Rabu, 12 November 2014

Peran Pendidikan Formal bagi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Masyarakat

Makalah ini mengungkap pendidikan formal yang ada di desa. Sejauh mana pendidikan di desa dapat berjalan. Namun dilihat saat ini pendidikan formal di desa masih sedikit sekali. Hal inilah yang menjadi alasan makalah ini dibuat karena keprihatinan terhadap kondisi pendidikan formal di desa. Faktor-faktor yang menyebabkan pendidikan di desa rendah yaitu adanya faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam masyarakat itu sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor  yang timbul dari luar masyarakat. Pendidikan sangat berperan dalam pembangunan karena dalam pembangunan membutuhkan pengetahuan dan kemampuan. Dengan pendidikan yang berperan dalam pembangunan maka perlu diperbaikinya pendidikan yang ada di desa supaya masyarakat desa mampu mengenyam pendidikan dengan baik. Semakin maju pendidikan di desa semakin berkembang juga dalam pembangunan masyarakat.
Kata kunci: Pendidikan formal, Masyarakat desa, Pembangunan masyarakat.

Pendahuluan
            Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan, manusia dapat meningkatkan dan menggali potensi yang ada dalam dirinya. Pendidikan juga dapat membantu manusia memiliki wawasan intelektual, kecerdasan pikiran dan pengetahuan, sehingga pendidikan sangat berguna bagi manusia dalam melangsungkan kehidupanya. Dalam konteks ini, peran sekolah dinilai sangat penting dalam menunjang keberlangsungan pendidikan formal. Namun dunia sekolah saat ini diwarnai dengan biaya yang sangat tinggi sehingga masyarakat belum mampu menjangkaunya, khususnya masyarakat desa.
            Bagian pembahasan tulisan ini akan dijelaskan tentang masyarakat desa dan bagaimana peran penting pendidikan formal dalam pembangunan masyarakat desa serta faktor yang menyebabkan sulitnya akses pendidikan formal di pedesaan. Ada banyak kemungkinan yang menjadikan kendala bagi mereka untuk memperoleh pendidikan formal. Salah satunya karena kondisi ekonomi orang tua yang tidak memungkinkan untuk membiayai sekolah. Seperti yang kita ketahui pendapatan masyarakat di desa sangat minim yang hanya mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari. Hal inilah yang perlu menjadi catatan bahwa biaya pendidikan formal saat ini perlu dipertimbangkan supaya masyarakat desa bisa mendapatkan pendidikan secara maksimal. Apalagi di era modern seperti ini diperlukan generasi bangsa yang intelektuil untuk meneruskan dan memajukan  negara ini. Sangat disayangkan jika anak-anak di desa yang kelak akan menjadi penerus bangsa ini tidak mendapatkan pendidikan yang selayaknya mereka dapatkan. Sebagai penerus bangsa ke depan mereka berhak mendapatkan pendidikan yang maksimal tidak hanya sekedar pendidikan dasar dan menengah, namun sampai perguruan tinggi seperti tujuan negara ini yang tercantum dalam alenia ke-4 UUD 1945. Yang menekankan bangsa Indonesia ini harus cerdas untuk menghadapi tantangan zaman.
            Masyarakat desa mampu cerdas dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Karena dengan adanya sarana dan prasarana yang layak untuk proses belajar mengajar memberikan dukungan anak didik untuk mengembangkan dan memajukan potensi yang dimiliki. Misalnya, fasilitas buku dan komputer. Dengan adanya buku sebagai bahan pustaka memberikan akses kepada anak didik untuk memperluas pengetahuan dan cakrawalanya. Sedangkan dengan komputer mereka dapat lebih mengetahui iptek dan menggali pengetahuan yang lebih luas. Sehingga anak didik mampu meningkatkan prestasi yang setinggi-tingginya. Sarana dan prasarana ini diharapkan dapat membentuk anak didik mampu mewujudkan cita-cita bangsa kelak. 
            Harapan dan cita-cita bangsa dapat terwujud apabila bangsa ini benar-benar mendapatkan pendidikan yang maksimal. Serta adanya partisipasi dari masyarakatnya sendiri untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dan pemerintah yang membantu memfasilitasi sarana dan prasarananya. Perlu adanya dukungan dari semua pihak supaya kegiatan belajar mengajar di desa dapat berjalan dengan lancar. Salah satu upaya pemerintah dalam membantu pendidikan di desa yaitu program wajib belajar sembilan tahun, dana BOS, dan bantuan lainya. Namun, semua itu  ternyata belum mampu mengatasi permasalahan pendidikan di desa. Kenyaataanya masyarakat desa masih banyak yang belum bersekolah maupun yang tidak melanjutkan sekolah. Hal ini perlu adanya perhatian dan penanganan khusus dari pemerintah supaya masalah pendidikan di desa bisa teratasi. Oleh karena itu,  Tujuan saya menulis artikel ini adalah supaya masyarakat desa bisa mendapatkan pendidikan formal secara maksimal bukan hanya tingkat pendidikan dasar tapi mereka bisa melanjutkan pendidikan mereka sampai tingkat Universitas. Dan dalam artikel ini saya mencoba memberikan solusi atas permasalahan yang ada dalam masyarakat desa terkait pendidikan formal.

