MEMBENTUK PRIBADI ISLAM
(At-Takwin Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah)
(At-Takwin Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah)
Kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. 3/Ali
Imron 110)
Kalau
kita cermati dengan seksama Firman Alloh di atas, kita dikatakan umat terbaik
yang dilahirkan sebagai manusia bila kita mempunyai tiga unsur pembentuk
kebaikan yang harus melekat pada diri kita dan mempu mengaplikasikannya kedalam
kehidupan, yaitu :
1. Mengajak pada yang ma’ruf
2. Mencegah dari yang munkar
3. Beriman kepada Alloh
2. Mencegah dari yang munkar
3. Beriman kepada Alloh
Tidak berlebihan bila tiga hal ini
dikatakan sebagai tonggak peradaban manusia, sebuah fakta yang tidak bisa
dipungkiri bahwa tiga hal ini merupakan fondasi dan pilar dalam membangun
kehidupan manusia, yang mampu menciptakan keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tiga hal ini pula yang memberikan
inspirasi terbentuknya lembaga-lembaga yang mengatur hubungan sesama manusia,
hubungan lokal, regional, nasional maupun bilateral & multilateral untuk
mencapai tujuan universal. Kalau tiga hal ini terpisah antara satu dengan yang
lainnya, maka kemurnian tujuan universal itu pasti akan tercederai dan tidak
akan terwujud, yang terjadi justru sebaliknya yakni tujuan dengan kepentingan
pribadi, kelompok/golongan tertentu, sehingga mempengaruhi proses terbentuknya
menjadi (jamaah/ individu) umat terbaik sebagaimana disebutkan dalam Firman
Alloh di atas.
Untuk menuju kebaikan, individu merupakan
komponen terkecil yang memegang peranan penting dalam menentukan perjalanan
menuju kebaikan bersama, karenanya pembentukan pribadi muslim (takwin
asy-syakhshiyah al-islamiyah) yang baik, merupakan sebuah keniscayaan.
Oleh sebab itu yang menjadi titik tolak dalam
gerakan da’wah dimulai dari individu, kemudian keluarga dan selanjutnya adalah
masyarakat, dengan kata lain marilah kita mulai perbaikan ini dari diri sendiri
sebagai sasaran dan pelaku da’wah, kemudian keluarga kita, selanjutnya kepada
saudara, tetangga, teman dekat “Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat” (QS. 26/Asy-Syu;araa 214) dan
diteruskan kepada semua lapisan masyarakat walau dengan cara terang-terangan
atau diam-diam. “Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada
iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku
(menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam” (QS.
71/Nuh 8-9).
Kalau kita semua mampu melakukan gerakan
pembentukan pribadi islam (takwin asy-syakhshiyah al-islamiyah) ini
dengan cepat dan masiv namun tetap dengan cara bertahap (tadarruj),
insya’Alloh da’wah ini akan cepat pula menyebar di permukaan bumi ini, sehingga
mampu menepis berbagai isu negatif yang sengaja disebarkan oleh musuh-musuh
islam dan orang-orang yang membencinya, apalagi kalau kita semua mampu mengajak
satu demi satu dari mereka untuk bergabung ke dalam gerakan da’wah islamiyah,
pasti akan mampu memberikan efek positif yang luar biasa terhadap penetrasi dan
akselerasi gerakan da’wah itu sendiri. Disamping itu, dia akan mampu
menjelaskan dan meluruskan opini serta persepsi publik yang salah terhadap
Islam.
Bukankan
dalam da’wah kita mengenal program yang disebut “al-akh al wahid” yaitu
setiap anggota jama’ah untuk berusaha semaksimal mungkin minimal bisa mengajak
satu orang untuk bergabung dalam jama’an dak’wah ini..?. Bukankan mencari pengikut dengan metoda seperti
ini merupakan cara yang bijaksana dan selaras dengan tujuan da’wah..?. Untuk
itulah, jangan sekali-kali kita menunda-nunda ketika kita mempunyai waktu dan
kesempatan untuk melakukan pendekatan da’wah melalui pembentukan (takwiniyah)
pribadi islam (asy-syakhshiyah al-islamiyah) walaupun hanya kepada satu
orang saja.
Yang perlu diperhatikan oleh seorang da’i,
yakni harus menyadari betul bahwa seorang da’i bukan seorang alim/ulama atau
ahli fiqh/fuqoha, namun sebuah pribadi yang mempunyai tanggang jawab untuk
menyampaikan risalah islam sebatas yang telah diketahuinya untuk membawa insan
dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Alloh SWT. Pada masa pembentukan (takwiniyah)
seorang da’i hendaknya mampu memberikan contah yang baik (uswah hasanah)
untuk dapat menampilkan dihadapan masyarakat gambaran yang nyata tentang
peradaban islam yang di dasari dengan mengajak pada yang makruf, mencegah dari
yang mungkar, serta beriman pada Alloh, dengan pemahaman universal dan saling
bertoleransi dalam masalah khilafiyah dan furu’ yang akhirnya mampu
mengaktualisasikan keselarasan kehidupan dalam pribadinya, dalam rumah
tangganya serta mampu mengimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasululloh saw
dalam Khilawah Madinah..
Memberikan contoh yang baik memang bukan
perkara yang mudah, bahkan inilah salah satu tugas berat bagi seorang da’i,
tidak sedikit orang yang mampu memukau banyak orang dengan untaian
kata-katanya, namun tidak selaras antara ucapan dan perbuatannya, sehingga
membuat orang lain tidak respek terhadapnya, banyak orang yang mampu
menguraikan dengan detail tentang hidup sederhana namun kehidupannya sangat
jauh dari kesederhanaan, banyak sekali orang yang mampu menjabarkan sistem tata
nilai kehidupan dan bermasyarakat dalam islam, namun dalam kesehariannya mereka
tidak mampu berbuat dan bermu’amalah dengan baik walaupun dengan tetangga
dekatnya, bahkan dengan saudaranya, apalagi dengan jama’ah da’wah yang secara
geografis jauh darinya. Itulah manusia walaupun diciptakan dalam bentuk yang
terbaik diantara makluk-Nya, namun tetap tidak sempurna, karena kesempurnaan
hanyalah milik Alloh SWT. Sekali lagi mari kita memulai dari diri sendiri untuk
membentuk pribadi islam (takwin asy-syakhshiyah al-islamiyah) yang kafah,
sehingga mampu mempengaruhi dan mewarnai keluarga, saudara, tetangga dan
masyarakat, yang akhirnya insya’Alloh akan dapat membawa kebaikan pada
nusa-bangsa, negara dan agama. Semoga. Aamiin.
No comments:
Post a Comment