Manusia pada dasarnya
tidak setia atas kemandekan dan kebekuan, karena dalam dorongan terdalam
hatinya menginginkan adanya suatu perubahan. Manusia yang mau berusaha
baik tentu saja tidak akan mau atas semua jenis perubahan. Ia hanya
ingin perubahan yang lebih baik. Dalam Ramadan sebulan penuh ini, Allah Ta’ala
dengan kemahabijaksanaan-Nya mendorong dan mendukung semangat fitrah
perubahan manusia itu dengan terapi paket puasa beserta amaliah ibadah
Ramadan lainnya.
Pertama,
puasa sendiri yang dalam pengertian dasarnya adalah sebagai upaya
menahan diri, adalah piranti efektif untuk menundukkan ”musuh” utama
manusia, yaitu berperang melawan diri sendiri yang dalam bahasa
Rasulullah Muhammad shallallah ’alaih wasallam disebut Jihad Akbar dan Jihadun Nafs (perang melawan hawa nafsu). Bahkan dinyatakan oleh Rasulullah, jihad ini lebih utama dari jihad perang.
Kedua, ibadah puasa adalah ibadah istimewa perlambang keikhlasan hamba, sehingga dinyatakan oleh Allah Ta’ala sebagai ibadah untuk-Nya, disebabkan kekhususan penisbatannya kepada Allah. Sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits qudsi :
”Setiap perbuatan kebaikan memperoleh pahala sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali, kecuali puasa : ia adalah milik (untuk)-Ku, dan Aku-lah yang menentukan besar pahalanya. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).
”Setiap perbuatan kebaikan memperoleh pahala sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali, kecuali puasa : ia adalah milik (untuk)-Ku, dan Aku-lah yang menentukan besar pahalanya. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).
Ketiga,
kegiatan yang dilakukan secara bersama adalah elemen penting perubahan
itu. Ilustrasinya sederhana saja. Kadang atau mungkin juga kerap kali,
ketika kita melakukan ibadah sendirian, terasa kurang semarak dan
semangat jika dibanding melakukannya secara bersama, berjama’ah. Inilah
barangkali alasan mengapa banyak pesantren dan sekolah yang menerapkan
kebijakan salat Dhuha berjamaah, padahal dalam kaca mata Fiqh
shalat ini tidak dianjurkan dilakukan secara berjam’ah. Alasan untuk
memotivasi siswa atau sarana pendidikan yang dengan pembiasaan itu akan
melahirkan semangat beribadah adalah hal yang diharapkan efektif. Nah,
dalam Ramadan ada beberapa kegiatan dan ibadah yang biasa dilaksanakan
secara bersama, antara lain, salat Tarawih berjama’ah, Tadarus Quran
bersama, buka bersama, sahur bersama dalam suasana kekeluargaan.
Keempat, Ramadan di mana Al-Quran turun pada bulan mulia ini, adalah bulan motivasi beribadah. Dari Ubadah bin Ash-Shamit, bahwa Rasulullah bersabda:
"Telah
datang kepadamu bulan Ramadan, bulan keberkahan, AIlah mengunjungimu
pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan
mengabulkan do'a. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini
dan membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada
Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang sengsara ialah
yang tidak mendapatkan rahmatAllah di bulan ini. " (HR. Ath-Thabarani)
Dalam Ramadan pula ada satu malam yang paling utama di sisi Allah yang selalu diburu hamba-Nya, yaitu datangnya malam Lailatul Qadr yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qadr.
”Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah
kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari
seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS al-Qadr [97]: 1-5)
Abu
Hurairah berkata, bersabda Rasulullah:“Siapa saja yang bangun pada
malam Qadr karena dorongan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka
diampuni dosanya yang lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Kelima,
Ramadan mengajarkan awal kebiasaan baru dan kedisiplinan selama
sebulan penuh. Awal perubahan adalah jika kita mau bertekad dalam hati
untuk menampilkan kebiasaan baru dengan teratur disiplin. Ramadan
menawarkan hal penting ini lebih dari hari-hari dalam bulan lainnya.
Selama satu bulan, selalu berbuka puasa sebelum maghrib, sahur sebelum
munculnya fajar shadiq shubuh, dan bertarawih.Yang istimewa, jika sebagian kita selama ini tidak membiasakan diri bangun malam untuk shalat malam, Qiyamul Lail, pada Ramadan kebiasaan baru tersebut diawali dengan menumbuhkan kebiasaan salat tahajjud berbareng dengan waktu sahur.
Nuansa
Ramadan sebagaimana tergambar di atas adalah suguhan Allah untuk kita
semua. Kemudian semuanya kembali pada pribadi kita masing- masing untuk
mengetuk dan mau membuka diri dalam memaknai Ramadan ini. Layaklah untuk
kita sambut dan jemput dengan gempita peluang berharga yang
dihadiahkan Allah Ta’ala ini. Amin.
Source: http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1296:memulai-perubahan-dengan-terapi-ramadan&catid=15:pengajian&Itemid=63
No comments:
Post a Comment