PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Kebijakan pembangunan
pendidikan dalam kurun waktu 2004-2009 meliputi peningkaatan askes rakyat
terhadap pendidikan yang lebih berkualitas melalui peningkaan pelaksanaan Wajib
Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan pemberian askes yang lebih besar kepada
kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat menjangkau layanan pendidikan.
Pemerintahan Indonesia dewasa ini didukung oleh sekitar 480 kabupaten dan kota.
Dari jumlah itu, hampir seluruh jajaran pimpinannya baik bupati, wali kota atau
wakilnya, pimpinan atau anggota DPRD, dan pejabat lainnya, bahkan dari berbagai
departemen terkait di Jakarta selama era otonomi daerah pernah berkunjung ke
Kabupaten Jembrana. Kunjungan gencar dari jajaran eksekutif dan legislatif itu
terjadi ketika Jembrana dipimpin Bupati I Gede Winasa (56), yang sejak
pertengahan tahun lalu memasuki periode kedua. Jembrana dan kota kabupatennya,
Negara, ketika kembali dikunjungi, tetap saja dengan kekhasannya, misalnya,
pemandangan kegiatan petani bersawah atau memanen sayuran. Sementara, ruas
jalan utama yang berakhir di pelabuhan penyeberangan Gilimanuk di ujung
baratnya dipadati lalu lintas berbagai jenis kendaraan, terutama truk-truk
raksasa sarat muatan untuk angkutan antarprovinsi.
Kekhasan lainnya adalah di kabupaten yang kini berpenduduk
sekitar 258.000 jiwa itu amat jarang dijumpai pengunjung mancanegara alias
turis asing. Jembrana memang bukan kabupaten yang menempatkan pariwisata
sebagai andalan ekonominya. Sejak dahulu, andalan ekonomi Jembrana tetap pada
pertanian, terutama sawah, peternakan, dan perikanan. Dengan demikian,
pemandangan itu sekaligus menggambarkan betapa kontrasnya dinamika dan denyut
nadi kehidupan Jembrana dengan Bali umumnya yang sejak tahun 1980-an menjadikan
industri pariwisata sebagai lokomotif ekonomi daerahnya. Badung, Denpasar, dan
Gianyar adalah kabupaten atau kota yang menjadi induk pariwisata Bali. Di
sejumlah kabupaten dan kota itu, nyaris setiap saat kita berpapasan dengan
turis asing yang datang dari Eropa, Amerika, Afrika, Australia, Jepang, Taiwan,
China, dan berbagai negara asing lainnya.
Karena tidak mengandalkan pariwisata, gelimang dollar
bawaan turis asing yang berkunjung ke Bali jelas tidak banyak mengalir hingga
Jembrana. Jika ditilik dari pendapatan asli daerah atau PAD-nya, Jembrana
memang tergolong kabupaten miskin di Bali. Misalnya tahun 2000, PAD Jembrana
hanya sekitar Rp 1 miliar. Ketika kabupaten itu dipimpin Bupati I Gede Winasa,
PAD-nya merangkak naik menjadi Rp 4,7 miliar (2001). Selanjutnya menjadi Rp 6
miliar (2002), lalu Rp 9,2 miliar (2003). Begitu seterusnya, dan tahun 2006 ini
mencapai sekitar Rp 11,2 miliar. Akan tetapi, meski terus mengalami kenaikan,
PAD Jembrana tidak ada apa-apanya dibanding dengan Denpasar, apalagi Badung.
Pada saat bersamaan PAD kedua daerah itu di atas Rp 250 miliar. Di bawah
kepemimpinan Bupati I Gede Winasa, Jembrana memiliki keunggulan dalam kebijakan
pelayanan publik. Seperti diakui Kepala Biro Pemerintahan Provinsi Bali I Made
Denayasa, daya tarik Jembrana kini karena sejumlah kebijakan publiknya yang
sungguh prorakyat. Di tengah keterbatasan PAD daerahnya, Jembrana sejak tahun
2001 berani membebaskan siswa sekolah negeri dari biaya SPP (Sumbangan
Pembinaan Pendidikan) sejak tingkat SD hingga SMU atau sederajat. Bahkan, para
siswa juga dibantu dengan buku-buku paket pelajaran. Sedangkan untuk sekolah
swasta, Pemkab Jembrana menyediakan bantuan berupa beasiswa bagi sejumlah siswa
berprestasi.
Pada saat yang sama masyarakat dibebaskan dari biaya
pelayanan kesehatan dasar, seperti biaya rawat jalan dari kunjungan ke
puskesmas atau rumah sakit. Biaya kesehatan baru dipungut secara normal ketika
penderita harus rawat inap, namun tetap saja ada pengecualian pelayanan gratis
bagi mereka yang benar-benar dari keluarga miskin. Khusus untuk menggratiskan
pendidikan dan biaya kesehatan dasar itu, Pemkab Jembrana pada tahun 2005,
misalnya, mengalokasikan anggaran lebih dari Rp 110 miliar. “Dari total alokasi
itu, sekitar Rp 89 miliar merupakan subsidi untuk menggratiskan pendidikan dan
Rp 20 miliar lebih lainnya untuk subsidi kesehatan,” papar Kepala Subag
Protokol Sekretariat Daerah Jembrana Dewa Gede Ary Candra Wisnawa. Tidak hanya
itu. Para petani sawah dibebaskan dari beban pajak bumi dan bangunan (PBB) atas
lahan usaha miliknya itu. PBB atas lahan sawah di Jembrana bernilai total
sekitar Rp 670 juta. Sebagaimana diakui Bupati I Gede Winasa di Negara,
semuanya disubsidi oleh pemerintah setempat. Lebih menarik lagi terkait
kebijakan perizinan serta pelayanan akta catatan sipil dan bidang kependudukan.
Jumlah totalnya 57 jenis. Rinciannya masing-masing pelayanan perizinan 50
jenis, pelayanan akta catatan sipil (5), dan dua lainnya pelayanan bidang kependudukan.
Di Jembrana, tentang perizinan ini telah menjadi bagian
urusan dinas inkom dan perhubungan setempat. Bahkan, lebih khusus lagi, perihal
perizinan itu hanya diurus bidang inkom. “Kalau perizinan kelompok pertama,
waktu prosesnya paling lama 14 hari kerja karena petugas terkait harus
melakukan pengecekan ke lapangan. Sedangkan jenis lainnya hanya selama tiga
hari,” tutur Kepala Inkom NK Citrawati. Jika melihat sistemnya, tertutup
kesempatan bagi pejabat bertatap muka langsung dengan warga. Dengan demikian,
sempit pula kesempatan bagi pejabat melakukan pungutan liar atau korupsi
terhadap warga. Citrawati mengemukakan, masyarakat yang membutuhkan perizinan
cukup mendatangi kantor bupati, lalu membaca berbagai persyaratan yang
diperlukan melalui papan publikasi atau layar komputer yang telah tersedia.
Setelah melengkapi persyaratan, berkas yang telah diregistrasi langsung
dimasukkan melalui kotak khusus yang secara otomatis terbuka dan tertutup
setelah warga bersangkutan menekan tombolnya.
Jembrana mendapatkan subsidi dari pemerintah pusat melalui
Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, atau sumber dana lainnya, tidaklah jauh
berbeda dengan kabupaten/kota lain di Indonesia. Tetapi, mengapa Jembrana di
tengah keterbatasan sumber dana daerahnya (PAD) ternyata bisa memberikan
pelayanan maksimal bagi masyarakatnya? Kata kuncinya, demikian Winasa, adalah
kemampuan melakukan inovasi, kreatif, serta efisiensi. Contoh paling sederhana,
Winasa menunjuk kartu pengenal pegawai negeri sipil (PNS), termasuk yang dia
gunakan. Khusus di Jembrana, pengadaan kartu itu tanpa biaya karena sekaligus
merupakan kartu ATM dari sebuah bank milik Pemerintah Provinsi Bali. Karena
sekaligus merupakan kartu ATM, maka pengadaan untuk sekitar 5.000 PNS di
Jembrana langsung dilakukan oleh bank bersangkutan. Dengan demikian, sudah
terjadi efisiensi, sementara di sisi lain jajaran PNS dibiasakan menabung dan
berhubungan dengan bank. Tentang subsidi untuk melunasi pajak PBB lahan sawah
para petani, menurut Winasa, sama sekali tidak membebani Pemkab Jembrana. “Ya,
saya terpaksa buka saja. Subsidi untuk melunasi jenis pajak petani itu totalnya
sekitar Rp 670 juta. Selanjutnya kami justru memperoleh insentifnya dari
Jakarta, yang jumlahnya bahkan lebih besar, hingga sekitar Rp 1,1 miliar,” ungkapnya.
Terobosan juga dilakukan melalui belanja rutin di kantor- kantor. Selain
ditetapkan standarnya, juga diikuti sistem pergudangan. Seluruh barang
pengadaan harus melalui gudang khusus. Dengan demikian, bisa ditekan
kemungkinan korupsi melalui kuitansi fiktif atau penggelembungan harga dan
bentuk manipulasi lainnya. Kabupaten Jembrana selama sekitar enam tahun
terakhir tidak pernah lagi mengalokasikan anggaran untuk membeli kendaraan
baru. Kendaraan dinas yang dipakai sebagian merupakan kendaraan lama, namun
sebagian terbesar lainnya adalah dari sewaan. Adapun Bupati Gede Winasa sehari
hari mengendarai mobil dinas berupa jenis jip Hardtop tahun 1978. Sesungguhnya
masih banyak lagi langkah terobosan cemerlang lainnya yang dilakukan Pemkab
Jembrana guna memberikan pelayanan maksimal bagi masyarakatnya. Diakui Bupati
Winasa, berbagai terobosan yang bersumber dari inovasi dan efisiensi itu telah
menghasilkan penghematan biaya 20–50 persen. “Hasil dari berbagai penghematan
itulah yang lalu kita gunakan menggratiskan biaya pendidikan dan kesehatan,
bahkan untuk proyek lain lagi,” ujar Winasa menambahkan. Mencermati berbagai
langkah terobosan Pemkab Jembrana itu, layak jika berbagai pihak di seantero
negeri secara khusus berkunjung ke Jembrana. Tujuan utamanya belajar berbagai
inovasi serta efisiensi melalui kebijakan yang sungguh-sungguh prorakyat,
melayani rakyat.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini berusaha untuk
mengkaji :
1. Bagaimana implementasi Program Pendidikan
Bersubsidi di Kabupaten Jembrana ?
2. Fakor apa yang mempengaruhi implementasi
Progaram Pendidikan Bersubsidi di Kabupaten Jembrana tersebut ?
Selengkapnya dapat di download pada:
http://www.4shared.com/office/KnCPrSnW/PKL-implementasi_pendidikan.html
No comments:
Post a Comment