Imam Ghozali dalam kitab Bidayatul Hidayah menjelaskan:
Beberapa etika perut adalah sbb:
1.
Jagalah dari mengkonsumsi makanan haram dan berusahalah hanya
mengkonsumsi makanan halal. Sekiranya kamu menemukan makanan halal maka
makanlah jangan sampai kekenyangan. Kekenyangan membuat keras hati,
merusak perasaan, mengganggu hafalan, menyebabkan badan berat untuk
beribadah dan menuntut ilmu. Kekenyangan juga merangsang syahwat dan membantu godaan setan.
2. Apabila kamu merasa cukup dalam satu tahun dengan satu baju baru
yang tidak terlalu bagus, merasa cukup dalam sehari semalam dengan dua
roti Khoskar, kamu menghindari berlebih-lebihan dengan lauk pauk, maka
sejatinya kamu sudah tidak perlu tambahan lagi dari perkara halal,
sesungguhnya perkara halal itu banyak.
3. Kamu tidak perlu
menyelidiki perkara yang tidak kelihatan, tetapi cukup bagimu yakin
bahwa yang kamu konsumsi adalah bukan produk haram melalui pengamatanmu.
Sesuatu yang bersifat haram sangat jelas. Adapun perkara yang diyakini
haram contohnya adalah harta penguasa dan pejabatnya (yang melebihi dari
gajinya), harta orang yang pekerjaannya hanya tukang ratap (dulu ada
orang yang disewa untuk meratapi dan menangisi orang yang meninggal,
khususnya apabila yang meninggal dari kalangan berpengaruh. Pekerjaan
ini diharamkan), penjual minuman keras, riba dan pemain musik yang
diharamkan agama seperti seruling dll. Orang yang kamu yakini sebagian
besar hartanya haram, maka apa yang kamu peroleh darinya kemungkinan
besar haram. Andaikan itu halal pasti sangat kecil kemungkinannya.
4.
Termasuk harta haram murni adalah harta yang dimakan dari barang wakaf
tanpa syarat yang diperbolehkan oleh pelaku wakaf. Barangsiapa yang
bekerja tanpa upah yang disepakati , maka apa yang dia ambil dari
madrasah adalah haram, barangsiapa banyak melakukan maksiat maka
kesaksiannya ditolak. Apa yang diambil atasnama lembaga tasawuf maka itu
haram.
Etika Kemaluan
Adapun kemaluan kalian, maka jagalah dari
apa yang diharamkan Allah. Jadilah seperti apa yang difirmankan Allah
swt “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, sesungguhnya mereka
tiada tercela”.
Menjaga kemaluan tidak akan terwujud tanpa menjaga
mata dari maksiat, menjaga hati dari fikiran kotor, menjaga perut dari
perkara syubhat dan kekenyangan, itulah yang memperkuat syahwat dan
sumber-sumbernya.
Source: http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1306:etika-perut-dan-kemaluan&catid=15:pengajian&Itemid=63
No comments:
Post a Comment