Background
Prospek pengembangan
budidaya wortel di Indonesia sangat cerah. Selain keadaan agroklimatologis
wilayah nusantara cocok untuk wortel, juga akan berdampak positif terhadap
peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan
kerja, pengembangan agribisnis, pengurangan impor sangat membantu petani wortel
untuk memasarkan hasil pertaniannya ke pasar, dan mereka tidak bersaing dengan
wortel impor.(Soewito, 1991 dalam
Siti 2008).
Wortel atau Carrots (Daucus carota L.) bukan tanaman asli
Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim sedang
(sub-tropis). Menurut sejarahnya, tanaman wortel berasal dari Timur Dekat dan
Asia Tengah.Wortel termasuk sayuran bernilai ekonomis penting di dunia.
Produksi wortel telah menjadi salah satu mata dagang komoditas pertanian antar
negara. Peluang ekspor wortel antara lain pasar jepang.
Usahatani wortel dalam
sistem agribisnis dapat memeberikan keutungan yang cukup tinggi. Potensi daya
hasil wortel varietas unggul dapat mencapai antara 20 – 25 ton/hektar. Bila
harga jual rata – rata Rp 350,00/ kg dengan biaya produksi sekitar Rp 3 – Rp
3,5 juta/hektar/musim, maka keuntungan bersih usahatani wortel selama ± 3 bulan
dapat mencapai lebih dari Rp 3 juta/hektar. Bahkan akhir – akhir ini peluang
pasar wortel makin luas dan beragam, di antaranya adalah dalam bentuk umbi
segar, umbi beku segar, dan umbi muda segar. (Rukmana 1995)
Dari segi bisnis, wortel
merupakan sayuran komersial hingga saat ini masih tetap menjadi andalan para
pedagang. Hasilnya dapat berlipat ganda karena dalam penanamanya dapat
ditumpangsarikan dengan tanaman sayuran lainnya. Sebagai sayuran yang komersial
maka wortel termasuk komoditi yang mempunyai potensi yang cukup baik untuk di
kembangkan.(Ali dan Rahayu, 1995).
Menurut Rahmat Rukmana
(1995), “Propsek bertanam Wortel di Indonesia cukup cerah”. Selain keadaan
agroklimatologis yang cocok untuk wortel, juga akan berdampak positif terhadap
peningkatan pendapatan pertanian, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan
kerja, pengembangan agribisnis, pengurangan impor dan peningkatan ekspor.
Tabel 1. Luas dan Produksi Tanaman Wortel Sayuran Kabupaten Wonosobo
pada Tahun 2006 – 2010
|
||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tahun
|
Luas Lahan
|
Produksi
|
|
|
|
|
|
|
2006
|
167
|
2.537
|
|
|
|
|
|
|
2007
|
268
|
4.141
|
|
|
|
|
|
|
2008
|
394
|
5.116
|
|
|
|
|
|
|
2009
|
321
|
4.731
|
|
|
|
|
|
|
2010
|
354
|
5.238
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011
|
|
|
|
|
|
Berdasarkan Tabel 1
Produksi wortel pada tahun 2006 mencapai 2.537 ton/hektar, pada tahun 2007
produksi wortel mengalami kenaikan yang sangat drastis yaitu 4.141 ton/hektar,
pada tahun 2008 hasil produksi meningkat hingga 5.116 ton/hektar, namun pada
tahun 2009 hasil produksi mengalami penurunan hingga 4.731 ton/hektar, kemudian
pada tahun 2010 produksi mengalamim
kenaikan kembali hingga 5.238 ton/hektar.
Penurunan poduksi
dikarenakan faktor cuaca, biaya produksi yang semakin mahal, lahan pertanian
yang semakin tidak subur dan tidak sehat, serta penggunaan pestisida kurang
bijaksana menjadi penyebab turunnya produktivitas wortel. Sementara peningkatan
dalam jumlah produksi dapat dilatarbelakangi oleh banyaknya kegunaan dari
tanaman wortel. Manfaat dari wortel antarlain dapat dijadikan sebagai bahan
makan yang kaya vitamin A dalam menjaga kesehatan mata dan memelihara jaringan
kulit.
Usahatani adalah
organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi
pertanian. Petani sebagai pengelola usahatani termasuk pembiayaannya adalah
seseorang yang membutuhkan dan berperan dalam perencanaan bisnis yang meliputi
penyediaan dan pengalokasian dana, menciptakan dana melalui pengendalian
sumber-sumber serta mengelolanya dalam kegiatan produksi seefektif mungkin.
Dengan demikian petani tidak boleh salah langkah dalam tindakannya untuk
mencapai tujuan produksi tersebut (Hernanto,2003).
Usahatani dapat
dikatakan berhasil minimal harus dapat menghasilkan cukup pendapatan untuk
membayar biaya semua alat yang diperlukan, bunga modal, upah tenaga kerja
petani dan keluarganya yang digunakan untuk usahatani secara layak dan dapat
mempertahankan keadaan usahatani sedikitnya berada dalam keadaan semula.
Tanaman wortel juga
banyak di budidayakan di Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo. Secara geografis
Luas Kecamatan Garung adalah 5.122,03 ha (512,20 km) atau 0,05 % dari luas
Kabupaten Wonosobo, dengan komposisi tata guna atas lahan sawah seluas 288,76
ha (5,64%), tanah kering seluas 3.635,62 ha ( 70,98 % ), hutan negara 841,11 ha
(16,42%), perkebunan negara / swasta seluas 109, 45 ha ( 2,14 %) dan lainnya
seluas 247,09 ha (4,82 %). Hal ini sangat mendukung untuk pengembangan potensi
unggulan kecamatan sebagai mata pencaharian masyarakat desa Mlandi Kecamatan
Garung untuk membudidayakan tanaman wortel, dan juga sangat bagus untuk menanan
tanman wortel cuaca juga sangat mendukung untuk berbudidaya wortel.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono.B, 2002.Wortel Teknik
Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius,Yogyakarta
Data Produksi
Tanaman Hortikulutura Kabupaten Wonosobo tahun 2006-2011. Badan Pusat Statisitik Kabupaten
Wonosobo.
Hernato,F. 2003.Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya.
Keliat, S. D. (2008). Analisis
Sistem Pemasaran Wortel. (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Kanisius.S.Y, dkk, 2004.Petunjuk
Praktis Bertanam Sayuran.Kanisius, Yogyakarta
Manalu, H. (2007). Analisis
Finansial Usaha Tani Wortel. (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Machfoedz, Mahmud. 2004. Kewirausahaan. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Rini, D. K. (2010). Respon
Penawaran Wortel (Daucus carota) Di Kabupaten Boyolali. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Rukmana, R, 1995.Bertanam
Wortel. Kanisius, Jakarta
Rubazky V.E dan M. Yamaguchi, 1997.Sayuran
Dunia 2 Prinsip Produksi dan Gizi. Edisi 2 ITB, Bandung
Rahayu.E dan N.V.Ali, 1995. Wortel dan Lobak. Penebar Swadaya, Jakarta
Siti, R. (2008). Analisis Usaha Tani Wortel di Desa Sukatani
Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.(Skripsi). Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Sholeh, M. (2012). Analisis Efisiensi Alokatif Pengunaan Faktor
– Faktor Produksi Usaha Tani Wortel. (Skripsi). Malang: Universitas
Brawijaya.
Soekartawi. 2002. Agribisnis Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers. Jakarta.
Santi, Yenny M. 2009. Analisis
Usaha Argoindustri Keripik Belut Sawah (Monopterus albuszuieuw) Di Kabupaten Klaten. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. 75 hal (tidak dipublikasikan)
Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan. Ekonisia. Yogyakarta.
Setiawan. i, 1995. Sayuran Dataran
Tinggi. Penebar Swadaya, Jakarta
Zhif dan Zacky. 2010. Budidaya Wortel. Blog.ub.ac.id. Di akses pada tanggal 20
Januari 2013
ijin untuk di cantumkan di laporan pak
ReplyDeletemohon perinciannya yang lebih mendetail lagi utk biaya usaha tanaman ini,makasi.
ReplyDelete