Jumat, 07 November 2014

Kepribadian dan Politik

Kepribadian merupakan sebuah konsep pokok dalam psikologi, dasar kepribadian ditempatkan oleh Makhluk Politik, biasanya lewat pengaruhi dari pengalaman hidup dari individu. Perilaku politik dalam psikopatologi bisa dilihat dari bagaimana para pemimpin dalam memainkan motivasi politiknya, contohnya zaman Orde Baru ketika masyarakat yang ada menentang keputusan sang presiden, mereka akan dihakimi karena telah bertentangan dengan rezim yang sedang berkuasa. Kepribadian ini akan berdampak pada peran menyangkut perilaku politiknya, kaitan-kaitan antara kepribadian dan kognisi, serta dampak kepribadian pada interaksi Makhluk Politik melalui orang-orang yang ada di lingkungan politik antara kami dan mereka dalam satu diagam Makhluk Politik.
Disini ada sebuah definisi yang mungkin cenderung berfokus pada penelitian psikologi dan politik, Ewen adalah yang pertama menunjukkan sebuah konsep disiplin psikologi “tidak ada satu pun definisi ‘kepribadian’ yang diterima secara universal’, ataupun ‘teori ‘kepribadian’ yang diakui secara universal’. Greenstein mengamati kepribadian terhadap psikolog dengan penggunaan komperhensif dengan menggolongkan keteraturan psikis, dan merujuk ke dalam sebuah entitas yang disimpulakan. Dengan kata lain, kepribadian mengacu kepada keteraturan perilaku seorang individu dalam merespons stimulus yang berbeda. Terdapat 20 teori mengenai kepribadian yang bisa dikategorikan menjadi sembilan, yaitu psikoanalisis, neopsikoanalisis, hubungan antar pribadi, sifat, perkembangan, humanisme, kognitif, behaviorisme, dan domain terbatas.
Studi tentang kepribadian dalam psikologi politik bisa dilihat dari ciri-ciri perbedaan individu daripada mencari sesuatu secara keseluruhan, misalnya, ketika individu melakukan perilakunya dengan komposisi yang dimiliki, seperti kognisi, motivasi, afek, ego, sikap, dan lain sebagainya. Bidang ini akan berpusat pada jenis perbedaan individual, dalam menjelaskan kepempinan, gaya kepemimpinan, dan perilaku politik. Misalnya Presiden Soeharto dengan Presiden SBY, setiap individu pasti akan sangat berbeda sifat dan kepribadianya meskipun keduanya adalah seorang lulusan militer, gaya kepemimpinannya jelas berbeda ketika zaman Presiden Soeharto kepemimpinanya adalah otoriter, kebijakan pers yang terlalu sempit karena tidak banyak mengomentari kepemimpinan ORBA,  berbeda dengan Presiden SBY yang lebih menerapkan sistem politik yang demokratis dengan kebijakan kepada pers yang lebih longgar.

KAPAN KEPRIBADIAN PENTING DALAM POLITIK?
Untuk memahami perilaku kita perlu memahami mengenai kepribadian seseorang dan konteks suatu perilaku observasi. Lewin menekankan bahwa interaksi antar orang bisa dipahami lewat situasinya seperti halnya memahami perilaku. Faktor situasional dilakukan oleh Mischel untuk meninjau penelitian tentang pentingnya kepribadian untuk memprediksi perilaku dalam berbagai situasi, contohnya ketika seorang individu kurang konsisten dalam berbagai situasi dari apa yang dianggap sebelumnya, lebih rincinya misalnya seorang presiden yang tengah berkampanye mengeluarkan beberapa statement dan mengumbar janji, tetapi ketika dia menjabat sebagai presiden ternyata tidak semua janji yang diumbarnya dulu dapat di tepati dengan baik.
            Dengan kata lain individu memiliki sumber-sumber kekuasaan pribadi dikarenakan posisi mereka dalam sistem politiknya (yakni, presiden, perdana menteri, jendral, gubernur, dsb). Kekuasaan ini akan mempengaruhi proses kebijakan, seperti kekuasan/kelemahan, kepribadian, pengalaman. Contohnya politik luar negeri Indonesia yaitu bebas aktif, Indonesia tidak pernah memihak terhadap blok manapun, dan selalu aktif dalam keorganisasian antar negara atau kegiatan bilateral/multilateral dengan negara-negara sahabat.

