Fungsi Produksi merupakan suatu hubungan
diantara faktor-faktor produksi dan
tingkat produksi yang
diciptakannya. Tujuan dari
kegiatan produksi adalah memaksimalkan
jumlah output dengan menggunakkan sejumlah input tertentu. Lebih
lanjut fungsi produksi juga
dijelaskan oleh Nicholson (2002), fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan
matematik antara input yang digunakan untuk menghasilkan
suatu tingkat output
tertentu. Fungsi produksi dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut ini :
q = f ( K, L, M,... .
)…………………………………………………(2.2)
Dimana q adalah output barang - barang
tertentu selama satu periode, K adalah input modal yang digunakan selama
periode tersebut, L adalah input tenaga
kerja dalam satuan jam, M adalah input bahan mentah yang digunakan. Dari persamaan (2.2) dapat dijelaskan bahwa
jumlah output tergantung dari kombinasi
penggunaan modal, tenaga kerja, dan bahan mentah. Semakin tepat kombinasi input, semakin besar
kemungkinan output dapat diproduksi secara
maksimal. Keberadaan fungsi produksi juga
diperjelas oleh Salvatore (1995) yang menjelaskan
bahwa fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum komoditi yang dapat diproduksi per unit waktu
setiap kombinasi input alternatif, bila menggunakan
teknik produksi terbaik yang tersedia.
Dalam
teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi. Yaitu
fungsi produksi dari
semua produksi dimana
semua produsen dianggap tunduk
pada suatu hukum
yang disebut : The
Law Of Diminishing Returns.
Hukum ini mengatakan bahwa bila satu macam input ditambah penggunaannya sedang input-input lain tetap maka tambahan output yang
dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mulamula menaik, tetapi kemudian
seterusnya menurun bila
input tersebut terus ditambah.
Secara grafik penambahan faktor-faktor produksi yang digunakan dapat dijelaskan pada Gambar 2.
Y
(hasil produksi)
3
2 TPP
1
X
(Faktor
Produksi)
Y
(hasil
produksi)
4
5 APP
6
X
MPP (Faktor Produksi)
Sumber: Ari Sudarman, 1999
Gambar 2.
Kurva Hubungan TPP, MPP, dan APP
Gambar
2 menunjukkan bahwa pada tingkat permulaan penggunaan faktor produksi, TPP akan bertambah secara perlahan-lahan dengan
ditambahnya penggunaan faktor produksi.
Pertambahan ini lama kelamaan menjadi semakin cepat dan mencapai maksimum di titik 1, nilai kemiringan dari kurva
total produksi adalah marginal produk. Jadi, dengan demikian pada titik
tersebut berarti marginal
produk mencapai nilai
maksimum. Sesudah kurva
total produksi mencapai
nilai kemiringan maksimum di titik 1, kurva total produksi masih terus menaik. Tetapi kenaikan produksinya dengan
tingkat yang semakin menurun, dan ini terlihat pada nilai kemiringan garis singgung
terhadap kurva total produksi yang
semakin kecil. Bergerak ke kanan sepanjang kurva total produksi dari titik 1 nampak
bahwa garis lurus yang ditarik dari titik 0 ke kurva tersebut mempunyai
nilai kemiringan yang semakin besar. Nilai kemiringan dari garis ini mencapai maksimum di titik 2, yaitu pada waktu garis tersebut tepat menyinggung kurva total produksi. Karena nilai kemiringan garis lurus yang ditarik dari titik 0 ke suatu titik pada kurva total produksi menunjukkan produksi rata-rata di titik tersebut, ini berarti di titik 2 (di titik 5 pada gambar bagian bawah) produksi rata-rata mencapai maksimum.
nilai kemiringan yang semakin besar. Nilai kemiringan dari garis ini mencapai maksimum di titik 2, yaitu pada waktu garis tersebut tepat menyinggung kurva total produksi. Karena nilai kemiringan garis lurus yang ditarik dari titik 0 ke suatu titik pada kurva total produksi menunjukkan produksi rata-rata di titik tersebut, ini berarti di titik 2 (di titik 5 pada gambar bagian bawah) produksi rata-rata mencapai maksimum.
Mulai
titik 2, bila jumlah
faktor produksi variabel
yang digunakan ditambah, maka produksi naik dengan tingkat
kenaikan yang semakin menurun, dan ini
terjadi terus sampai di titik 3. Pada titik 3 ini, total produksi mencapai maksimum, dan lewat titik ini total produksi
terus semakin berkurang sehingga akhirnya mencapai titik 0 kembali. Di sekitar
titik 3, tambahan faktor produksi (dalam jumlah
yang sangat kecil)
tidak mengubah jumlah
produksi yang dihasilkan. Dalam daerah ini nilai kemiringan
kurva total sama dengan 0. Jadi, marginal
produk pada daerah ini sama dengan 0. Hal ini nampak dalam gambar di mana antara titik 3 dan titik 6 terjadi pada
tingkat penggunaan faktor produksi yang
sama. Lewat dari titik 3, kurva total produksi menurun, dan berarti marginal
produk menjadi negatif. Dalam gambar juga terlihat bahwa marginal produk pada
tingkat permulaan menaik, mencapai tingkat maksimum pada titik 4 (titik di mana
mulai berlaku hukum the law of diminishing return), akhirnya menurun. Marginal produk menjadi negatif setelah melewati titik 6, yaitu pada waktu
total produksi mencapai titik maksimum.
Rata-rata
produksi pada titik permulaan juga nampak menaik dan akhirnya mencapai tingkat maksimum di titik 5, yaitu
pada titik di mana antara marginal produk
dan rata-rata produksi sama besar.
Satu
hubungan lagi yang perlu diperhatikan ialah marginal produk lebih besar dibanding dengan rata-rata produksi
bilamana rata-rata produksi menaik, dan
lebih kecil bilamana rata-rata produksi menurun.
Dengan
menggunakan gambar di atas kita dapat membagi suatu rangkaian proses produksi menjadi tiga tahap, yaitu
tahap I, II, dan III. Tahap I meliputi daerah
penggunaan faktor produksi di sebelah kiri titik 5, di mana rata-rata produksi mencapai titik
maksimum. Tahap II meliputi daerah penggunaan faktor produksi di antara titik 5 dan 6, di mana marginal produk di antara
titik 5 dan 6, di mana marginal produk dari faktor produksi variabel
adalah 0. Akhirnya, tahap III meliputi daerah
penggunaan faktor produksi di sebelah kanan titik 6, di mana marginal produk dari faktor produksi adalah negatif.
Sesuai dengan pentahapan tersebut di atas, maka jelas seorang produsen
tidak akan berproduksi pada tahap III, karena dalam tahap ini ia akan
memperoleh hasil produksi yang lebih sedikit dari penggunaan faktor produksi
yang lebih banyak. Ini berarti produsen tersebut bertindak tidak efisien dalam pemanfaatan faktor produksi. Pada tahap
I, rata-rata produksi dari faktor
produksi meningkat dengan semakin ditambahnya faktor produksi tersebut.
Jadi, efisiensi produksi yang maksimal akan terjadi pada tahap produksi yang ke II (Ari Sudarman, 1999).
4.1.
Fungsi Produksi Cobb – Douglas
Fungsi
produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, di mana
variabel yang satu disebut dengan variabel dependen,
yang dijelaskan (Y),
dan yang lain
disebut variabel independen,
yang menjelaskan, (X). (Soekartawi, 2003).
Fungsi produksi
Cobb Douglass secara
matematis bentuknya adalah sebagai
berikut :
Q=AKαLβ……………………...………………………………………(2.3)
Jika diubah
ke dalam bentuk linear:
LnQ=Ln A + α
Ln K + β Ln L ………..………………………………(2.4)
Dimana Q adalah Output, L dan K adalah tenaga kerja dan barang modal. α (alpha) dan β (beta) adalah parameter-parameter positif yang ditentukan oleh data. Semakin besar nilai A, barang teknologi semakin maju, parameter α mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen K, sementara L dipertahankan konstan. Demikian pada β mengukur parameter kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen L, sementara K dipertahankan konstan. Jadi α dan β masing - masing adalah elastisitas dari K dan L. jika α + β = 1, terdapat tambahan hasil yang konstan atas skala produksi, jika α + β >1 maka terdapat tambahan hasil yang meningkat atas skala produksi dan jika α + β < 1 terdapat tambahan hasil yang menurun atas skala produksi.
Dimana Q adalah Output, L dan K adalah tenaga kerja dan barang modal. α (alpha) dan β (beta) adalah parameter-parameter positif yang ditentukan oleh data. Semakin besar nilai A, barang teknologi semakin maju, parameter α mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen K, sementara L dipertahankan konstan. Demikian pada β mengukur parameter kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen L, sementara K dipertahankan konstan. Jadi α dan β masing - masing adalah elastisitas dari K dan L. jika α + β = 1, terdapat tambahan hasil yang konstan atas skala produksi, jika α + β >1 maka terdapat tambahan hasil yang meningkat atas skala produksi dan jika α + β < 1 terdapat tambahan hasil yang menurun atas skala produksi.
Untuk
memudahkan pendugaan jika dinyatakan dalam hubungan Y dan X maka persamaan tersebut diubah menjadi
bentuk linear, yaitu :
LnY = Ln a + b1
Ln X1 + b2 Ln X2 + … + bn Ln Xn
+ V ..……………(2.5) Di
mana Y adalah variabel yang dijelaskan,
X adalah variabel yang menjelaskan, a,b
adalah besaran yang akan diduga, V adalah kesalahan (disturbance
term).
4.2.
Fungsi Produksi Cobb Douglass sebagai Fungsi
Produksi Frontier
Fungsi produksi
frontier adalah fungsi
produksi yang dipakai
untuk mengukur bagaimana fungsi
produksi sebenarnya terhadap posisi frontiernya. Karena fungsi produksi
adalah hubungan fisik
antara faktor produksi
dan produksi, maka fungsi
produksi frontier adalah hubungan fisik faktor produksi dan produksi pada frontier
yang posisinya terletak pada garis isoquan. Garis isoquan ini
adalah tempat kedudukan
titik-titik yang menunjukkan
titik kombinasi penggunaan masuknya produksi yang optimal.
(Soekartawi, 1993).
Modal
(Arus
Jasanya
Per unit
Periode)
Q1
0
tenaga
kerja (arus jasanya per unit periode)
Sumber
: Miller dan Meiners, 2000
Gambar
3. Gambar Isoquan
Gambar 3 menunjukkan bahwa sumbu vertikal
mengukur jumlah fisik
modal yang dinyatakan sebagai arus jasanya per unit periode dan sumbu horizontal mengukur jumlah tenaga kerja secara fisik yang dinyatakan sebagai arus jasanya per unit periode. Isoquan yang ditarik khusus untuk tingkat output Q1. Setiap titik pada kurva isoquan menunjukkan kombinasi modal dan tenaga kerja dalam berbagai variasi yang selalu menghasilkan output yang sama sebanyak Q1.
modal yang dinyatakan sebagai arus jasanya per unit periode dan sumbu horizontal mengukur jumlah tenaga kerja secara fisik yang dinyatakan sebagai arus jasanya per unit periode. Isoquan yang ditarik khusus untuk tingkat output Q1. Setiap titik pada kurva isoquan menunjukkan kombinasi modal dan tenaga kerja dalam berbagai variasi yang selalu menghasilkan output yang sama sebanyak Q1.
Menurut Nicholson (1995), batas kemungkinan
produksi (production
possibility frontier) merupakan
suatu grafik yag
menunjukkan semua kemungkinan kombinasi barang - barang yang dapat diproduksi dengan
sejumlah sumber daya tertentu seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.
Kuantitas Y per
minggu
p’
YB B
YC C
YA A D
XA XC XD P’ Kuantitas
X per
Minggu
Sumber : Nicholson, 2002
Gambar 4. Batas
Kemungkinan Produksi dan Efisiensi Teknis
No comments:
Post a Comment