Masyarakat Desa dan Pendidikan Formal
            Masyarakat desa pada umumnya masih terikat oleh tradisi leluhur yang turun temurun. Masayakat desa yang masih terbelenggu dengan tradisi menyebabkan sulitnya berfikir ke depan. Pandangan hidup yang berpangkal pada tradisi semacam ini sulit untuk digoyahkan apalagi diruntuhkan. Secara umum kehidupan di desa memiliki berbagai karakteristik. Pertama, mereka bersifat homogen dalam mencari mata pencaharian, nilai-nilai kebudayaan. Kedua, kehidupan masyarakat lebih menekankan pada keluarga dalam masalah ekonomi, tidak hanya bapak tapi seluruh anggota keluarga ikut mencari nafkah. Anak usia sekolah pun ikut bekerjasama dalam mencari nafkah meski tidak secara langsung. Mereka ikut dalam hal menjaga adik, menjaga rumah dan lain-lain. Ketiga,  dilihat dari faktor geografi sangat berpengaruh terhadap kehidupan, misalnya keterkaitan tanah atau desa kelahiranya. Keempat, hubungan antar masyarakat bersifat intim seperti yang dapat kita lihat dari jumlah keluarga inti yang lebih besar.
            Sedangkan menurut Koentjaraningrat (2005),  masyarakat di pedesaaan merupakan sebuah komunitas kecil yang memiliki ciri-ciri yang khusus dalam pola tata kehidupan, ikatan pergaulan dan seluk beluk masyarakat pedesaan, yaitu 1) para warganya saling mengenal dan bergaul secara intensif, 2) karena kecil, maka setiap bagian dan kelompok khusus yang ada di dalamnya tidak terlalu berbeda antara satu dan lainnya, 3) para warganya dapat menghayati lapangan kehidupan mereka dengan baik. Selain itu masyarakat pedesaan memiliki sifat solidaritas yang tinggi, kebersamaan dan gotong royong yang muncul dari prinsip timbal balik. Artinya sikap tolong menolong yang muncul pada masyarakat desa lebih dikarenakan hutang jasa atau kebaikan.
            Pendidikan sangat penting demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat desa. Sebelum menuju seberapa pentingnya pendidikan bagi masyarakat desa kita perlu tahu pendidikan formal seperti apa. Pendidikan formal  sering disebut pendidikan persekolahan yang berupa sekolah berjenjang dari SD, SMP, SLTA dan PT. Beberapa karakteristik dalam proses pendidikan yang berlangsung di sekolah antala lain: Satu, Pendidikan diselenggarakan secara khusus dan di bagi atas jenjang yang memiliki hubungan hierarki (tingkatan). Dua, Usia anak didik di suatu jenjang bersifat homogeny. Tiga, waktu pendidikan relatif lama dan sesuai program pendidikan yang harus diselesaikan. Empat, Materi atau isi pendidikan lebih banyakbersifat akademis dan umum. Lima,  Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban atas kebutuhan dimasa yang akan datang[1]. Setelah kita tahu karakteristik pendidikan formal tentu dalam fikiran muncul pertanyaan apa peran dari sekolah atau pendidikan formal tersebut.
            Pendidikan formal memiliki peran dalam masyarakat. Peran sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Peran sekolah ini dalam mengembangkan kepribadian anak didik melalui kurikulum, seperti: mendidik dan mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan negara. dengan adanya peran sekolah masyarakat dapat terbantu dalam memberikan pendidikan kepada putra-putrinya. selain peran diatas ada beberapa peran sekolah dalam perkembangan masyarakat yang dikemukakan oleh Sapiyah Faisal dalam bukunya dasar-dasar pendidikan yaitu sebagai berikut:
      1.      Mencerdaskan kehidupan bangsa
Kecerdasan masyarakat dapat dikembangan melaui pendidikan formal. Kecerdasan sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap masyarakat karena dengan kecerdasan masyarakat mampu memecahkan permasalahan yang ada dalam kehidupan.
      2.      Membawa virus pembaharuan bagi perkembangan masyarakat
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sering mengadakan penelitian-penelitian. Dengan penelitian masyarakat dapat menemukan suatu penemuan baru dan penemuan baru tersebut dapat menimbulkan pembaharuan bagi masyarakat.
      3.      Melahirkan masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan masyarakat.
Dalam terjun ke masyarakat langsung diperlukan bekal yang matang. Karena itu sekolah sebagai pendidikan formal menciptakan kurikulum sedemikian rupa yang dapat menghasilkan output yang siap pakai.
            Pendidikan dapat melahirkan sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat. Sehingga tercipta hubungan sosial yang harmonis di tengah-tengah masyarakat. Sekolah telah membekali pendidikan berupa pendidikan agama, pendidikan moral pancasila maupun bidang study yang lain supaya tercipta sikap positif dan konstruktif yang telah lama di dambakan oleh masyarakat.
            Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa masyarakat dan pendidikan formal tidak bisa dipisahkan. Marayarakat desa membutuhkan pendidikan formal yang akan membawa masyarakat lebih bisa meningkatkan taraf hidupnya. Sedangkan pendidikan formal yang ada di desa membuat kebijakan pemerintah menjadi terlaksana. Semakin banyak pendidikan formal di desa semakin banyak pula masyarakat desa yang mampu meningkatkan taraf hidup mereka. Adapun pendidikan formal sebagian besar sangat di tunggu-tunggu oleh masyarakat desa, sebagian terasa tidak membutuhkan. Asumsi masyarakat desa yang masih kental dengan warisan leluhur menyebabkan fikiran kolot dan cenderung tidak menghendaki perubahan di tingkat pendidikan. Namun sejatinya masyarakat desa perlu mendapatkan pendidikan formal selain sebagai sarana pengetahuan juga memberikan pendidikan tingkah laku dan megubah cara pandang. Dengan memilki pendidikan masyarakat desa tidak lagi berpandangan seperti para leluhur, mereka bisa lebih membuka fikiran untuk melihat masa depan.