TEORI DAN PENDEKATAN UNTU MEMPELAJARI KEPRIBADIAN
Teori mengenai kepribadian yang terpenting adalah psikoanalisis, yang berbasis teori sifat, dan teori berbasis motivasi. Disini akan mengacu pada bebarapa teori kepribadian dari psikologi, kemudian mengeksplorasi teori dalam psikologi politik.

Pendekatan Psikoanalisis
Teori psikoanalisis melihat suatu peran ketidaksadaran dalam manusia, serta motif-motif dan dorongan-dorongan yang mendasari perilaku seseorang. Perilaku merupakan hasil dari dorongan dengan usaha yang tidak disadari oleh individu untuk menahan dan menyalurkan peran oleh hasrat dalam mengambil keputusan. Freud berpendapat mengenai struktur kepribadian pada tiga elemen, yaitu Id adalah insting dan respons terhadap fungsi tubuh, misalnya individu akan tertawa ketika ada sesuatu yang dianggapnya lucu. Ego adalah penengah dari id dan hasrat tentang kesenangan, dengan kehidupan sosialnya, dengan berdasarkan prinsip realitas tuntutan id akan dicegah atau di salurkan dengan realitas, misalnya seorang individu yang sedang patah hati dia biasanya akan merasa tersalurkan emosinya ketika dia menangis. Superego adalah untuk bersikap baik kepada semua orang dan memaafkan mereka atas perilaku buruk mereka, contohnya ketika Megawati dan SBY saling bertemu dalam pertemuan Pilpres 2009, mereka berjabat tangan dan terlihat akur ketika berfoto bersama sebenarnya mereka sedang berkompetisi menduduki kekuasaan saat itu. Disini kita melihat jelas teori yang disampaikan oleh Freud dalam psikolog.
Teori lainnya dari Fromm tentang mengeksplorasi interaksi antar orang dan masyarakat, dengan melihat perubahan dalam masyarakat manusia untuk mengasilkan kebebasan dari pengekangan, seperti perbudakan dan perhambaan, teori tersebut mengalami ketidaksamaan dalam memperbaiki suatu hal. Selain itu, ada Freudian yang banyak berkontribusi pada psikoanalisis terhadap tahap-tahap perkembangan kepribadian individual dan identitas, dengan mempertahankan bahwa ego yang berkembang setelah masa kanak-kanak dan akan memiliki dampak di kehidupan masyarakat pada kepribadian individu, pendekatan yang dilakukannya menggunakan asosiasi bebas mengenai analisis mimpi dan representasi simbol dari pemikiran individu yang telah terjadi di masa lampau. Hasil studi penting ditunjukkan kepada Mahatma Gndhi dan Martin Luther.

Psikobiografi
Psikobiografi lebih melihat kedalam sejarah kehidupan seorang individu, konsentrasinya kepada jenis gangguan kepribadian individu yang spesifik, gangguan narsisme sampai gangguan paranoid. Misalnya Bung Hatta semasa kecilnya telah menempuh pendidikan yang cukup mumpuni, dia juga menjadi aktif dan seorang penulis ketika mudanya. Ilmu ekonomi dan ilmu tentang tata negara yang Ia dapatkan semasa di Belanda, dan ketika dia menjadi orang nomor dua di Indonesia. Perkembangan ekonomi ditularkan dengan konsep koperasi, dengan menggunakan sistem kekeluargaan dia berhasil mensejahterakan masyarakat dengan membangun yang namanya koperasi.
Secara umum, para psikolog politik memeriksa gangguan-gangguan kepribadian pada para pemimpin secara berulang-ulang dengan menggunakan kriteria diagnostik American Psychiatic Association, dengan memandu dan menstrukturkan analisis terhadap kepribadian dan perilaku pemimpin.

Sifat-sifat, Motif, dan Perbedaan Individual

Teori Sifat
Sifat kepribadian mencirikan orang lain dan diri kita sendiri. Sifat adalah karakteristik kepribadian yang stabil dari waktu ke waktu dan dalam situasi yang berbeda, komposisi dari sifat itu lewat seseorang berfikir, merasa, atau bertindak dalam pola tertentu menyangkut suatu peristiwa atau situasi. Allport menganggap bahwa kepribadian merupakan hal pokok yang menentukan seseorang dalam merespons lingkungannya, dengan membedakan dua sifat utama (cardinal traits) sangat penting dan mendominasi kehidupan seseorang, contohnya keotoriterian masa dimana Raja Louis 14 memiliki anggapa bahwa negara ditangan raja, semua harus tunduk kepada raja dan harus menaati semua peraturan dan kemauan sang raja, siapa yang melanggar dia akan dihukum. Dimasa dulu atau kiranya zaman kerajaan raja-raja dulu memang memiliki kekuasaan yang besar terhadap wilayah yang dikuasainya. Sifat tengah (central traits) adalah sesuatu yang mempengaruhi secara rutin, namun tidak dalam setiap situasi, contohnya kejujuran, . ketiga sifat sekunder (secondary traits) paling tidak penting dan tidak teratur dalam mempengaruhi perilaku , contohnya ketika kita berjalan dan berpapasan dengan orang yang tidak kita kenal.
Eyseck mengidentifikasi tentang sifat kepribadian terdapat tiga dimensi introver-ekstrover adalah seberapa ramah dan percaya diri, neuroticism adalah seberapa stabil emosi seseorang, dan psychoticsm adalah seberapa orang terisolasi dan tidak sensitif terhadap orang lain. Costa dan McCrae Sifat kerpibadian Lima Besar (Big Five) naurotisism, extroversion, keramahan (agreeableness), keterbukaan (oppenness) terhadap pengalaman, dan kehati-hatian (conscientiousness). Sifat psikologi politik saat ini disajikan dalam manifestasi politiknya, seperti keterbukaan terhadap pengalamannya. Sifat umum yang digunakan mirip dengan sifat kepribadian Lima Besar.

Teori Motif
Motif adalah aspek-aspek kepribadian yang berkenaan dengan tujuan-tujuan dan tindakan-tindakan yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Motif ini memberikan energi, mengarahkan, dan menyeleksi perilaku. Perhatian ini mengarahkan ke Tiga Besar (Big Three) psikologi dan psikologi politik, yaitu kebutuhan akan kekuasaan (mementingkan dampak dan prestise), kebutuhan akan keintimasi afiliasi (mementingkan relasi-relasi dekat dengan orang lain), dan kebutuhan akan pencapaian (mementingkan keunggulan dan penyelesaian tugas).
Winter dan Stewart berpendapat bahwa orang yang memiliki kebutuhan tinggi akan kekuasaan dan kebutuhan rendah akan afiliasi merupakan seorang pemimpin yang lebih baik, daya tariknya populer seorang pemimpin bisa diukur dari keberhasilan pemilihan umum, dengan sebuah fungsi dari kecocokan antar motif dirinya dan motif masyarakat. Contohnya Gubernur Jakarta Joko Widodo dengan memenuhi ambisinya untuk melangkah kearah yang lebih tinggi dari walikota ke gubernur, dia berusaha untuk menunggangi sebuah partai untuk mendulang suara dan juga pendukung, keberhasilannya memimpin Kota Solo dan penghargaan yang dia dapatkan tentang pemimpin paling berpengaruh, dia berdidikasih untuk merubah Kota Jakarta yang sudah sangat kritis kehidupan sosial maupun alamnya. Dengan kerendahan hati, keberhasilannya menunggangi sebuah partai dia memenangi perolehan teratas dari putaran pertama sampai putaran kedua, hal ini mengartikan masyarakat Jakarta sangat mengharapkan Jokowi untuk melakukan perubahan terhadap Jakarta itu sendiri.

BEBERAPA KERANGKA ACUAN DARI PSIKOLOGI POLITIK

Teori-teori kepribadian oleh psikologi politik menggunakan eklektik atau memiih yang terbaik dari beberapa sumber, dari acuan inilah kita mencoba mengadaptasi sebuah teori dan konsep kepada konteks politik. Misalnya sifat-sifat kepribadian dan motivasi-motivasi yang dibahas dalam psikolog secara angsung digunakan dalam analisis politik untuk disajikan dalam suatu manifestasi politik.

Source: FG

2 komentar: