasi dengannya dan menjadi tempat berkeluh-kesah. Nantinya,seorang pemimpin yang tidak memiliki akun media sosial, akan menimbulkan kesan arogan, tidak mendengarkan suara rakyat, pemimpin yang tertutup bahkan cenderung diktator.
Peran lain dari sosial media adalah kemampuannya untuk mengangkat sebuah polemik menjadi isu nasional. Maksudnya adalah, ada beberapa isu yang awalnya hanya menjadi perbincangan di level media sosial tetapi perlahan-lahan semakin heboh dan dipolemikkan oleh berbagai pihak. Jika sebelumnya hanya terpaku pada kondisi di lapangan, kini bisa menggunakan “lapangan maya” dan aktor politik didalamnya sebagai alternatif sumber pemberitaan. Puncaknya, polemik itu ditangkap oleh media cetak dan bahkan elektronik, sebagai salah satu sumber resmi pemberitaan. Ini menunjukkan bahwa sosial media memiliki power tersendiri.

Perkembangan Media Sosial di Indonesia
Kehadiran internet dan kemudian disusul dengan munculnya berbagai macam media sosial, telah memberikan banyak pengaruh dan perkembangan pada pola kehidupan masyarakat sekarang ini. Jika hubungan komunikasi antar manusia terbatas ruang dan waktu, kehadiran internet telah menguak batas-batas ruang dan waktu tersebut hingga terwujud sebuah arus informasi dan komunikasi tanpa batas. Dengan munculnya internet, situasi di suatu wilayah bisa dapat dengan cepat tersebar ke seluruh penjuru dunia secara global tanpa harus menunggu lama.
Di era globalisasi ini perkembangan teknologi yang semakin cepat membuat internet terus berkembang dan tersebar ke seluruh lapisan masyarakat, termasuk di Indonesia. Walaupun masyarakat Indonesia belum sepenuhnya menikmati layanan internet, namun teknologi internet telah banyak memberikan perubahan bagi aspek-aspek kehidupan bermasyarakat. Selain itu, karena internet mudah ditemui dimanapun, hal tersebut berpengaruh pada model pergaulan dan interaksi berkomunikasi antar masyarakat.
Terkhusus di Indonesia, internet dan berbagai jenis media sosial lainnya telah menyedot sebagian perhatian masyarakat. Hampir bisa mudah ditemui, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, sudah banyak yang mengenal tentang Facebook, Twitter, Youtube, Blog dll. Disamping mengenal, sebagian besar dari mereka juga sebagai pengguna aktif media sosial tersebut. Mereka juga dengan mudah mengakses media sosial tersebut dimanapun mereka berada karena ditunjang dengan mulai menjamurnya penggunaan smartphone[2] dikalangan masyarakat. Sehingga kemanapun mereka pergi dapat dengan mudah membuka situs media sosial tersebut.
Internet dan sosial media menciptakan ruang publik baru yang membahas isu dan masalah-masalah sosial di masyarakat. Isu global juga dengan cepat tersebar dan diterima oleh masyarakat dengan memanfaatkan berbagai berita online, jejaring media sosial. Dengan kata lain, masyarakat di Indonesia tidak hanya diperhadapkan pada masalah lokal dan nasional saja, tetapi juga akan bersentuhan dengan isu global secara langsung.
Internet dan situs media sosial di masyarakat Indonesia masih akan terus berkembang. Situs-situs media sosial-lah yang akan mendominasi 10 besar situs yang sering diakses oleh masyarakat Indonesia. Situs jejaring sosial terbesar, Facebook, masih menempati tempat pertama yang disusul dengan Google.co.id, Google.com, Blogspot, Youtube, Yahoo, Kaskus, Wordpress, Detik dan Twitter[3]. Situs tersebut sebagai besar adalah situs media sosial. Berarti, media sosial mendapat hati dan diterima di kalangan masyarakat Indonesia, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, mulai dari masyarakat biasa hingga para pejabat publik.