Seputar Pendidikan Formal di Desa
            Pendidikan formal yang ada di desa pada umumnya hanya taman kanak-kanak, sekolah dasar dan lanjutan. TK, SD dan SMP di desa merupakan  pendidikan formal yang dapat di nikmati oleh masyarakat desa. Meski sarana dan prasarana masih jauh dari kata layak dan nyaman untuk digunakan aktivitas belajar mengajar. Keprihatinan ini dapat kita lihat di sebuah dusun yang terletak di kaki gunung Merbabu. TK tersebut menempati ruang kelas SD yang kecil, bangkunya berwarna coklat kusam dan gurunya mengajar membaca, menulis, berhitung seperti layaknya guru-guru lainya. Yang menjadi lebih memprihatinkan adalah guru tersebut hanya lulusan SMP yang tidak mengenyam pendidikan keguruan seperti selayaknya guru[2].  Padahal kehadiran TK sangat penting dalam mengenalkan anak terhadap dunia luar. Selain itu pembentukan karakter anak terbentuk sejak anak berada dalam taman kanak-kanak. Karena taman kanak-kanak memberikan dasar pendidikan  kearah perkembangan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang diperlukan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkunganya. Masa Taman Kanak-kanak merupakan masa “golden periode” bagi proses pembentukan karakter anak. Seperti yang dikatakan oleh Paul Meier, seorang psikiater Kristen bahwa sampai usia 6 tahun 85% karakter anak telah terbentuk. Penelitian lain juga dilakukan oleh Benyamin S. Bloom yang menyatakan bahwa 50% potensi anak terbentuk sejak usia 5 tahun dan 30% potensi yang lain terbantuk sampai usia 8 tahun. Oleh karena itu, pendidikan di taman kanak-kanak sangatlah penting.
            Selain taman kanak-kanak, SD dan juga merupakan pendidikan formal yang perlu mendapatkan perhatian. Tak jauh dari TK, di SD dan SMP di desa masih kekurangan sarana dan prasarana. Yang sangat menonjol yaitu dari kondisi bangunan yang sudah tua, fasilitas buku-bukunya pun sedikit dan lusuh. Dengan tidak adanya fasilitas buku yang memadai anak didik rata-rata tidak berminat mengunjungi perpustakaan sekolah untuk membaca. Kadang-kadang mereka mengunjungi hanya untuk menumpang duduk atau bergurau dengan teman-temannya. Padahal membaca sangat penting untuk menunjang pengetahuan dan wawasan. Seperti yang dikatakan George A. Miller (1980) membaca adalah suatu permainan terkaan yang bersifat psikolinguistik dan didalamnya terdapat interaksi antara pikiran dan bahasa[3]. Selain itu membaca juga dapat menjernihkan fikiran sehingga dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan. Maka dari itu sangat disayangkan sekali jika siswa-siswa itu tidak minat membaca gara-gara kurangnya buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah.
            Setelah mengetahui tentang SD dan SMP, selanjutnya kita beranjak pada SMA. Di desa pendidikan SMA sangat minim sekali bahkan di beberapa desa yang terdiri dari banyak kampung hanya terdapat satu SMA. Dan yang sangat menyayat hati siswanya pun sedikit serta fasilitasnya kurang memadai. Sebelum beranjak dan melihat bagaimana sarana prasarana pendidikan formal di desa kita perlu tahu apa itu sarana dan prasarana. Sarana merupakan perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah. Sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah atau madrasah. Selanjutnya sarana prasarana pendidikan tingkat SMA/Madrasah sekurang-kurangnya harus memiliki ruang kelas, perpustakaan, laboratorium biologi, IPA, komputer, kimia, bahasa, ruang pemimpin, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, konseling, UKS, ruang OSIS, jamban, gudang, sirkulasi dan tempat bermain/olahraga. Jika kita melihat sarana diatas sebagian kecil saja yang terdapat di SMA/Madrasah di desa. Sungguh sangat jauh dari kata minimal.
            Sebagai contoh di desa saya[4] hanya ada sekolah Madrasah bukan SMA, fasilitasnya tergolong masih jauh dari minimal. Ruang kelas terbatas, fasilitas tempat ibadah belum punya, ruang UKS tidak layak karena harus digabung dengan ruang OSIS, tempat olahraga tidak punya jadi setiap mau olahraga siswa-siswi harus berolahraga kelapangan umum desa dan ruang perpustakaan pun sempit serta buku-bukunya sedikit. Jadi setiap saya mau mengerjakan tugas dan membutuhkan sebuah buku sebagai bahan selalu tidak ada, karena buku-bukunya memang terbatas. Dan kebanyakan bukunya dari sumbangan atau bantuan dari pihak luar. Selain itu fasilitas laboratorium, di sekolah saya hanya ada laboratorium komputer. Laboratorium  IPA tidak memiliki karena kurangnya dana dari pihak sekolah. Sedangkan laboratorium komputer tidak bisa di manfaatkan para siswa ketika mereka butuh. Karena laboratorium komputer di sekolah saya tidak selalu buka setiap hari untuk siswanya, para siswa bisa masuk ke lab komputer kalau ada praktek komputer saja. Hal ini menyebabkan para siswa di sekolah saya kurang ahli dalam teknologi. Banyak dari mereka yang Gaptek kalau anak zaman sekarang bilang. Padahal di zaman globalisasi seperti ini serba menggunakan teknologi.
            Dengan teknologi yang terbatas ini cara mengajar di sekolah saya juga masih manual. Seperti sekolah pada umumnya fasilitas mengajar dengan menggunakan white board atau papan tulis dan spidol. Cara mengajar guru dengan ceramah yaitu menjelaskan mata pelajaran dengan menggunakan mulut bukan menggunakan LCD atau sebagainya. Beda dengan sekolah Tingkat SMA di kota yang seluruh fasilitas tersedia. Fasilitas ruangan yang bagus, gedung kokoh bertingkat, buku memadai sampai cara mengajar guru sudah modern yaitu menggunakan LCD, Radio dan alat elektronik lainya. Tak ketinggalan laboratorium komputer, laboratorium IPA dan laboratorium-laboratorium lain lengkap dan tersedia kapan siswa membutuhkan. Sehingga siswa dengan mudah mencari bahan-bahan untuk mencari tugas mereka. Dan siswa yang bersekolah di kota lebih pandai dalam mengakses teknologi karena memang sarana dan prasarananya lengkap.
            Kita dapat melihat bagaimana kondisi sekolah yang ada di desa. Perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah supaya masyarakat desa mendapatkan sarana dan prasarana yang layak. Sehingga anak-anak yang ada di desa lebih maksimal dalam menggembangkan potensi yang ada dalam diri mereka. Dengan adanya fasilitas yang lengkap anak didik juga mampu meningkatkan prestasi akademik maupun non akademik mereka. Meningkatnya prestasi anak didik mampu meningkatkan pendidikan formal masyarakat desa. Karena akan banyak anak didik yang bisa melanjutkan ke perguruan tinggi dengan beasiswa. Tanpa para orang tuanya mengeluarkan biaya pendidikan. jadi, masyarakat desa bisa lebih meningkatkan kehidupan mereka.

Faktor Penghambat Masyarakat Desa Sekolah
            Sulitnya akses pendidikan di desa masih terasa sampai saat ini. kenyataanya banyak anak-anak di desa yang bulum mampu mengakses pendidikan formal. Sebagai contoh banyak anak di desa yang putus sekolah maupun yang benar-benar tidak mampu untuk sekolah. Hal apa saja yang membuat anak-anak tersebut tidak bersekolah. Berikut beberapa faktor yang menghambat anak-anak di desa tidak bersekolah.
Faktor internal:
1.      Persepsi orang tua terhadap sekolah
Orang tua mempunyai peranan penting dalam pendidikan anak-anaknya. Salah satunya pola pikir orang tua yang sangat mempengaruhi. Para orang tua di desa pa umumya memiliki pendidikan yang rendah sehingga pola pikir mereka tentang pendidikan pun sangat sempit. Bagi mereka pendidikan itu cukup hanya sekolah dasar atau maksimal sekolah lanjutan. Selebihnya mereka menganggap lebih penting bekerja mencari uang. Itulah yang menjadi penghambat anak-anak tidak bersekolah.
2.      Kurangnya ekonomi orang tua
Salah satu faktor penghambat anak tidak bersekolah yaitu faktor ekonomi orang tua. Mata pencaharian masyarakat desa pada umumnya hanya bertani atau buruh. Dari pekerjaanya tersebut mereka hanya mendapatkan penghasilan pas-pasan yang hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dan menyekolahkan anak membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dengan pendapatan yang serba pas itu para orang tua tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan anak-anaknya. Sehingga banyak anak-anak di desa yang tidak bersekolah.
3.      Minat sekolah anak
Selain dari faktor orang tua faktor personal anak juga mempengaruhi. Minat anak di desa dalam sekolah tergolong masih rendah. Mereka lebih senang bermain ataupun ikut mencari uang. Sebagai contoh jika musim panen anak-anak di desa sering turun ke sawah untuk ikut bekerja mencari uang. Sehingga minat bersekolah anak menjadi turun karena mereka lebih senang mendapatkan uang.

Faktor eksternal :

Tingginya biaya sekolah
            Dewasa ini dunia pendidikan semakin bahal dalam biaya. Para orang tua harus beerfikir ulang jika mau menyekolahkan anaknya. Dengan biaya yang mahal ini tidak semua masyarakat bisa menjangkaunya. Sebut saja kalangan masyarakat desa yang tidak mampu. Masyarakat desa  tersebut tidak bisa mengenyam pendidikan formal karena tingginya biaya sekolah. Sehingga mereka hanya bisa mengenyam pendidikan sampai sekolah dasar atau lanjutan. Itu pun dengan program pemerintah BOS (bantuan operasional sekolah). Namun, meskipun ada program bantuan dari pererintah berupa bantuan-bantuan operasional sekolah tetap saja biaya pendidikan masih mahal. Dan tetap saja mereka tidak bisa menjangkau biaya pendidikan tersebut.
            Penyebab mahalnya biaya pendidikan salah satunya dari kebijakan pemerintah sendiri. Kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya para pengusahalah yang memiliki modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite sekolah terbentuk muncul pungutan-pungutan yang mengatasnamakan “keputusan Komite Sekolah”. Namun kenyataannya ia tidak transparan dalam menjalankan tugas-tugas yang di emban.  Lebih-lebih yang menjadi Komite sekolah masih berhubungan dekat dengan kepala sekolah. Akibatnya Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya. Hal ini tentu saja sangat merugikan rakyat kecil seperti masyarakat desa yang tidak mampu. Mayarakat tidak bisa berbuat apa-apa kecuali jalan satu-satunya yaitu tidak sekolah.

Peran Sekolah dalam Pembangunan Masyarakat
            Pembangunan merupakan proses berkesinambungan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat seperti aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Dengan tujuan utama mensejahterakan masyarakat secara keseluruhan. John C.Bock dalam Education and Development: A Conflict Meaning (1992)[5] mengidentifikasi peran pendidikan sebagai berikut: a) memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa. b) mempersiapkan tenaga kerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan dan mendorong perubahan sosial. c) memeratakan kesempatan dan pendapatan. Dalam hal ini peran pendidikan menyangkut dua fungsi, pertama fungsi poltik dan yang kedua fungsi ekonomi. Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam pembangunan muncul dua paradigma yang menjadi kiblat pengambil kebijakan dalam pengembangan pendidikan yaitu paradigma fungsional dan paradigma sosialisasi.
            Paradigma fungsional melihat bahwa keterbalakangan dan kemiskinan dikarenakan masyarakat tidak memiliki cukup penduduk yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan sikap modern. Menurut pengalaman masyarakat di Barat lembaga pendidikan formal merupakan lembaga utama yang mengembagkan pengetahuan, melatih kemampuan dan menanamkan sikap modern para individu dalam proses pembangunan. Bukti-bukti menunjukan adanya hubungan antara pendidikan formal seseorang dengan partisipasi pembangunan. Dengan kata lain kedua hal ini tidak dapat dipisahkan.
            Sejalan dengan paradigma fungsional, paradigma sosialisasi melihat peran pendidikan dalam pembangunan adalah a) mengembangkan individu, b) kompetensi yang tinggi tersebut diperlukan untuk meningkatkan produktifitas, c) secara umum meningkatkan kemampuan masyarakat akan banyak masyarakat yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kehidupan mereka secara keseluruhan. Oleh karena itu berdasarkan paradigm sosialisasi ini, pendidikan harus diperluas secara besar-besaran dan menyeluruh. Menyeluruh disini harus mencakup seluruh kalangan masrarakat, baik dari masyarakat yang mampu sampai masyarakat kecil. Perbaikan pendidikan ini harus diwujudkan jika memang benar-benar akan menghendaki kemajuan. Kemajuan pembangunan yang berkesinambungan yang mampu mensejahterakan masyarakat.
            Hampir dari setiap pembangunan tidak dapat melepaskan dari pendidikan.  Karena memang dalam sebuah pembangunan diperlukan orang-orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah pembangunan desa. Maka dari itu ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan desa, sebagai berikut:
  1.  Proyek pertama harus berhubungan langsung dengan kebutuhan pertama
  2.  Perencanaan dan penyelidikan merupakan syarat mutlak dalam pembangunan desa
  3.  Perubahan sikap hidup rakyat sesuai dengan pembangunan
  4. Seluruh rakyat hendaknya ikut serta
  5. Perlu rencana untuk mempersatukan pemimpin-pemimpin lokal
  6. Organisasi partikelir hendaknya dimanfaatkan
  7. Pembangunan desa meminta sinkronisasi dengan pembangunan nasional
  8. Komunikasi yang baik akan memperlancar pembangunan
  9. Pendidikan dan pengajaran akan selalu tersangkut dalam pembangunan

