III.1. PENANGANAN
PASCA PANEN BUAH
Potensi pengembangan
buah-buahan di indonesia sangat besar. keanekaragaman varietas dan didukung
oleh iklim yang sesuai untuk buah-buahan tropika akan menghasilkan
berbagai buah-buahan yang sangat
bervariasi dan menarik. disamping itu dengan areal yang cukup luas sehingga
dapat menghasilkan buah-buahan yang cukup potensial disamping komoditi lainnya.
Buah-buahan
apabila setelah dipanen tidak ditangani dengan baik, akan mengalami perubahan
akibat pengaruh fisiologis, fisik, kimiawi, parasitik atau mikrobiologis,
dimana ada yang menguntungkan dan sangat merugikan bila tidak dapat
dikendalikan yaitu timbulnya kerusakan atau kebusukan. hal ini akan mengakibatkan tidak dapat dimanfaatkan lagi,
sehingga merupakan suatu kehilangan (loss). di indonesia kehilangan buah-buahan cukup
tinggi, 25 - 40 %. untuk menghasilkan buah-buahan
dengan kualitas yang baik, disamping ditentukan oleh perlakuan selama
penanganan on-farm, ditentukan juga
oleh faktor penanganan pasca panen yang secara umum mulai dari pemanenan,
pengumpulan, sortasi, pembersihan dan pencucian, grading, pengemasan, pemeraman, penyimpanan dan pengangkutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan pasca panen
1. faktor biologi : respirasi,
produksi etilen, perubahan komposisi kimia, kehilangan air.
2. faktor lingkungan : suhu,
kelembaban, komposisi atmosfer dan etilen.
Agar terhindar dari
kerusakan-kerusakan yang dapat menurunkan mutu buah perlu diperhatikan
perlakuan-perlakuan yang diberikan.
Skema Rantai Penanganan Pasca Panen Buah
|
1. Pemanenan
Mutu buah-buahan yg baik hanya akan diperoleh
bila dipanen :
- Pada
tingkat kematangan yang cukup
- Dilakukan
pada suhu udara belum terlalu panas
- Produk
harus diletakkan ditempat yang teduh.
-
Dilakukan secara hati hati dan harus bebas dari luka, bintik, penyakit dan kerusakan lainnya.
Tingkat kematangan buah-buahan dapat ditentukan dengan cara visual, fisik, analisis kimia, perhitungan
jumlah hari setelah persemaian
(penanaman), jumlah hari setelah keluarnya bunga, dan metode fisiologis.
cara pemetikan yang
baik adalah dengan alat petik berkantong yang dapat diatur
panjang-pendeknya.untuk melepaskan pisang dari tandannya digunakan alat
penyisir pisang yang dibuat dari bahan besi tempa dan dapat dibuat sendiri oleh
petani.
2.
Pengumpulan
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1.
Lokasi pengumpulan
atau penampungan harus dekat dengan tempat pemanenan,
2.
Wadah sebagai tempat
penampung sementara antara lain berupa keranjang, peti, atau karung goni yang
digunakan untuk mengangkut hasil panen dari lapang ke gudang penyimpanan.
3.
Buah-buahan harus
dihindarkan dari kontak langsung dengan sinar matahari.
4.
Perlakuan/tindakan
penanganan dan spesifikasi wadah yang digunakan harus disesuaikan dengan sifat
dan karakteristik buah yang ditangani.
3.
Sortasi
Sortasi dilakukan untuk memisahkan
buah-buahan yang luka, busuk dan cacat lainnya untuk menghindari penyebab
infeksi ke produk lain. sortasi dilakukan dilapangan dan dirumah pengemasan
baik secara manual maupun mekanis.
4.
Pencucian
Pencucian dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah)
serta residu pestisida (insektisida atau fungisida), dapat dilakukan dengan
cara menyikat buah dengan sikat halus.
5.