Menurut data dari Internet World Stats (2012), pada Desember 2011, jumlah pengguna Internet di Indonesia berkisar pada angka 55 juta pengguna dari estimasi populasi sebesar 245 juta jiwa. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengguna Internet di Indonesia mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2000 yang hanya sebesar 2 juta pengguna. Pada data mengenai jumlah pengguna Facebook menurut Checkfacebook.com (2012), Indonesia menempati urutan keempat setelah Amerika Serikat, India dan Brazil dengan jumlah pengguna sebesar 43,514,840 users.
Indonesia juga memiliki jumlah pengguna Twitter yang cukup besar. Indonesia menempati peringkat ketiga pengguna Twitter di seluruh dunia[4]. Selain itu, beberapa kali, nama Indonesia juga muncul di trending topic worldwide[5]. Bahkan, karena melihat pengguna yang cukup besar dan berpotensi, Twitter akhir-akhir ini juga memasukkan Indonesia dan beberapa kota di Indonesia di website Twitter sehingga bisa diketahui topik-topik hangat yang sedang dibicarakan di Indonesia.
Dengan pengguna yang cukup besar, Facebook dan Twitter menjadi media sosial yang ramai dibicarakan dan digunakan oleh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan. Di sana terjadi interaksi yang sangat intensif antar sesama pengguna. Beragam topik dibicarakan mulai dari musik, hiburan, bencana alam, sampai permasalahan politik yang sedang hangatnya. Perilaku penggunanya yang menjalin komunikasi secara online sangat menarik untuk dicermati. Masing-masing media sosial seperti Facebook, Blog, Twitter dan Youtube saling mendukung satu dengan yang lain. Contohnya, apabil seseorang menulis di blog, maka tulisan tersebut bisa dibagikan melalui Twitter atau Facebook dengan maksud supaya orang lain bisa membacanya.
Demikian juga dengan media sosial Youtube yang berbasis video. Ketika seseorang mengunggah video di Youtube atau menemukan video yang menarik di sana, maka video tersebut dapat disebarkan melalui Facebook dan Twitter kepada pengguna lain. Oleh sebab itu tidak heran jika Youtube termasuk salah satu website yang sering diakses oleh pengguna dari seluruh dunia. Menurut data dari Arwuda Indonesia (Social Media Agency) (2012) menyebutkan bahwa sebanyak 4 miliar video YouTube rata-rata ditonton oleh pengguna per harinya. Bisa diketahui betapa banyaknya orang yang membuka situs ini setiap harinya. Sangat mudah juga bagi kita jika ingin mengunggah video agar dapat dilihat oleh banyak orang.
Youtube menjadi salah satu website yang fantastis sekarang ini dengan maraknya artis “dadakan” yang muncul setelah mengunggah video mereka ke Youtube. Mereka bisa terkenal karena setelah mengunggah video kemudian banyak masyarakat yang menonton dan membicarakannya terus menerus sehingga menjadi topik pembicaraan. Bahkan dampak setelah itu mereka banyak diundang dibeberapa stasiun televisi swasta untuk mengisi acara hiburan ditelevisi. Ini bukti bahwa perkembangan media sosial khususnya Youtube dapat digunakan sebagai ajang promosi dan pencitraan seseorang. Orang akan lebih mudah mempromosikan sesuatu hal dan dengan cepat diketahui masyarakat lain.
Perilaku para pengguna media sosial tersebut terjadi karena beberapa hal. Pertama keadaan setelah reformasi yang memberikan ruang dan kebebasan bagi setiap masyarakat untuk berekspresi melalui internet termasuk media sosial. Di sisi lain, dengan semakin terjangkaunya layanan internet dan perangkat pendukung seperti smartphone, laptop, komputer membuat masyarakat jadi mudah untuk melakukan interaksi di media sosial. Selain itu, jalinan dan hubungan pertemanan dan interaksi dengan komunitas sangatlah penting sehingga membuat media sosial menjadi laris manis.
Di Indonesia, geliat media sosial akan terus meningkat. Dari sisi jumlah pengguna internet, masyarakat di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar sebagai pengguna internet dan media sosial. Ditambah dengan kebebasan berekspresi dan layanan Internet yang terus menerus diperbaiki, maka meningkatnya pengguna media sosial bukan lagi menjadi sesuatu hal yang baru dan mengejutkan. Dengan kondisi tersebut, maka banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh seperti terciptanya ruang interaksi baru dan ruang-ruang publik di dunia maya yang menjadi wujud peran serta masyarakat dalam proses demokrasi. Internet dan media sosial juga menjadi standar baru bagi berbagai macam perubahan di berbagai bidang kehidupan masyarakat Indonesia.

Media Sosial dan Hubungannya dengan Politik
Dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat umum, komunikasi sebagai alat yang ampuh. Kalau dulu alat tersebut hanya berupa barang cetakan yang biasa kita sebut sebagai media cetak, sekarang kemajuan teknologi mengubah segalanya. Kemudian muncul alat komunikasi yang disebut media elektronik, yakni radio, dan televisi. Dalam sudut pandang komunikasi, kedua jenis media tersebut sering disebut dengan media massa.
Seiring dengan kemajuan teknologi di era globalisasi ini, muncul yang namanya internet. Internet dalam perkembangannya mulai dipakai sebagai alat komunikasi yang cepat dan efisien. Media sosial sebagai bagian dari internet terus mengalami perkembangan. Media sosial yang sejatinya sebagai sarana penyebar informasi kini mulai digunakan dalam kegiatan politik.
Peranan media sosial sangat besar dalam penyampaian informasi politik karena media sosial memiliki jangkauan luas dalam penyampaian pesan politik kepada khalayak dan langsung berpengaruh terhadapa penerima pesan. Selain itu medai sosial juga mempengaruhi masyarakat tentang apa yang baru atau sedang terjadi sekarang ini. Oleh karena itu, wajar jika keterlibatan media sosial dalam pembangunan sistem politik di Indoensia sangat menentukan juga.
Bagi seorang aktor politik, media sosial sering dimanfaatkan untuk kepentingan pengaturan kesan dirinya sesuai dengan alur politik yang dikuasainya. Dengan memanfaatkan kekuatan media sosial sebagai salurannya, dengan mudah membangun suatu opini publik sesuai dengan harapan atau cita-cita politiknya, serta meraih simpati massa sebanyak-banyaknya untuk kepentingan golongan sekaligus mematahkan kekuatan politik lawan.
Media sosial sekarang ini juga sering dijadikan sarana untuk berkampanye para aktor politik. Contohnya pada masa kampanye Obama tahun 2008 di Amerika. Salah satu faktor yang membuat popularitas Obama naik secara cepat, dikarenakan ia merupakan kandidat yang terhubung dengan calon pemilih melalui media sosial. Dalam pemilu Presiden AS tahun 2008, tim kampanye Obama memanfaatkan media sosial dengan sangat efektif. Obama melakukan kampanye melalui beberapa situs pertemanan seperti Myspace, Twitter, Facebook, dll.
Ketika pemilu presiden dan wakil presiden 2004 di Indonesia juga tim sukses masing-masing calon presiden dan wakil presiden juga tidak ketinggalan menggunakan media alternatif ini. Calon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono misalnya membuka situs http://sby-oke.com ketika kita membuka situs tersebut maka langsung muncul tagline kampanye mereka yang berjudul “Negeri Aman, Rakyat Sejahtera”. Calon Presiden Megawati juga muncul dalam Detik.com, Kompas.co.id, Liputan6.com dan membuat situs http://megahasyim.com.
Para calon memimpin memang menjadikan media sebagai sarana untuk menyampaikan pesan politik. Karena berkat media sosial, mereka dengan mudah dikenal kalangan masyarakat. Bahkan terkadang sampai anak-anak yang belum memiliki hak pilih banyak mengetahui tentang para aktor politik tersebut. Seorang pemilih yang mengetahui banyak tentang calon pemimpin, besar kemungkinan akan memilihnya daripada calon yang mereka tidak ketahui. Melalui media sosial seseorang akan mudah mengikuti perkembangan dan aktivitas para aktor politiknya.
Dalam berkampanye di media sosial tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Tentu hal ini harus dicermati betul bagi para calon pemimpin yang memanfaatkan media sosial sebagai sarana kampanye mereka. Jangan sampai pada akhirnya akan menjadi bumerang yang menjatuhkan citra mereka sendiri. Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan berkampanye di media sosial.
Kelebihan dalam berkampanye di social media antara lain:
  • Biaya relatif lebih murah dibandingkan biaya berkampanye di TV ataupun media cetak.
  • Media yang paling cepat dalam penyampaian pesan karena semua terhubung menjadi satu.
  • Media interaktif, bukan sekedar komunikasi satu arah, tetapi dapat dua arah sehingga jika ada masyarakat yang ingin menyalurkan aspirasinya dapat langsung disampaikan ke wakil rakyat tersebut.
  • Efektifitas kampanye melalui media sosial cukup baik terutama bagi kalangan masyarakat yang berlokasi di kota-kota besar dengan pemakaian internet yang cukup baik.
  • Tersedia fasilitas untuk mengukur tingkat kesuksesan kampanye, seperti: jumlah pendukung, siapa saja profil mereka, berapa kali video kampanye telah ditonton, bagaimana respon masyarakat terhadap kampanye tersebut, dsb.
Kelemahan dalam berkampanye di media sosial antara lain:
  • Pesan yang cepat menyebar belum tentu menguntungkan kandidat karena dapat menjadi boomerang ketika yang menyebar adalah citra yang negatif. Citra yang negatif, selamanya akan tersedia di internet, sehingga akan selalu dapat di akses oleh masyarakat hingga kapanpun.
  • Media sosial tidak dapat menjangkau masyarakat dengan tingkat pendapatan dan pendidikan yang menengah ke bawah, ataupun masyarakat di kota-kota kecil. Perlu diketahui bahwa masyarakat ini lah yang paling banyak jumlahnya di Indonesia.
  • Biasanya, kandidat yang telah memulai paling awal mengumpulkan fans & followers, akan memiliki jumlah fans & followers paling banyak. Siapa yang memulai terlebih dahulu, cenderung memenangkan jumlah pemilih terbesar. Perlu usaha ekstra dan biaya yang lebih besar bagi kandidat yang tertinggal untuk menyalipnya.

Strategi Kampanye Jokowi-Ahok melalui Media Sosial
Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama atau populer dengan sebutan Jokowi-Ahok akhirnya memenangkan Pemilukada DKI Jakarta 2012 putaran kedua. Hasil hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei, memperlihatkan pasangan Jokowi-Ahok meraih suara pemilih lebih banyak daripada pasangan incumbent Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara).
Salah satu pembelajaran penting yang diberikan oleh Jokowi-Ahok, yakni besarnya dana kampanye bukanlah jaminan memenangkan Pemilukada. Bandingkan dana kampanye Foke-Nara yang mencapai Rp70 miliar dengan dana Jokowi-Ahok yang hanya Rp9 miliar. Dana kampanye yang besar memungkinkan Foke-Nara membangun pencitraan melalui media massa, termasuk iklan TV dan radio. Berbeda dengan Jokowi-Ahok yang berdana minim, namun terbukti lebih efektif melakukan komunikasi politik.
Sosok dan kepribadian Jokowi tidaklah luar biasa ketika memenangkan Pilkada Jakarta, karena kemampuan dan prestasinya saat memimpin Solo telah cukup meyakinkan penduduk kota Jakarta untuk memilihnya.  Namun yang menjadi fenomena yang sulit dimengerti adalah kemampuannya menaklukkan Jakarta dalam waktu yang sangat singkat, kurang dari enam bulan.
Banyak faktor yang menjadi alasan fenomena ini bisa terjadi, selain simbol baju kotak-kotak, juga peranan media massa dalam menyebar informasi yang menempatkan Jokowi sebagai sosok yang sederhana, tidak birokratis, namun satu hal yang tidak kalah menarik kita perhatikan adalah faktor politik media sosial yang ditampilkan Jokowi.
Media sosial telah menjadi perhatian besar Jokowi, seperti yang diungkapkan sendiri setelah kemenangan mereka pada putaran pertama, mereka mengatakan Twitter, Facebook, dan BlackBerry, sangat membantu kemenangan mereka.
Jika diperhatikan pola pergerakan yang dilakukan Jokowi sangat rapi, professional, dan terorganisir, dimulai dengan menempatkan diri di media sosial sama dengan sosok sesungguhnya di lapangan. Dengan akun @jokowi_do2 (twitter), bahasa dan tutur kata yang sopan “Yang saya kerjakan hanyalah yang memang seharusnya saya kerjakan... Biasa saja, tak ada sesuatu yang istimewa” salah satu tweets yang ditampilkan Jokowi.
Kerja politik yang luar biasa di media sosial ini telah menempatkan Jokowi memenangi semua pertarungan via media sosial melawan Foke-Nara, seperti yang dilansir oleh (indexpolitik.com) selalu menempatkan Jokowi di atas Foke dengan komposisi 55,43 persen berbanding 44,57 persen untuk share of nitizen, yang merupakan gambaran seberapa banyak unik user memberikan mention terhadap brand tertentu dalam media sosial dibandingkan dengan total komunitasnya, dan 54,77 persen berbanding 45,23 persen untuk share of voice. Share of voice ini sendiri adalah seberapa banyak mention suatu brand di media sosial dibandingkan dengan total komunitasnya. Data ini dirilis pada tanggal 20 september 2012.
Walau gerakan politik di media sosial ini tidak identik dengan gerakan di lapangan yang cenderung dengan pemasangan baliho dan kampenye, namun keunggulan Jokowi di media sosial hampir sama dengan hasil sesungguhnya di lapangan seperti hasil penghitungan cepat yang disampaikan oleh beberapa lembaga survei.
Ada enam alasan mengapa sosial media menjadi alat yang sengat efektif digunakan oleh Jokowi-Ahok dalam pilkada,
Pertama efek penguatan, salah satu langkah awal dalam perencanaan komunikasi politik adalah mengidentifikasi pesan utama kampanye. Pesan yang disampaikan melalui media cetak, dan kegiatan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, akan mudah hilang tanpa bekas, disinilah sosial media memainkan peranannya untuk mengingatkan pesan yang telah disampaikan.
Kedua membentuk koneksi pribadi kepada banyak orang dalam satu waktu. Politik memiliki ruang yang sangat luas yang tidak mampu disentuh secara langsung, setiap orang punya keinginan yang sama untuk bisa berinteraksi dan menyampaikan pesan secara langsung, media sosial mampu memberi solusi tersebut.
Ketiga, perangkat yang tersedia saat ini memudahkan penyampaian pesan, kecanggihan teknologi yang ditampilkan dalam media sosial memungkinkan kita tinggal memilih format dan apilkasi yang kita inginkan, pesan yang akan disampaikan ada di ujung telunjuk.
Keempat, membangun kemampuan untuk merespons. Pilkada sering berujung pada penyampaian isu negatif yang bisa menyebar dengan sangat cepat, di saat kondisi seperti inimedia sosial menjadi solusi paling tepat, kerena sifat komunikasi telah terbangun dalam model pertemanan yang memberi ruang pesan bisa sampai pada orang yang dituju secara langsung.
Kelima, bukan hanya komunikasi, sosial media telah menjadi alat yang tidak sekadar berkomunikasi tapi juga sangat baik untuk mengumpulkan infomasi dari publik dan mengukur tinggal kesukaan publik terhadap calon kandidat yang akhirnya bisa menghasilkan peta strategis dalam menyusun program pilkada.
Keenam, media sosial menjadi alat paling efektif dalam menyentuh dan meyakinkan komunitas pemilih cerdas yang tidak memiliki waktu terhadap pilkada dengan mengirimkan visi-misi dan program langsung ke personal yang bisa dibuka langsung.