            Pembangunan tidak bisa berjalan sendiri tanpa pendidikan. pada hakekatnya usaha pembangunan dilakukan oleh pemerintah dan rakyat. Sesuai dengan tujuan pokok pembangunan harus dapat memberikan kemakmuran dan kesejahteraan baik lahiriah maupun batiniah. Karena kedudukan dan peranan desa sebagai dasar dan landasan Negara, basis pembinaan ideologi dan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan atau keamanan Negara (EPOLEKSOSBUDHANKAM), maka desa harus dibangun untuk tercapainya stabilitas nasional yang kuat dan mantap, dan dinamis, bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat lahir dan batin masyarakat.
            Ada hubungan timbal balik antara pembangunan dan masyarakat. Selain pembangunan baik untuk masyarakat, masyarakat juga berperan dalam pembangunan. Peran masyarakat dalam pembangunan yaitu sebagai perencana, pelaksana dan pengawas. Peran masyarakat dalam merencanakan pembangunan yaitu memprediksi keadaan di masa yang akan datang, dengan prediksi yang tepat maka tidak akan terjadi perubahan dalam pembangunan. Selain memprediksi juga menganalisi kondisi nyata saat perencanan dilakukan. Kemempuan ini merupakan dasar bagi pengadaan prediksi yang tepat. Dengan menganalisis secara tepat kondisi nyata saat perencanaan dilakukan, sebagian dari prediksi yang tepat telah dilewati. Dan tak kalah pentingnya kemampuan melakukan perhitungan-perhitungan matematis yang akurat. Kemampuan ini sesungguhnya menjadi dasar bagi pengadaan analisis kondisi nyata secara akurat untuk keperluan perencanaan, maupun diperlukan untuk melakukan perhitungan-perhitungan matematis saat melakukan perencanaan.
            Dengan bantuan masyarakat dengan kemampuan-kemampuanya pembangunan akan berjalan lancar dan seimbang. Namun betapa pun besarnya kemampuan seseorang dalam melakukan perencanaan, manusia tetap memiliki keterbatasan dalam melakukan perencanaan. Apalagi bila perencanaan yang dilakukan manyangkut suatu lembaga yang besar. Oleh karena itu, dalam perencanan diperlukan kerja sama antara berbagai pihak dengan spesifikasi kemampuan masing-masing. Ada empat kegiatan perencanan yang harus di perhatikan oleh masyarakat dengan spesifikasi kemampuannya yaitu menetapkan tujuan utama dan menengah ( setting primary and intermediate goals,  mempelajari peluang ( search for opportunities ), menyusun rencana dan menentukan batas minimal dari hasil yang harus dicapai dalam pelaksanaan rencana. Hal ini dilakukan supaya kesalahan yang terjadi dapat diantisipasi sehingga pembangunan benar-benar berjalan lancar.

Kesimpulan
            Pendidikan di desa tergolong masih rendah. Masih sedikit pendidikan formal yang ada di desa. Sarana dan prasarananya pun tidak memadai. Di tambah masyarakat desa banyak  yang tidak bersekolah. Hal ini dikarenakan adanya pandangan para masyarakat desa yang masih terikat oleh tradisi luhur. Pandangan tentang pendidikan yang kurang begitu penting bagi masyarakat desa. Selain itu mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat desa tidak mampu menjagkaunya. Karena pendapatan mereka sangat minim dan hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akibatnya banyak anak di desa yang terpaksa tidak bersekolah karena orang tua mereka tidak mampu menyekolahkan mereka.
            Pendidikan sangat berperan bagi seluh aspek kehidupan. Salah satunya peran pendidikan terhadap pembangunan masyarakat. Pada hakekatnya kata pendidikan sudah menunjukan arti sebuah pembangunan. Pendidikan juga membawa dampak yang besar dalam pembangunan masyarakat. Masyarakat yang berpotensi memiliki pengetahuan dan kemampuan akan berpengaruh baik terhadap pembangunan. Karena pembangunan membutuhkan masyarakat yang berpengetahuan dan memiliki kemampuan  untuk menjalankan pembangunan tersebut. maka pendidikan formal di desa harus di perhatikan dan diberikan kesempatan masyarakat desa untuk mengenyam pendidikan formal secara maksimal.
  

Daftar pustaka

      Beeby,C.E. 1982. Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Djaya Pirusa
      Pudjiwati Sajogjo, Sajogjo. 1984. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
          Yamin, M. 2009. Menggugat Pendidikan Indonesia. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media
      Muhammad Tanthowi. Peranan Manusia dan Pendidikan dalam Pembangunan. Diakses pada kamis 10/11/2013 pukul 12:52 http://superthowi.wordpress.com/2012/08/14/peranan-manusia-dan-pendidikan-dalam-pembangunan-2/
           Pentingnya Membaca. Diakses pada Rabu, 9/11/2013
         Amril. Standar Sarana dan prasarana. Diakses kamis 1/10/2013
      Peran Sekolah Terhadap Masyarakat. Diakses selasa 1/8/2013



[1] “pendidikan formal”. www.sarjanaku.com diakses pada 8/1/2013 pukul 2:36. http://www.sarjanaku.com/2011/03/pendidikan-formal.html
[2]  Dapat dilihat dalam artikel ”Pendidikan Desa dan Masa Depan Bangsa” oleh Hans Geni Arthanto MA
[3]  Membaca dalam hal ini bukan hanya memahami hal grafis tapi telah sampai pada tahap sinergi antara pikiran dan pengalaman berbahasa. “pentingnya membaca”  http://www.scribd.com/doc/24942834/Pentingnya-Membaca
[4] Desa Prawoto kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati, Jawa Tengah
[5] Dalam artikel “Peranan Manusia dan Pendidikan dalam Pembangunan”.oleh Muhammad Tanthowi. http://superthowi.wordpress.com/2012/08/14/peranan-manusia-dan-pendidikan-dalam-pembangunan-2/


5 komentar:

  1. Balasan
    1. Terima kasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat, sila kan bisa langsung di copy namun bila tidak bisa mohon maaf untuk copy sudah banyak mulai di larang sepertinya, jadi bila berkenan bisa saya kirim via email saja.

      Hapus
  2. pak mau materinya boleh untuk bahan bacaan saya garap tugas akhir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, semoga bermanfaat dan terima kasih sudah berkunjung di tulisan ini.

      Hapus
  3. Pak Izin dijadikan referensi untuk tugas Pelajaran Sosial Budaya..Terimakasih pak.

    BalasHapus