Usaha agribisnis dianggap layak apabila secara finansial
menguntungkan, dan penilaian kelayakan usaha biasanya dilakukan dengan analisis
finansial. Perusahaan harus mampu
menjual barang yang dihasilkan semaksimal mungkin agar di dapat laba sesuai
yang diinginkan tersebut. Apabila perusahaan menghubungkan antara biaya-biaya
yang dikeluarkan, laba yang diperoleh dan volume penjualan akan didapatkan
suatu analisa yang disebut sebagai cost, profit, dan volume analisis. Dengan
adanya analisis ini akan diperoleh besarnya laba atau keuntungan yang akan
diperoleh dan harus diperhatikan besarnya komponen biaya produksi dan harga
(Sutrisno, 2009).
1.
Analisis
Biaya Usahatani Wortel
Biaya usahatani
merupakan total biaya tetap yang meliputi penyusutanperalatan dan sewa lahan,
serta biaya variabel seperti biaya benih, pupuk,pestisida dan tenaga kerja per
hektar dalam satu kali musim tanam yangdigunakan dalam usahatani.
Penjumlahan
dari biaya tetap dan biaya variabel disebut biaya total, sehingga dirumuskan
sebagai berkut:
TC
= FC + VC
Keterangan
:
TC = Total
Cost (total biaya produksi)
TFC = Total
Fixed Cost (total biaya tetap)
TVC = Total
Variable Cost (total biaya variabel)
2.
Penerimaan
Menurut Soekartawi (2002), yang dimaksud penerimaan adalah seluruh
perolehan yang diterima perusahaan dari total produksi dikalikan harga jual
produk.
Penerimaan dapat di nyatakan dalam rumus :
TR = P x Q
Keterangan :
TR = Total Revenue (total penerimaan)
P
= Price
(harga)
Q = Quantity
(jumlah produksi)
3. Pendapatan
Pendapatan merupakan keuntungan yang diperoleh dari total
penerimaan dikurangi dengan total biaya produksi. Hubungan antara penerimaan
dan pendapatan bersih dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
= TR – TC
Keterangan :
= Laba atau rugi
TR = Total Revenue (total penerimaan)
TC = Total Cost (total biaya produksi)
4.
Break Even Point (BEP)
Analisis titik impas atau Break Even Point (BEP) adalah suatu kondisi dimana
pada periode tersebut perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga tidak
menderita kerugian. Artinya pada saat itu penghasilan yang diterima sama dengan
biaya yang dikeluarkan (Sutrisno, 2009).
Perhitungan
BEP dengan pendekatan matematik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, atas dasar unit
dan atas dasar rupiah yang menggunakan
rumus (Sutrisno, 2009) :
a. Break Even Point dalam
nilai Penjualan (rupiah)
b.
Break
Even Point (BEP) dalam volume produksi (unit)
5. Return Cost Ratio
(R/C Ratio)
R/C ratio merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan dengan
total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak apabila nila R/C
ratio yang diperoleh lebih besar dari satu, dan sebaliknya suatu usaha
dikatakan tidak layak jika R/C ratio yang diperoleh lebih kecil dari satu. Sedangkan jika nilai R/C ratio sama
dengan satu maka menunjukan bahwa usaha tersebut berada dalam keadaan impas.R/C
ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :
R/C
ratio =
Keterangan :
R
: Revenue (Pendapatan)
C
: Cost (Biaya)
TR: Total Revenue (Pendapatan
total)
TC: Total Cost (Biaya total)
Secara teoritis dengan rasio R/C = 1 artinya
tidak untung dan rugi. R/C rugi adalah < 1, sedangkan R/C rasio untung
adalah > 1. Semakin besar R/C rasio maka akan semakin besar pula penerimaan
yang akan diperoleh pengusaha.
No comments:
Post a Comment