IV.
PEMBAHASAN
Selama ini, kulit ubi kayu
masih jarang dimanfaatkan secara optimal. Kulit ubi kayu pada umumnya hanya
digunakan sebgai makanan ternak dan sebgai makanan ringan seperti keripik
(dengan cara digoreng). Kulit ubi kayu dengan mudah dapat dipisahkan dari
umbinya dengan ketebalan 2-3 mm. Persentase kulit ubi kayu yang dihasilkan
berkisar antara 8-15% dari berat umbi yang dikupas, dengan kandungan
karbohidrat sekitar 50% dari kandungan karbohidrat bagian umbinya. Kulit
singkong memiliki rataan nilai kadar air sebesar 10.06-13.14%, rataan nilai
daya serap air berkisar 82.49%-169.78%, rataan nilai pengembangan tebal sekitar
35.70-102.30%, dan rataan nilai kerapatannya berkisar 0.86-0.87g/cm3.
Kulit ubi kayu mempunyai
komposisi yang terdiri dari karbohidrat dan serat. Kulit ubi kayu mengandung
ikatan glikosida sianogenik yaitu suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan
racun dalam jumlah 0.1% yang dikenal sebagai racun biru (linamarin). Oleh karena
itu, pemanfaatan kulit ubi kayu belum terlalu luas. Namun sebenarnya racun
tersebut dapat dihilangkan dengan cara menguapkannya atau mengeringkannya pada
suhu tinggi.
Jumlah kulit singkong yang berada
dalam jumlah masif ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku energi terbarukan
yang ramah lingkungan, karena berperan sebagai sumber energi terbarukan,
pemanfaatan limbah kulit ubi kayu yang dapat berdampak negatif pada lingkungan
serta memberikan nilai tambah pada limbah.
Kulit singkong merupakan
salah satu sumber bioetanol dari bahan berserat. Kulit singkong bisa berpotensi
untuk diproduksi menjadi bietanol yang digunakan sebagai pengganti bahan bakar
minyak. Adapun kulit singkong merupakan limbah dari tanaman singkong yang
memiliki kandungan serat yang dapat digunakan sebagai sumber energi.
Bioetanol (C2H5OH)
merupakan cairan dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat
menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol dapat juga diartikan juga sebagai
bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan yang mangandung pati, seperti ubi
kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak
nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium.
Bahan baku pembuatan
bioetanol ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Bahan sukrosa
Bahan-bahan yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain nira, tebu, nira nipati, nira sargum
manis, nira kelapa, nira aren, dan sari buah mete.
b.
Bahan berpati
Bahan-bahan yang termasuk
kelompok ini adalah bahan-bahan yang mengandung pati atau karbohidrat. Bahan-bahan
tersbut antara lain tepung–tepung ubi ganyong, sorgum biji, jagung, cantel,
sagu, ubi kayu, ubi jalar, dan lain-lain.
c. Bahan berselulosa (lignoselulosa)
Bahan berselulosa
(lignoselulosa) artinya adalah bahan tanaman yang mengandung selulosa (serat),
antara lain kayu, jerami, batang pisang, dan lain-lain. Berdasarkan ketiga
jenis bahan baku tersebut, bahan berselulosa merupakan bahan yang jarang
digunakan dan cukup sulit untuk dilakukan. Hal ini karena adanya lignin yang
sulit dicerna sehingga proses pembentukan glukosa menjadi lebih sulit.
Bioetanol secara umum dapat digunakan sebagai
bahan baku industri turunan alkohol, campuran bahan bakar untuk kendaraan.
Grade bioetanol harus berbeda sesuai dengan pengunaanya. Bioetanol yang
menpunyai grade 90% - 96,5% volume digunakan pada industri, grade 96% - 99,5%
digunakan dalam campuran untuk miras dan bahan dasar industri farmasi. Besarnya
grade bioetanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan
harus betul–betul kering dan anhydrous supaya tidak menyebabkan korosi,
sehingga bioetanol harus mempunyai grade sebesar 99,5% - 100% .
Bioetanol yang digunakan
sebagai bahan bakar mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya lebih ramah
lingkungan, karena bahan bakar tersebut memiliki nilai oktan 92 lebih tinggi
dari premium nilai oktan 88, dan pertamax nilai oktan 94. Hal ini menyebabkan
bioetanol dapat menggantikan fungsi zat aditif yang sering ditambahkan untuk
memperbesar nilai oktan. Zat aditif yang banyak digunakan seperti metal tersier
butil eter dan Pb, namun zat aditif tersebut sangat tidak ramah lingkungan dan
bisa bersifat toksik. Bioetanol juga merupakan bahan bakar yang tidak
mengakumulasi gas karbon dioksida (CO2) dan relatif kompetibel
dengan mesin mobil berbahan bakar bensin. Kelebihan lain dari bioetanol ialah
cara pembuatannya yang sederhana yaitu fermentasi menggunakan mikroorganisme
tertentu.
Proses pembuatan
bioetanol melalui beberapa tahap yaitu isolasi pati, hidrolisis pati menjadi
glukosa, fermentasi atau perubahan glukosa menjadi etanol atau bioetanol, dan destilasi bioetanol.
1. Isolasi pati kulit singkong
Kulit singkong sebagai bahan baku pati dibersihkan dari
kotoran. Kulit singkong kemudian dipotong kecil-kecil lalu dikeringkan dengan
cara dijemur dan diangin-anginkan sampai kering. Kulit singkong dibuat kering
bertujuan agar lebih awet dan menghilangkan kandungan airnya sehingga diperoleh
kulit yang kering dan dapat disimpan sebagai cadangan bahan baku.
Kulit singkong kering
digiling dengan mesin penggiling atau ditumbuk dengan penumbuk sehingga menjadi
serbuk halus. Serbuk kulit pisang lalu disaring atau diayak sehingga diperoleh
pati yang homogen.
2. Hidrolisis pati menjadi glukosa
Pati adalah salah satu
jenis polisakarida yang amat luas tersebar di alam. Pati disimpan oleh tanaman
sebagai cadangan makanan di dalam biji buah maupun di dalam umbi batang dan
umbi akar. Pati merupakan polimer dari glukosa atau maltosa. Unit terkecil dari
rantai pati adalah glukosa yang merupakan hasil fotosintesis di dalam bagian
tubuh tumbuh-tumbuhan yang mengandung klorofil. Pati tersusun atas ikatan a-Dglikosida.
Molekul glukosa pada pati dan selulosa hanya berbeda dalam bentuk ikatannya, a
dan b, namun sifat-sifat kimia kedua senyawa ini sangat jauh berbeda.
Proses hidrolisis pati
yaitu pengubahan molekul pati menjadi monomernya atau unit-unit penyususnya
seperti glukosa. Hidrolisis pati dapat dilakukan dengan bantuan asam atau enzim
pada suhu, pH, dan waktu reaksi tertentu. Pemotongan rantai pati oleh asam
lebih tidak teratur dibandingkan dengan hasil pemotongan rantai pati oleh
enzim. Hasil pemotongan oleh asam adalah campuran dekstrin, maltosa dan
glukosa, sementara enzim bekerja secara spesifik sehingga hasil hidrolisis
dapat dikendalikan. Enzim yang dapat digunakan dalam proses hidrolisis pati
adalah amilase. Enzim amilase merupakan endoenzim yang menghidrolisis ikatan a- 1,4- glukosida
secara spesifik.
Tahap ini merupakan
tahap yang paling penting dalam proses pembuatan bioetanol, karena proses ini
menentukan jumlah glukosa yang dihasilkan untuk kemudian dilakukan fermentasi
menjadi bioetanol. Prinsip hidrolisis pati adalah pemutusan rantai polimer pati
menjadi unit-unit dekstrosa atau monosakarida yaitu glukosa (C6H12O6).
Pemutusan ikatan pada pati atau karbohidrat menjadi glukosa dapat menggunakan
beberapa metode diantaranya yaitu metode kimiawi (hidrolisis asam) dan metode
enzimatis (hidrolisis enzim). Metode kimiawi dilakukan dengan cara hidrolisis
pati menggunakan asam-asam organik, yang sering digunakan adalah H2SO4,
HCl, dan HNO3. Hasil pemotongan oleh asam adalah campuran dekstrin,
maltosa dan glukosa.
Metode hidrolisis
menggunakan asam ini memiliki kelemahan diantaranya tidak ramah lingkungan,
karena residu yang dihasilkan dari proses hidrolisis asam akan mencemari
lingkungan. Proses asam akan menghasilkan produk yang tidak ramah lingkungan,
yaitu meningkatkan nilai COD dalam air. Hidrolisis asam juga bersifat toksik
apabila terhirup dalam waktu yang lama sehingga terakumulasi dalam tubuh dan
menyebabkan berbagai penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian.
Kelemahan yang lain dari
penggunaan asam adalah glukosa yang dihasilkan relatif kecil jumlahnya. Hidrolisis
pati dengan dengan asam hanya memperoleh sirup glukosa dengan ekivalen
dekstrosa (DE) sebesar 55, hal ini disebabkan katalis asam hanya menghidrolisis
secara acak. Konversi asam untuk membuat sirup glukosa dengan DE diatas 55 akan
mengakibatkan molekul gula bergabung kembali dan menghasilkan bahan pembentuk
warna seperti 5-hidroksimetil furfural atau asam levulinat.
Proses hidrolisis
menggunakan katalis asam juga memerlukan suhu yang sangat tinggi agar hidrolisis
dapat terjadi. Hidrolisis pati dengan asam memerlukan suhu tinggi, yaitu 120-160oC.
Berdasarkan kelemahan tersebut proses hidrolisis pati menggunakan asam jarang
digunakan.
Metode hidrolisis pati
yang lebih sering digunakan adalah secara enzimatis dengan menggunakan enzim.
Enzim yang umumnya digunakan adalah amilase, seperti a-amilase dan
glukoamilase. a-amilase dapat menghidrolisis ikatan a-1,4-glukosida secara
spesifik. Hasil hidrolisis tersebut diteruskan oleh glukoamilase yang dapat mengidrolisis
ikatan a-1,4-glukosida dan a-1,6-glukosida menghasilkan glukosa. Glukoamilase
ditambahkan dalam hidrolisis enzimatis agar proses pengubahan pati menjadi
glukosa lebih banyak dihasilkan, karena glukoamilase dapat memutus ikatan pada
pati yang belum terputus oleh penambahan a-amilase. Glukoamilase dapat
menghidrolisis ikatan a-1,4- glukosida, tetapi hasilnya b-glukosa yang mempunya
konfigurasi berlawanan dengan hasil hidrolisis oleh a-amilase, sehingga glukosa
yang dihasilkan akan bertambah banyak atau melimpah.
Enzim amilase dapat
diperoleh dari tanaman (kecambah barley, ubi jalar, kacang kedelai dan gandum),
dan dari hewan yang terdapat dalam kelenjar pankreas. Kedua sumber enzim
tersebut tidak potensial untuk memproduksi enzim, karena tanaman dan hewan memiliki
beberapa kelemahan untuk dijadikan sebagai sumber enzim. Enzim dari tanaman
bergantung pada variasi musim, konsentrasi rendah, dan membutuhkan biaya proses
yang tinggi sedangkan enzim dari hewan memiliki persediaan yang terbatas dan
adanya persaingan dengan manusia untuk pemanfaatan yang lain, sehingga perlu
dicari sumber yang mampu menghasilkan enzim dalam jumlah yang tinggi dan
menguntungkan secara ekonomis.
Mikroorganisme merupakan
sumber yang paling banyak digunakan dalam menghasilkan enzim, karena
mikroorganisme mudah untuk dikembangbiakan dan secara ekonomis menguntungkan. Mikroorganisme
dapat dijadikan sebagai sumber enzim yang baik karena selain menguntungkan
secara ekonomis, mikroorganisme memilki siklus hidup yang relatif lebih pendek
sehingga produktivitasnya dapat ditingkatkan. Mikroorganisme penghasil enzim
amilase dapat berupa bakteri dan kapang. Bakteri yang dapat menghasilkan
amilase diantaranya B. Subtilis, B . licheniformis, Aspergillus sp.,
Bacillus sp., dan Bacillus circulans.
Bakteri tersebut
menghasilkan amilase yang bersifat termostabil yaitu, enzim tersebut dapat
aktif atau bekerja dalam suhu yang tinggi sehingga proses hidrolisis akan
menjadi lebih mudah dan cepat dengan adanya bantuan panas atau suhu, sehingga
proses pemutusan ikatan polisakarida lebih mudah. Produk hidrolisis yang
dihasilkan glukoamilase memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan produk
hidrolisis menggunakan asam klorida maupun asam oksalat, disamping itu
penggunaan glukoamilase dapat mencegah adanya reaksi sampingan karena katalis
enzim sangat spesifik.
Penggunaan a-amilase
dalam tahap likuifikasi menghasilkan DE tertinggi yaitu 50,83 pada konsentrasi
a-amilase 1,75 U/g pati dengan waktu likuifikasi 210 menit, serta glukoamilase
pada tahap sakarifikasi menghasilkan DE tertinggi yaitu 98,99 pada konsentrasi
enzim 0,3 U/g pati dengan waktu sakarifikasi 48 jam.
Oleh karena itu,
penggunaan hidrolisis secara enzimatis lebih prospek karena lebih ramah
lingkungan, menguntungkan secara ekonomis, spesifik, sehingga jumlah glukosa
yang dihasilkan melimpah dan tidak menghasilkan limbah dibandingkan penggunaan
metode hidrolisis menggunakan katalis asam.
3. Fermentasi glukosa menjadi
bioetanol
Proses fermentasi sering
didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara
aerobik, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam
proses fermentasi terutama adalah karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat
difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu. Prinsip dasar fermentasi
adalah mengaktifkan kegiatan mikroba tertentu dengan tujuan mengubah sifat
bahan agar dihasilkan suatu yang bermanfaat.
Perubahan tersebut
karena dalam proses fermentasi jumlah mikroba diperbanyak dan digiatkan
metabolismenya didalam bahan tersebut dalam batas tertentu. Menyatakan bahwa
beberapa langkah utama yang diperlukan dalam melakukan suatu proses fermentasi
diantaranya adalah :
a. Seleksi mikroba atau enzim yang sesuai
dengan tujuan.
b. Seleksi media sesuai dengan tujuan.
c. Sterilisasi semua bagian penting untuk
mencegah kontaminasi oleh mikroba yang tidak dikehendaki.
Yeast merupakan fungsi
uniseluler yang melakukan reproduksi secara pertunasan (budding) atau
pembelahan (fission). Yeast tidak berklorofil, tidak berflagella,
berukuran lebih besar dari bakteri, tidak dapat membentuk miselium berukuran
bulat, bulat telur, batang, silinder seperti buah jeruk, kadang-kadang dapat
mengalami diforfisme, bersifat saprofit, namun ada beberapa yang bersifat
parasit.
Saccharomyces
cerevisiae merupakan yeast yang termasuk dalam kelas Hemiascomycetes,
ordo Endomycetales, famili Saccharomycetaceae, Sub famili Saccharoycoideae,
dan genus Saccharomyces. Saccharomyces cerevisiae merupakan
organisme uniseluler yang bersifat makhluk mikroskopis dan disebut sebagai
jasad sakarolitik, yaitu menggunakan gula sebagai sumber karbon untuk
metabolisme. Saccharomyces cerevisiae mampu menggunakan sejumlah
gula, diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, mannosa, maltosa dan
maltotriosa.
Saccharomyces
cerevisiae merupakan mikrobia yang paling banyak digunakan
pada fermentasi alkohol karena dapat berproduksi tinggi, tahan terhadap kadar
alkohol yang tinggi, tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan aktivitasnya pada suhu
4 – 32oC.
Proses hidrolisis pati
dengan metode enzimatis dan metode katalis asam akan menghasilkan glukosa
sebagai bahan pembuatan bioetanol. Bioetanol yang dihasilkan dapat digunakan
sebagai bahan bakar alternatif untuk mengatasi krisis energi. Pembuatan
bioetanol dari glukosa melibatkan proses fermentasi. Fermentasi adalah
perubahan 1 mol glukosa menjadi 2 mol etanol dan 2 mol CO2.
Proses fermentasi
dilakukan dengan menambahkan yeast atau ragi untuk mengkonversi glukosa menjadi
bioetanol yang bersifat anaerob yaitu, tidak memerlukan okasigen (O2).
Saccharomyces cerevisiae merupakan mikroorganisme yang paling banyak
digunakan pada fermentasi alkohol karena dapat berproduksi tinggi, tahan
terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan
tetap aktif melakukan aktivitasnya pada suhu 4 – 32oC.
S. Cereviceae
akan memetabolisme glukosa dan fruktosa membentuk asam piruvat melalui tahapan
reaksi pada jalur Embden-Meyerhof-Parnas. Asam piruvat, selanjutnya mengalami
reaksi dekarboksilasi menjadi asetaldehid dan mengalami reaksi dehidrogenasi
menjadi bioetanol.
4. Destilasi Bioetanol
Bioetanol hasil proses
fermentasi dipisahkan dengan cara disaring, kemudian filtrat didestilasi
sehingga dapat dihasilkan bioetanol yang bebas dari kontaminan atau pengotor
yang terbentuk selama proses fermentasi. Bioetanol yang dihasilkan dari
destilasi pertama biasanya memiliki kadar sebesar 95%.
Destilasi merupakan
proses pemisahan komponen berdasarkan titik didihnya, titik didih etanol murni
sebesar 78oC, sedangkan air adalah 100oC, dengan
pemanasan larutan pada suhu rentang 78-100oC akan mengakibatkan
sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan
etanol dengan konsentrasi 95% volume. Bioetanol dengan konsentrasi 95% belum
dapat dijadikan sebagai bahan bakar.
Bioetanol yang digunakan
sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan harus benar-benar kering dan
anhydrous supaya tidak korosif, sehingga bioetanol harus mempunyai grade
sebesar 99,5 – 100 % volume. Oleh karena itu, bioetanol hasil destilasi harus
ditambahkan suatu bahan yang dapat menyerap atau menarik kandungan air yang
masih terdapat dalam bioetanol, bahan yang sering digunakan diantaranya yaitu,
CaCO3, dan zeolit atau dilakukan destilasi vakum, sehingga dapat dihasilkan
bioetanol yang lebih murni yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar.
Bioetanol memiliki
banyak manfaat karena dicampurkan dengan bensin pada komposisi berapapun
memberikan dampak yang positif dalam mengurangi emisi yang dihasilkan oleh
bahan bakar minyak (bensin). Pencampuran bioetanol absolut sebanyak 10 % dengan
bensin 90 % sering disebut gasohol E-10 yang memiliki angka oktan 92 dibanding
dengan premium hanya 87-88. Bioetanol dikenal sebagai octan enhancer (aditif)
yang paling ramah lingkungan dibandingkan Tetra Ethyl Lead (TEL) maupun Methyl Tertiary
Buthyl Ether (MTBE).
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Bahan baku yang
digunakan untuk pembuatan boietanol yaitu bahan sukrosa, bahan berpati dan
bahan berselulosa. Kulit singkong merupakan salah satu sumber bioetanol dari
bahan berserat. Kulit singkong bisa berpotensi untuk diproduksi menjadi
bietanol yang digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak. Adapun kulit
singkong merupakan limbah dari tanaman singkong yang memiliki kandungan serat
yang dapat digunakan sebagai sumber energi.
Teknologi pembuatan
bioetanol dari limbah kulit singkong melalui proses hidrolisa asam dan
enzimatis merupakan suatu alternatif dalam rangka mendukung program pemerintah
tentang penyediaan bahan bakar non migas yang terbarukan yaitu BBN ( bahan
bakar nabati ) sebagai pengganti bensin.
Proses pembuatan
bioetanol melalui beberapa tahap yaitu isolasi pati, hidrolisis pati menjadi
glukosa, fermentasi atau perubahan glukosa menjadi etanol atau bioetanol, dan
destilasi bioetanol.
Pengolahan limbah kulit
singkong menjadi bioetanol dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk di
lingkungan sekitar yang dapat membahayakan kesehatan karena mengandung toksik.
Selain itu juga dapat mengurangi angka pengangguran dan menghemat biaya
penanganan limbah.
B.
Saran
Aplikasi potensi kulit singkong sebagai
sumber pembuatan bioetanol perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
analisis kualitatif maupun analisis kuantitatif bioetanol.
DAFTAR
PUSTAKA
Bernasconi
G et al. 1995. Teknologi Kimia. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Hambali
et al. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Prihandana,
R et al. 2007. Bioetanol Ubi Kayu: Bahan Bakar Masa Depan.Jakarta:
Agromedia Pustaka.
mohon ijin share yaa...
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat, sila kan bisa langsung di copy namun bila tidak bisa mohon maaf untuk copy sudah banyak mulai di larang sepertinya, jadi bila berkenan bisa saya kirim via email saja.
Deleteijin share ya..
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung, sila kan di share ata salin dan gunakan sebaik-baiknya serta terapkan kaidah penulisan dengan benar, semoga bermanfaat.
DeletePUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
ReplyDeletemenyediakan ENZYM GLUCO AMYLASE untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www.tokopedia.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro
izin share juga biar menambah pengetahuan
ReplyDelete