‘’Sekarang banyak
angkot yang sudah dipindahtangankan. Pemiliknya sudah tidak sanggup lagi
mengoperasikan angkot tersebut lantaran biaya operasional tinggi dan pemasukan
sepi,’’ kata Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Banyumas, H Sugiyanto,
kemarin.
Kondisi tersebut
membuat harga jual armada angkutan menjadi terjun bebas dari harga pasar yang
semestinya.
Sebelum tahun 2005,
harga satu unit angkot beserta izin trayeknya masih bisa mencapai kisaran Rp
200 juta, tapi sekarang paling hanya tinggal sekitar Rp 100 juta.
Menurutnya, penyebab
merosotnya pendapatan para sopir adalah turunnya jumlah penumpang, ditambah
lagi kenaikan harga suku cadang kendaraan.
Bertambahnya jumlah
kendaraan bermotor dari waktu ke waktu membuat masyarakat semakin enggan
memanfaatkan jasa angkutan umum.
2.000-2.500 Unit
Terkait dengan
penambahan jumlah kendaraan bermotor, ia mengaku mendapatkan informasi
penambahan jumlah motor di Kabupaten Banyumas mencapai 2.000-2.500 unit per
bulan. Kondisi ini jelas sangat memukul para pengusaha angkutan umum.
‘’Apalagi dalam
waktu dekat pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM),
khususnya jenis premium dan solar. Praktis, keberadaan angkutan umum akan
semakin terpuruk,’’ ungkap Ketua Koperasi Angkutan Kota (Kopata) Banyumas
tersebut.
Ketua Dewan
Penasihat Organda Banyumas, Sutanto, menambahkan semestinya pemerintah ikut
membantu para pengusaha angkutan dalam menekan kenaikan harga suku cadang kendaraan.
‘’Kalau pemerintah justru menaikkan harga BBM, harga spare part kendaraan akan
ikut-ikutan naik,’’ tandasnya.
Sumber :
http://www.banyumaslive.com/pengusaha-pilih-menjual-angkot - March 6, 2012
No comments:
Post a Comment