Penutup
Harus diakui bahwa dunia politik di Indonesia dewasa ini jauh lebih terbuka dan transparan dibandingkan dengan beberapa dekade sebelumnya. Masyarakat pun semakin kritis dalam melihat permasalahan politik yang terjadi sekarang. Sindiran dan kritikan politik dilakukan lebih terbuka dan bebas. Tak bisa dipungkiri, dengan kehadiran sosial media Facebook, Twitter, Youtube, dsb mampu membuat suatu kemenangan bagi pasangan Gubernur DKI Jakarta Jokowi-Ahok
Politik dan sosial media telah di-integrasi-kan sempurna oleh Jokowi. Ini menjadi sinyal kuat untuk pilkada di seluruh Indonesia dan juga termasuk Pemilu 2014, ada “ruang baru” dalam politik yang harus dimaksimalkan ketika ingin memenangkan pertarungan. Model kampanye ini bisa menjadi contoh dipemilihan umum yang akan datang.
Melihat fenomena ini ada baiknya pasangan yang memenangkan pemilihan umum jangan hanya melakukan pencitraan saja di media sosial, namun harus didukung dengan kinerja yang baik setelah terpilih menjadi seorang pemimpin rakyat. Diharapkan pula janji-janji yang selama ini diobral dalam berkampanya dilaksanakan dan ditepati, karena ini semata-mata kembali lagi untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat yang ia pimpin.
Kepada masyarakat pun diharapkan jangan mudah tertipu dengan pencitraan yang dilakukan oleh calon pemimpin dalam kampanye mereka di media sosial. Dalam memilih kita harus tahu pasti latar belakang calon yang akan dipilih, supaya kelak kehidupan dimasyarakat lebih makmur dan sejahtera.


Daftar Pustaka

Buku
Hikmat, Mahi M. Komunikasi Politik; Teori dan Praktik dalam Pilkada Langsung. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010
Cangara, Hafield. Komunikasi Politik; Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: Rajawali Pers, 2009

Internet
Irawan, Ridho. “Peran Social Media di Dunia Politik Indonesia.” Exo Digital Agency. 07-11-12. http://www.exodigitalagency.com/blog/peran-social-media-di-dunia-politik#.UJqMKaDPjxo.
Nasution, Belli. “Komunikasi Politik Dalam Media Massa.” Materi Kuliah Komunikasi Politik FISIP UNRI. 07-11-12. http://bellinasution.staff.unri.ac.id/files/2012/03/Materi-Kuliah-Kompol-5.pdf.
Paramita, Rahadian. “Pengaruh Media Sosial dalam Politik.” Salingsilang.com. 07-11-12. http://m.salingsilang.com/baca/infografik-pengaruh-media-sosial-dalam-politik-.
Khumaini, Anwar. “SBY Bangga Pengguna Twitter RI Terbesar Ketiga Dunia.” DetikNews. 04-05-2011 http://us.news.detik.com/read/2011/05/04/135420/1632209/10/sby-bangga-pengguna-twitter-ri-terbesar-ketiga-dunia?n990102mainnews
Alexa. “The top 500 sites in Indonesia.” Alexa The Web Information Company. 09-01-2013, http://www.alexa.com/topsites/countries/ID
Internet World Stats: http://www.internetworldstats.com/stats3.htm
Checkfacebook: http://www.checkfacebook.com/



[1] Srihandriatmo Malau, “Indonesia Peringkat Keempat Pengguna Internet di Asia,” TRIBUNnews.com, Jumat 12-10-2012, http://id.berita.yahoo.com/indonesia-peringkat-keempat-pengguna-internet-di-asia-172105302.html
[2] Telepon genggam yang mempunyai kemampuan tingkat tinggi, kadang-kadang dengan fungsi yang menyerupai komputer.
[3] Alexa, “The top 500 sites in Indonesia,” Alexa The Web Information Company, Rabu 09-01-2013, http://www.alexa.com/topsites/countries/ID
[4] Khumaini, Anwar, “SBY Bangga Pengguna Twitter RI Terbesar Ketiga Dunia,” DetikNews, 04-05-2011, http://us.news.detik.com/read/2011/05/04/135420/1632209/10/sby-bangga-pengguna-twitter-ri-terbesar-ketiga-dunia?n990102mainnews
[5] Sebuah topik yang sedang ramai dibicarakan di dunia Twitter.

8 komentar: