I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahan dan produk pangan cair (fluida) dapat diklasifikasikan
berdasarkan kekentalannya dan kemudahannya untuk mengalir. Secara umum, produk
pangan cair akan mengalir dan tidak mengalami disintegrasi apabila ada gaya
yang mengenainya. Sifat kekentalan dan kemudahan mengalir merupakan dua sifat
fisik penting yang sering digunkanan untuk mengevaluasi karakteristik produk
pangan cair.
Fluida adalah
zat yang dapat mengalami perubahan bentuk secara kontinu bila terkena tegangan
geser walaupun relatif kecil. Fluida merupakan
gugusan yang tersusun atas molekul-molekul dengan jarak pisah yang besar untuk
gas dan kecil untuk zat cair. Molekul-molekul itu tidak terikat pada suatu
kisi, melainkan saling bergerak bebas terhadap satu sama lain.
Fluida juga
dapat diartikan zat yang dapat mengalir yang mempunyai partikel yang mudah
bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Ketahanan fluida terhadap
perubahan bentuk sangat kecil sehingga fluida dapat dengan mudah mengikuti
bentuk ruang.
Kekentalan atau viskositas fluida
mempengaruhi kemampuan mengalir suatu fluida. Pengetahuan kekentalan fluida
amat penting, baik dalam design dan pengendalian selama proses pengolahan
maupun uji mutu dan standarisasi mutu. Kekentalan fluida dapat dipengaruhi oleh
suhu beberapa faktor seperti bahan dan gaya yang mengenainya. Namun semua itu
bergantung dari jenis fluidanya. Masing-masing dari jenis fluida memiliki
karakter kekentalan yang berbeda, sehingga hal-hal yang dapat mempengaruhi
kekentalannyapun berbeda-beda. Untuk mengetahui kekentalan dari suatu fluida,
dapat diukur dengan menggunakan sebuah alat yang disebut viscometer.
B.
Tujuan
Mengukur
viskositas berbagai produk pangan.
II. METODE PRAKTIKUM
a.
Alat dan Bahan
-
Alat
1.
Viskometer
2.
Tabung reaksi/ beker gelas
-
Bahan
1.
Kecap
2.
Sirup
3.
Minyak goreng
4.
Santan
5.
Saus
6.
Air
b.
Prosedur Kerja
Masukkan bahan ke dalam beker
gelas
Panaskan bahan sampai suhu 300C,
500C, 800C
Kemudian hitung viskositas
bahan tersebut dengan menggunakan alat viskometer
Buatlah
tabel hasil pengamatan dan grafik pengaru suhu terhadap viskositas bahan
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Ø Kecap
Ulangan
|
Pemanasan
|
||
30 0 C
|
50 0 C
|
80 0 C
|
|
I
II
|
2200
2400
|
1500
1900
|
1100
1500
|
Rata-rata
|
2300
|
1700
|
1300
|
Ø Sirup
Ulangan
|
Pemanasan
|
||
30 0 C
|
50 0 C
|
80 0 C
|
|
I
II
|
600
500
|
400
500
|
200
300
|
Rata-rata
|
550
|
450
|
250
|
Ø Minyak
Goreng
Ulangan
|
Pemanasan
|
||
30 0 C
|
50 0 C
|
80 0 C
|
|
I
II
|
200
200
|
200
200
|
200
200
|
Rata-rata
|
200
|
200
|
200
|
Ø Santan
Ulangan
|
Pemanasan
|
||
30 0 C
|
50 0 C
|
80 0 C
|
|
I
II
|
2650
2400
|
2100
2100
|
1800
2200
|
Rata-rata
|
2525
|
2100
|
2000
|
Ø Saus
Ulangan
|
Pemanasan
|
||
30 0 C
|
50 0 C
|
80 0 C
|
|
I
II
|
16100
15580
|
14520
14300
|
14700
15000
|
Rata-rata
|
15840
|
14410
|
14850
|
Ø Air
Ulangan
|
Pemanasan
|
||
30 0 C
|
50 0 C
|
80 0 C
|
|
I
II
|
120
120
|
120
100
|
120
100
|
Rata-rata
|
120
|
110
|
110
|
B. Permbahasan
Fluida adalah
sub-himpunan dari fase
benda, termasuk cairan, gas, plasma,
dan padat plastik. Fluida memiliki sifat tidak
menolak terhadap perubahan bentuk dan kemampuan untuk mengalir (atau umumnya
kemampuannya untuk mengambil bentuk dari wadah mereka). Sifat ini biasanya
dikarenakan sebuah fungsi dari ketidakmampuan mereka mengadakan tegangan geser (shear stress) dalam ekuilibrium statik. Konsekuensi dari
sifat ini adalah hukum
Pascal yang menekankan pentingnya tekanan dalam
mengkarakterisasi bentuk fluida. Dapat disimpulkan bahwa fluida adalah zat atau
entitas yang terdeformasi secara berkesinambungan apabila diberi tegangan geser
walau sekecil apapun tegangan geser itu. Sifat mengalir bahan cair berbeda –
beda, ada yang mudah mengalir dan ada pula yang sulit mengalir dimana diperlukan
daya dorong ( pemompaan ) untuk mengalirkannya. Kemudahan mengalir ini sangat
ditentukan oleh kekentalan dari bahan cair tersebut. Berdasarkan kekentalannya
fluida dibedakan menjadi dua bagian :
Fluida juga dibagi menjadi cairan dan gas. Cairan membentuk
permukaan bebas (yaitu, permukaan yang tidak diciptakan oleh bentuk wadahnya),
sedangkan gas tidak.
v Fluida
Newtonion
Fluida Newtonian (istilah
yang diperoleh dari nama Isaac Newton)
adalah suatu fluida yang
memiliki kurva tegangan/regangan yang linier. Keunikan dari fluida
newtonian adalah fluida ini akan terus mengalir sekalipun terdapat gaya yang
bekerja pada fluida. Hal ini disebabkan karena viskositas dari
suatu fluida newtonian tidak berubah ketika terdapat gaya yang bekerja pada
fluida. Viskositas dari suatu fluida newtonian hanya bergantung pada temperatur dan tekanan.
Cairan
newtonion adalah cairan yang nilai kekentalannya tidak dipengaruhi oleh
besarnya gaya yang mengalirkan atau menggerakkannya. Cairan yang encer seperti
air, minuman ringan , larutan gula encer, larutan asam dan larutan garam bersifat newtonion.
Kekentalan cairan newtonion bersifat constant.
Perbedaan karakteristik akan dijumpai
pada fluida non-newtonian. Pada fluida jenis ini, viskositas fluida
akan berubah bila terdapat gaya yang bekerja pada fluida (seperti pengadukan).
v
Fluida Non-Newtonion
Fluida non-Newtonian adalah suatu fluida yang
akan mengalami perubahan viskositas ketika terdapat gaya yang bekerja pada
fluida tersebut. Hal ini menyebabkan fluida non-Newtonian tidak memiliki viskositas yang
konstan.
Gaya
yang mengenai benda dapat berupa gaya tekan (compression), gaya tarik (tensile) atau gaya geser (shearing). Gaya geser (shearing) biasanya dikenakan pada
benda-benda yang dapat mengalir, termasuk bahan cair. Gaya (f) yang diberikan
pada bahan persatuan luas (A) disebut shear
stress. Sedangkan perubahan kecepatan (dv) akibat gaya yang diberikan pada
jarak tertentu (dy) disebut shear rate.
Produk pangan yang
bersifat non-newtonion umumnya ditunjukkan bagi produk yang lebih kental
seperti saus, kecap, madu dan sebagainya. Kekentalan beberapa bahan cair yang
bersifat non-Newtonian berubah dengan bertambahnya waktu pengukuran, baik
menjadi lebih mengental maupun menjadi lebih encer. Bahan cair yang mengalami
sifat semakin mengental oleh lamanya pengadukan disebut bersifat thixotropic. Sedangkan bahan cair yang
mengalami sifat semakin encer oleh lamanya pengadukan disebut bersifat rheopecric.
Berdasarkan
pada pola kekentalannya produk pangan non-Newtonion dapat dikelompokkan menjadi
produk pseudoplastik atau shear thinning,
produk dilatan atau shear thickening
dan produk plastis. Diantara ketiga
produk pangan tersebut yang paling banyak ditemui dalam produk pangan adalah
yang bersifat non-Newtonion pseudoplastik.
Dalam praktikum kali ini kita menghitung
viskositas dari enam sample yaitu saus, kecap, minyak goreng, santan, sirup dan
air. Air termasuk cairan newtonion, yang pada dasarnya memiliki kekentalan yang
konstan, hanya suhu dan tekanan yang dapat mempengaruhi kekentalan cairan
newtonion. Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan diperoleh viskositas
air pada suhu 300C adalah 120 mPas, pada suhu 500C dan 800C
viskositasnya adalah 110 mPas. Hal ini senada dengan pustaka yang kami
dapatkan, pada pustaka dinyatakan bahwa semakin meningkat suhu bahan maka
kekentalannya akan semakin menurun. Namun pada suhu 800C
viskositasnya sama dengan suhu 500C, hal ini dapat disebabkan karena
ketidaktelitian praktikan saat mengukur viskositas dengan viskositas atau
pengukuran suhu fluida yg kurang tepat.
Selanjutnya sample yang kami hitung
viskositasnya adalah saus. Saus termasuk ke dalam kelompok cairan non-newtonion
karena kekentalannya yang cukup tinggi. Dari hasil pengamatan yang kita
dapatkan, viskositas saus pada suhu 300C, 500C dan 800C
secara berturut-turut adalah 15840 mPas, 14410 mPas dan 14850 mPas. Dari suhu
300C hingga suhu 800C mengalami penurunan, hal ini sesuai
dengan pustaka yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu bahan semakin menurun
kekentalannya. Pada cairan non-newtonion nilai kekentalannya sangat dipengaruhi
oleh gaya yang diberikan dimana kekentalannya bisa meningkat atau menurun. Bila
dilakukan pengadukan terhadap cairan yang kental, maka ketika gaya pengadukan
diberikan lebih kuat cairan tersebut akan lebih mudah bergerak atau mengalir.
Semakin cepat pengadukan cairan tersebut akan semakin encer dan mudah diaduk.
Dengan kata lain, kekentalan cairan tersebut menurun karena pengaruh gaya
pengadukan yang diperbesar/dipercepat.
Kemudian selanjutnya kita menghitung
viskositas kecap. Viskositas kecap yang kami hitung pada suhu 300C,
500C, dan 800C adalah 2300 mPas, 1700 mPas, dan 1300
mPas. Hal ini sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu
bahan semakin menurun viskositasnya. Kecap termasuk pada cairan non-Newtonion
plastis dimana kekentalannya dalam keadaan normal sudah tinggi dan jika dikenai
gaya pengaliran yang besar, kekentalannya tiba – tiba menurun tajam, sehingga
produk yang tadinya sulit digerakkan atau dialirkan setelah kena gaya tiba –
tiba lebih mudah mengalir.
Untuk viskositas minyak goreng dengan suhu
300C, 500C, dan 800C adalah 200 mPas. Hal ini
menunjukkan ketidaksesuaian dengan pustaka. Minyak goreng termasuk ke dalam
kelompok Newtonion, dimana kekentalannya tidak dipengaruhi oleh gaya pengadukan
tetapi dipengaruhi oleh suhu. Sedangkan hasil pengamatan yang kami lakukan
menunjukkan tidak adanya perubahan viskositas minyak goreng pada suhu yang
berbeda. Hal ini dapat dikarenakan ketidaktelitian praktikan saat mengukur
viskositas minyak dengan viscometer. Dalam menghitung viskositas dengan
viscometer juga perlu memperhatikan spindle yang digunakan. Berbedanya
kekentalan bahan cair seharusnya berbeda pula spindle yang digunakan, agar
diperoleh data yang akurat.
Selanjutnya kami mengukur viskositas
santan. Santan termasuk cairan non-Newtonion pseudoplastic dimana kekentalannya
menurun jika gaya untuk mengalirkannya meningkat. Semakin besar gaya yang
diberikan maka semakin encer. Berdasarkan hasil pengamatan yang kami peroleh
viskositas santan pada suhu 300C,
500C, dan 800C adalah 2525 mPas, 2100 mPas dan 2000 mPas.
Hal ini sesuai dengan pustaka yang menyatakan semakin tinggi suhu bahan maka kekentalan
bahan akan semakin rendah.
Untuk viskositas sirup pada suhu 300C,
500C, dan 800C adalah 550 mPas, 450 mPas, dan 250 mPas.
Sirup termasuk ke dalam cairan Newtonion yang kekentalannya tidak dipengaruhi
oleh pengadukan tetapi dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu semakin
rendah viskositasnya, pernyataan ini senada dengan hasil pengukuran viskositas
sirup yang kami peroleh.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Suhu bahan dapat mempengaruhi kekentalan fluida,
semakin tinggi suhu bahan maka kekentalan fluida semakin menurun.
2.
Kekentalan fluida Newtonion seperti air, minyak
goreng dan sirup dapat dipengaruhi oleh suhu bahan dan tidak dipengaruhi oleh
pengadukan.
3.
Kekentalan fluida non-Newtonion jenis
pseudoplastik (santan) dan non-Newtonion jenis plastik (kecap,saus) dipengaruhi
oleh gaya yang mengalirkannya. Semakin tinggi gaya yang dikenakan semakin
menurun viskositasnya.
B. Saran
Dalam menghitung viskositas dengan
menggunakan viskometer harus memperhatikan spindle yang digunakan. Jangan
menggunakan spindle yang sama untuk semua jenis fluida, agar diperoleh data
viskositas fluida yang akurat. Selain itu viscometer yang digunakan diharapkan
viskometer yang benar-benar dapat mengahasilkan data yang akurat atau tidak
rusak.
DAFTAR
PUSTAKA
Diqky dkk. 2009. Definisi fluida.
Definisi%20Fluida%20%20%20Nationalinks.htm. Diakses
pada tanggal 06 Januari 2010.
Kusnandar, F dkk. Aliran
Fluida
Wapedia. 2009. Fluida Non-newtonion.
Wapedia%20-%20Wiki%20%20Fluida%20non-Newtonian.htm. Diakses pada tanggal 06 Januari 2010.
Wapedia%20-%20Wiki%20%20Fluida%20non-Newtonian.htm. Diakses pada tanggal 06 Januari 2010.
Wikipedia. 2010. Fluida
Newtonion. Fluida%20Newtonian%20-%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm. Diakses
pada tanggal 06 Januari 2010.
Wikipedia. 2010. Fluida.
Fluida%20 %20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm. Diakses
pada tanggal 06 Januari 2010.
Wikipedia. 2010. Fluida Non-newtonion. Fluida%20non-Newtonian%20-%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm. Diakses
pada tanggal 06 Januari 2010.
Form Sains.com. 2007. Fluida
Non-newtonion.Non-Newtonian%20fluid%20%20%20Forum%20Sains.htm. Diakses pada tanggal 06 Januari 2010.
No comments:
Post a Comment