Grading
Grading bertujuan untuk memisahkan produk
berdasarkan mutu, warna,berat dan ukuran.umumnya pemilahan ini masih dilakukan
secara visual dan manual, baik dikebun maupun rumah pengemasan. selama grading harus diusahakan agar terhindar
dari kontak sinar matahari langsung.
6.
Pengemasan
Pengemasan berfungsi
untuk melindungi buah-buahan dari
kerusakan fisik selama pengangkutan. bahan pengemas luar bisa terbuat dari
kayu, rotan, bambu atau karton bergelombang. Sedangkan pengemasan untuk tingkat
pengecer (disebut kemasan dalam) biasanya terbuat dari film plastik, kertas,
plastik tercetak atau bahan campuran dari kertas dan plastik.
7.
Pelilinan
Pelilinan merupakan perlakuan khusus bagi beberapa buah yang bertujuan
untuk mengurangi kehilangan air, meningkatkan umur simpan, mengurangi
perkembangan penyakit mengganti bahan lilin alami pada buah selama pencucian,
melindungi dari luka dan memperbaiki penampilan buah. bahan lilin harus dari
bahan yang aman untuk dikonsumsi.
8. Pemeraman
Pemeraman(ripening)
adalah proses untuk merangsang pematangan buah agar matang merata dengan
menggunakan bantuan gas karbit atau etilen
dan suhu yang digunakan berkisar 18-28°c dan harus diperhatikan karateristik
biologis/fisiologis dari komoditas tersebut dengan tidak mencampurkan komoditas
yang mempunyai sifat/karateristik fisiologis yang berbeda dalam satu tempat
atau satu proses.
9.
Penyimpanan
Tujuan penyimpanan
adalah untuk mempertahankan mutu dan kesegaran buah-buahan serta untuk
memperpanjang masa simpannya.
berbagai teknologi
penyimpanan telah banyak dilakukan untuk mempertahankan umur simpan buah
diantaranya dengan metode cas (controlled
atmosphere storage), map (modified
atmosphere packaging).
10.
Transportasi
- Perlu diperhatikan sifat/karakteristik jenis produk yang diangkut, lamanya
perjalanan, serta alat/sarana pengangkutan yang digunakan.
- Buah yang diangkut sebaiknya
terhindar dari sinar matahari secara langsung selama pengangkutan.
- Buah yang diangkut agar dijaga
dari kemungkinan terjadi benturan, gesekan dan tekanan yang terlalu berat
sehingga dapat menimbulkan kerusakan atau menurunnya mutu produk tersebut.
Penanganan pasca panen buah-buahan
mempunyai kedudukan yang sama dengan penanganan sebelum panen (budidaya). Hal
ini untuk menjamin mutu buah agar tetap dalam kondisi prima sampai ke tangan
konsumen, sehingga kehilangan hasil produk dapat ditekan pada setiap rantai
penanganan pasca panen dan meningkatkan mutu produk yang pada akhirnya dapat
meningkatkan nilai ekonomis dan daya saing produk.
II.2. PENANGANAN
PASCA PANEN SAYURAN
Produk hortikultura seperti sayuran merupakan komoditas yang mudah rusak
dan masih mengalami proses hidup (proses fisiologis). dalam batas-batas
tertentu proses fisiologis ini akan mengakibatkan perubahan-perubahan yang
menjurus pada kerusakan/kehilangan hasil.
Kehilangan/kerusakan hasil produk sayuran secara kualitas dan kuantitas
terjadi pada tahap panen sampai dengan tahap produk siap dikonsumsi. Rata-rata
kehilangan/ kerusakan hasil produk sayuran diperkirakan 5 – 25% untuk
negara-negara yang telah maju, dan 20 – 50% untuk negara-negara berkembang. Untuk
mengurangi susut tersebut, beberapa hal
yang harus dilakukan adalah : (a)
mengetahui faktor biologis dan lingkungan penyebab kerusakan, dan (b) menggunakan
teknologi penanganan pasca panen yang benar, diantaranya pengemasan dan
penyimpanan yang tepat, sehingga akan memperlambat kebusukan dan dapat
mempertahankan kesegaran produk pada tingkat optimal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan pasca panen sayuran
1.
Faktor biologi :
respirasi, produksi etilen, perubahan
komposisi kimia, dan transpirasi.
2. Faktor lingkungan : suhu, kelembaban, dan
komposisi atmosfer.
Klasifikasi
Sayuran Berdasarkan Laju Respirasinya
No
|
Kelas
|
Laju Respirasi
(mg co2/kg-hr)
|
Komoditi
|
1.
|
Paling rendah
|
< 5
|
sayuran
|
2.
|
Rendah
|
5 – 10
|
seledri, bawang putih, kentang
|
3.
|
Sedang
|
10 – 20
|
wortel,
ketimun, tomat, kubis cina
|
4.
|
Tinggi
|
20 – 40
|
wortel
dengan daun, kembang kol, bawang perai, slada
|
5.
|
Sangat tinggi
|
40 – 60
|
brokoli, kecambah, okra, kale, snap bean, seledri air
|
6.
|
Paling tinggi
|
> 60
|
asparagus, jamur, bayam, jagung manis, parsely
|
Tahapan penanganan pasca panen sayuran
Agar terhindar dari kerusakan yang dapat
menurunkan mutu sayuran perlu diperhatikan perlakuan penanganan pasca panennya.
Skema Rantai Penanganan Pasca Panen Sayuran
|
1.
Pemanenan
Pemanenan sayuran harus dilakukan
secara hati-hati jangan sampai terjatuh, tergores, memar dan sebagainya, karena
luka yang disebabkan oleh hal tersebut akan menyebabkan terjadinya pembusukan
akibat peningkatan laju respirasi. Untuk menghindari kerusakan sayuran pada
saat pemanenan perlu diperhatikan :
-
Jangan sampai sayuran hasil panen terjatuh.
-
Gunakan alat panen, misalnya gunting atau pisau/parang tajam.
-
Wadah/keranjang penampung hasil panen harus kuat, permukaan bagian
dalamnya halus dan mudah dibersihkan.
Penentuan waktu panen sayuran yang siap dipanen dapat dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu :
a. Visual
: dengan melihat warna kulit, ukuran, masih adanya sisa tangkai putik, adanya
daun-daunan tua di bagian luar yang kering dan penuhnya buah.
b. Fisik : mudahnya buah terlepas dari tangkai atau
adanya tanda merekah, ketegaran dan berat jenis.
c. Analisis kimia : mengukur kandungan zat padat,
asam, perbandingan zat padat dengan
asam, dan kandungan zat pati.
d. Perhitungan jumlah hari setelah berbunga dan unit
panas.
e. Metode fisiologis : pengukuran pola respirasi
yaitu perbandingan antara co2 dan o2.
2. Pengumpulan
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada tahap pengumpulan adalah :
a.
Lokasi pengumpulan harus didekatkan dengan tempat
pemanenan, agar tidak terjadi penyusutan atau penurunan kualitas akibat
pengangkutan dari dan ke tempat penampungan.
b.
Perlakukan/tindakan penanganan dan spesifikasi wadah
yang digunakan harus disesuaikan dengan sifat dan karakteristik komoditi
sayuran.
c.
Wadah sebagai tempat penampung antara lain berupa
keranjang, peti atau karung goni.
d.
Produk segar harus dihindarkan dari kontak langsung
sinar matahari.
3. Sortasi
Sortasi merupakan kegiatan memisahkan sayuran yang
berkualitas kurang baik, seperti cacat, luka, busuk dan bentuknya tidak normal
dari sayuran yang berkualitas baik. Pada proses sortasi dilakukan proses
pembersihan, yaitu membuang bagian yang tidak diperlukan seperti daun tua,
cacat atau busuk.
4. Pembersihan/pencucian
Pencucian dilakukan agar sayuran terbebas dari
kotoran, hama dan penyakit. Dilakukan dengan menggunakan air bersih yang
mengalir yang bertujuan untuk menghindari kontaminasi. Pencucian dengan air
juga berfungsi sebagai pre-cooling untuk mengatasi kelebihan panas yang
dikeluarkan produk saat proses pemanenan.
5. Grading Atau Pengkelasan
Pengkelasan dimaksudkan
untuk mendapatkan sayuran yang bermutu baik dan seragam dalam satu golongan
/kelas yang sama sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan atau atas
pemintaan konsumen. Pengkelasan
dilakukan berdasarkan berat, besar, bentuk, rupa, warna, bebas dari penyakit,
dan cacat lainnya.
6. Pengemasan
Pertimbangan-pertimbangan
yang perlu diperhatikan dalam pengemasan
:
- Kemasan harus memberi perlindungan terhadap sifat
mudah rusak sayuran yang menyangkut ukuran, bentuk konstruksi dan bahan yang
dipakai.
- Kemasan harus cocok dengan
kondisi pengangkutan dan harus dapat diterima oleh konsumen dalam keadaan baik.
- Harga dan bentuk kemasan harus
sesuai dengan nilai sayuran yang dikemas.
- Kemasan dibagi menjadi : (a)
kemasan konsumen atau konsumen primer; (b) kemasan transportasi atau
kemasan sekunder, dan (c) kemasan pengisi atau kemasan tersier.
7. Penyimpanan dan pendinginan
Pendinginan dapat dilakukan dengan berbagai cara
yaitu :
a. Pendinginan dengan udara (dingin) yang mengalir (air
cooling).
b. Pendinginan dengan merendam dalam air dingin
mengalir atau dengan pencucian dengan air dingin (hydro cooling).
c. Pendinginan dengan cara kontak dengan es (ice
cooling).
8. Transportasi
Pengangkutan
sayuran dapat dilakukan melalui jalan darat, melalui laut, dan melalui udara.
pada tahap ini, kemasan harus sudah memenuhi beberapa persyaratan, yaitu : (a)
melindungi sayuran dari kerusakan mekanik; (b) tidak menghambat lolosnya panas
bahan dan panas pernapasan dari produk,
dan (c) mempunyai kekuatan konstruksi yang cukup untuk mengatasi penanganan dan
penumpukan yang wajar.
Penanganan pasca panen sayuran mempunyai kedudukan yang sama dengan
penanganan budidaya, hal ini untuk menjamin mutu sayur agar tetap dalam kondisi
prima sampai ke tangan konsumen. kehilangan hasil produk dapat ditekan pada
setiap rantai penanganan pasca panen dan mempertahankan mutu produk yang pada
akhirnya dapat meningkatkan nilai ekonomis dan daya saing produk.
III.3. PENANGANAN
PASCA PANEN TANAMAN HIAS
Tanaman hias dikelompokkan ke dalam
4 (empat) kelompok yakni; 1) bunga potong, 2) daun potong, 3) tanaman hias pot,
dan 4) tanaman hias untuk pertamanan lansekap.
Kelompok tanaman hias bunga potong umumnya lebih banyak diminati karena
bernilai ekonomis tinggi dengan warna bunga yang menarik dan volume bunga yang
dapat mencapai jumlah yang besar.
Tanaman hias yang
bernilai ekonomis sebagai bunga potong harus memenuhi persyaratan yakni; 1)
berwarna indah, mulus, bersih, tidak bernoda dan baunya wangi tidak menyengat;
2) bunga dapat bertahan lama setelah dipotong; 3) tangkai bunga cukup panjang
dan kuat; 4) bunga tidak mudah rusak dalam pengepakan dan; 5) bunga dihasilkan
oleh tanaman yang subur dan mudah berbunga tanpa mengenal musim. beberapa jenis bunga potong yang terkenal di
indonesia adalah anggrek, krisan, mawar, anyelir, gladiol, gerbera dll.
Untuk mengurangi kehilangan hasil yang disebabkan oleh
kerusakan yang sering timbul setelah panen pada tanaman hias seperti layu,
patahnya batang dan daun, serta lepasnya kelopak bunga, maka diperlukan perhatian khusus pada
penanganan pasca panennya agar produk mempunyai fase hidup atau daya
simpan yang lama. penanganan pasca panen
bunga merupakan suatu kegiatan yang memberikan perlakuan-perlakuan terhadap
bunga, setelah bunga tersebut dipanen sampai bunga itu diterima oleh konsumen.
Umumnya penanganan pasca panen tanaman hias lebih banyak
dilakukan untuk kelompok tanaman hias bunga potong dibanding dengan kelompok
tanaman hias yang lain, hal ini karena pertimbangan nilai ekonomis bunga potong
dengan warna yang menarik dan volume bunga potong yang dapat mencapai jumlah
besar saat dilakukan pengiriman atau pemasarannya.
Penanganan pasca panen tanaman hias khususnya bunga
potong bertujuan untuk: 1) memperkecil respirasi, 2) memperkecil transpirasi,
3) mencegah infeksi atau luka, 4) memelihara estetika, 5) memperoleh harga yang
tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan pasca
panen tanaman hias.
Untuk menerapkan penanganan pasca panen tanaman hias bunga potong secara baik dan benar, maka
perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pasca panennya yakni :
1. Kematangan
bunga (flower maturity)
2. Persediaan bahan makanan
3.
Temperatur
4.
Persediaan air
5.
Pertumbuhan
mikroorganisme
6. Kualitas air
7. Etilen
8.
Kerusakan mekanis
9. Penyakit
Tahapan penanganan pasca panen tanaman hias bunga potong
1.
Pemanenan
Waktu
panen yang paling baik adalah pada pagi hari, pukul 06.00-08.00 waktu
setempat. Panen bunga juga bisa
dilakukan pada sore hari akan tetapi bunga yang telah dipotong sebaiknya
diperlakukan secara khusus, yaitu pangkal tangkai bunga harus direndam di dalam
air yang dicampur dengan suatu bahan nutrisi tanaman, misalnya gula (glukosa),
agar bunga tidak cepat layu.
2.
Pengumpulan bunga yang telah dipotong
Bunga-bunga
yang telah dipotong langsung dikumpulkan di dalam wadah (tempat bunga) yang
sesuai dengan kebutuhan setiap jenis bunga.
Tempat bunga tersebut hendaknya disimpan pada suatu tempat yang teduh
dan aman, terhindar dari percikan air atau kotoran lainnya, sehingga bunga
terjaga dari kerusakan yang dapat menurunkan kualitas bunga.
3. Pengangkutan ke Tempat Sortasi
Setelah selesai dikumpulkan, bunga
diangkut ke tempat sortasi untuk disortir dan diseleksi. Di tempat sortasi, bila waktu untuk melakukan
sortir bunga masih lama, sebaiknya pangkal tangkai bunga direndam dulu di dalam
bak berisi air bersih agar bunga tidak cepat layu.
4. Sortasi dan
Seleksi Kualitas
Bunga hasil
panen diletakkan di atas meja, dipisahkan menurut jenis dan warna bunga. Bunga diperiksa/diteliti satu persatu untuk
melihat kedaan bunganya, tingkat kemekaran bunga, keadaan tangkai bunga yang
meliputi panjang-pendeknya, lurus-bengkoknya, besar-kecilnya, dan
tegar-lemasnya (vigor), serta kebersihan daunnya.
5.
Pengikatan/Pengelompokan Bunga (Bunching)
Pada umumnya
bunga dilakukan pengikatan / pengelompokan, kecuali anthurium, anggrek,
dan beberapa bunga lainnya. Bunga dan
daun-daunan yang telah diseleksi dan ditentukan kriteria grading-nya,
diikat dengan menggunakan tali atau karet menurut aturan jumlahnya.
6.
Pembungkusan
Setelah diikat menurut aturan jumlahnya, bunga harus segera dibungkus
dengan kertas atau plastik pembungkus sesuai dengan jenis bunga yang akan
dibungkus. Pembungkusan ini bertujuan
untuk menjaga agar bunga terhindar dari kerusakan (lecet-lecet) sehingga
kualitas bunga tetap terjaga.
7.
Perendaman dengan Larutan Sebagai Pengawet
Pengawetan bertujuan untuk memperpanjang kesegaran bunga potong. Zat pengawet digunakan pada empat macam perlakuan
yaitu : conditioning, pulsing, holding, dan pembukaan kuncup.
Conditioning.
Merupakan perlakuan pemberian air pada bunga yang layu dengan
pendinginan, menggunakan air deionized yang mengandung obat pembasmi
kuman. Agen pembasah (0.01 – 0.1%) dapat
ditambahkan, dan air harus diasamkan dengan asam sitrat, hydroxyquinoline
citrate (HQC), atau almunium sulfat pada pH mendekati 3.5.
Pulsing
Merupakan perlakuan dalam jangka waktu yang pendek setelah pemanenan,
yaitu proses perendaman dalam larutan yang mengandung nutrisi (glukosa atau
sukrosa) dalam jumlah yang tinggi dan anti oksidan.
Holding solution
Merupakan larutan tempat dicelupkannya bunga-bunga sampai terjual atau
larutan yang digunakan oleh konsumen untuk keragaan bunga. Pada umumnya bahan penyusun larutan pengawet
adalah sumber energi, bahan penurun pH, biosida, senyawa anti etilen dan
zat pengatur tumbuh. Sumber energi yang
digunakan umumnya adalah sukrosa, tetapi glukosa dan fruktosa juga efektif.
8.
Penyimpanan
Penyimpanan
sementara dilakukan untuk penyimpanan bunga dalam jangka waktu pendek (kurang
dari 1 hari) bunga bisa disimpan pada suhu ruang dengan merendam pangkal
tangkainya di dalam bak berisi air bersih.
Penyimpanan untuk persediaan (stok) dilakukan untuk jangka waktu yang
agak lama bunga harus disimpan di dalam
ruang penyimpanan berpendingin (cold storage) dengan temperatur sekitar
50C dan kelembaban udara yang tinggi, sekitar 90%.
9.
Pengepakan
Untuk
pengiriman ke tempat penjualan, bunga harus dikemas dalam kardus/karton atau
kontainer plastik yang berukuran sesuai dengan panjang maksimal bunga, sehingga
bunga bisa diatur rapi dan tetap terjaga kualitasnya. Di Kebun Ciputri, dalam satu kardus berukuran
100 x 40 x 40 cm dapat diisi dengan 25 bungkus chrysant, dimana isi per
bungkusnya 10 tangkai. Untuk carnation
dapat digunakan kardus berukuran 80 x 40 x 20 cm, yang dapat menampung 24-30
bungkus carnation, dengan isi 10 tangkai / bungkus. Pada bidang-bidang yang berukuran 40 x 40 cm
untuk kardus chrysant, dan 40 x 20 m untuk carnation diberi lubang-lubang,
sebagai tempat pegangan tangan dan juga untuk ventilasi udara di dalam kardus.
10.
Fumigasi
Fumigasi hanya
dilakukan apabila bunga tersebut akan di ekspor, dan negara tujuan ekspor mengharuskan
perlakuan fumigasi ini. Kerugian dari
fumigasi adalah dapat menurunkan vase life dari bunga yang difumigasi.
11.
Penanganan Eceran
Setelah bunga
tiba, bunga dipotong pada pangkal batang ± 2 cm dan kemudian bunga ditempatkan
segera pada ruang dingin. Sesudah
bungkus dibuka, bunga ditempatkan pada ruang pendingin untuk beberapa jam. Jika bunga bersisa di toko beberapa hari,
bunga tersebut diletakkan pada ember yang bersih atau jamban (vas) berisi bahan
pengawet.
12.
Pengiriman ke Tempat Penjualan
Pengiriman
bunga ke tempat penjualan dilakukan dengan menggunakan mobil boks yang
mempunyai pengatur udara ruangan (air conditioner). Selama perjalanan, temperatur di dalam box
mobil diusahakan rendah dan stabil pada temperatur sekitar 120C,
sehingga kesegaran bunga tetap terjaga dan bunga diterima konsumen dalam
keadaan baik. Untuk pengiriman jarak
jauh dapat dilakukan lewat kargo udara .
Salam kenal, saya Yosi, klau mau konsultasi ttg pascapanen tanaman hias bagaimana caranya. Tks..alamat email saya diyosi.jang4petulai@yahoo.co.id
ReplyDeleteSudah saya email-kan ke alamat tersebut.
DeleteSalam kenal kembali untuk Mas Yosi dan semoga bermanfaat. Mohon maaf sekali, saya tidak menguasai mengenai seluk beluk tanaman hias lebih jauh dan mungkin masih lebih sedikit ilmunya dibanding Mas Yosi.
ReplyDeletebang ruang lingkup teknologi pasca panen yg gimana yaa,, saya gk ngerti
DeleteTerima kasih atas kunjungannya bang kadekmerta, saya akan coba sedikit menjawab dengan sedikit yang saya ketahui,
DeleteRuang lingkup teknologi pascapanen (TPP)
A. Penanganan Pasca Panen
1. Melindungi Hasil
2. Mengurangi resiko kerugian
3. Menganeka ragamkan produk
4. Meningkatkan kualitas
5. Mempertahankan kuantitas
6. Menambah lapangan kerja
7. Menambah pendapatan petani
8. Memberi kepuasan kepada konsumen.
>> rangkaian kegiatan mulai dari panen sampai ketangan konsumen dalam bentuk segar.
B. Tujuan TPP
Tujuannya adalah melindungi hasil panen hingga terhindar dari kerusakan atau penyusutan yang dapat merugikan baik kulaitas maupun kuantitasnya, mempermudah penanganan selanjutnya, memberikan nilai tambah pada produknya, dan meningktakan nilai jual untuk menaikan pendapatan produsen.
Kesimpulan ruang lingkup TPP adalah suatu kegiatan perlakuan atau tindakan mulai dari panen, sortasi, klasifikasi, pengepakan, pengemasan, pengankutan, pemasaran, hingga sampai ketangan konsumen baik melalui pengolahan untuk meningkatkan kulaitas dan kuantitas sehingga dapat menambah pendapatan produsen.
Semoga dapat membantu dan bermanfaat.
Salam kenal pak. sy brian. sy mau konsultasi sm bpk, mengenai penanganan hasil pernaian komoditas jagung, padi, dan singkong. yasintusbria@gmail.com. thx.....
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung,
ReplyDeletemaaf, ada yg bisa banti pak yasintus brian??
ilmu saya masih sangat kurang tentang penanganan hasil panen
Terimakasi
ReplyDeleteTerimakasi
ReplyDeletesippp
ReplyDeleteterima kasih informasi pengetahuannnya
ReplyDeletemohon maaf dan mohon izin untuk mengkopi materi bapak untuk melengkapi kuliah saya?
ReplyDeleteterimakasih informasi pengetahuannya sangat berarti untuk saya...
ReplyDeleteoke
ReplyDeleteoke
ReplyDeleteApabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
ReplyDeleteSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
terimakasi
ReplyDeleteterima kasih atas informasinya
ReplyDeleteTerimakasih
ReplyDeletebagus tulisannya, lumayan rinci. boleh minta naskah ini untuk bahan kuliah di Unud?
ReplyDeleteAhamdulillah yang saya cari ada disini, mohon ijin untuk kami gunakan, terimakasih
ReplyDeleteterima kasih atas informasinya, saya izin menggunakan materi sebagai laporan kuliah saya
ReplyDelete