Pemekaran Wilayah Brebes, Mimpi Empat Dekade
Peta Brebes Sekarang
“Suatu saat, Brebes Selatan yang beribukota Bumiayu akan didatangi oleh presiden republik Indonesia. Maka semua rakyat dengan amat senang menyambut pemimpinnya. Lalu, sang pemimpin akan berpidato di lapangan Asri Bumiayu, guna memuji kemajuan pembangunan yang dilakukan oleh kabupaten yang dulunya bergabung dengan Brebes ini.”
Kabupaten Brebes terletak di bagian Utara paling
Barat Provinsi Jawa Tengah, diantara koordinat 108° 41′37,7″ - 109° 11′28,92″
Bujur Timur dan 6° 44′56′5″ - 7° 20′51,48 Lintang Selatan dan berbatasan
langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Penduduk Kabupaten Brebes
mayoritas menggunakan bahasa Jawa yang yang mempunyai ciri khas yang tidak
dimiliki oleh daerah lain, biasanya disebut dengan Bahasa Jawa Brebes. Namun
terdapat Kenyataan pula bahwa sebagian penduduk Kabupaten Brebes juga bertutur
dalam bahasa Sunda dan banyak nama tempat yang dinamai dengan bahasa Sunda menunjukan
bahwa pada masa lalu wilayah ini adalah bagian dari wilayah Sunda. Daerah yang
masyarakatnya sebagian besar menggunakan bahasa Sunda atau biasa disebut dengan
Bahasa Sunda Brebes, adalah meliputi Kecamatan Salem,Banjarharjo,dan
Bantarkawung, dan sebagian lagi ada di beberapa Desa di Kecamatan
Losari,Tanjung,Kersana,Ketanggungan dan Larangan.
Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga
Manik (yang menceriterakan perjalanan Prabu Bujangga Manik, seorang pendeta
Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan
Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian,
Oxford University, Inggris sejak tahun 1627, batas Kerajaan Sunda di sebelah
timur adalah Ci Pamali (sekarang disebut sebagai Kali Brebes atau Kali Pemali
yang melintasi pusat kota Brebes) dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali
Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.
Ibukota kabupaten Brebes terletak di bagian timur laut wilayah kabupaten. Kota Brebes bersebelahan dengan Kota Tegal, sehingga kedua kota ini dapat dikatakan “menyatu”.
Brebes merupakan kabupaten yang cukup luas di Provinsi Jawa Tengah. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah. Bagian barat daya merupakan dataran tinggi (dengan puncaknya Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang), sedangkan bagian tenggara terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet.
Dengan iklim tropis, curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan. Kondisi itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya.
Utara : Laut Jawa
Selatan : Kabupaten Cilacap,
Kabupaten Banyumas
Barat : Kabupaten
Cirebon, Kabupaten Kuningan (Jawa Barat)
Timur : Kabupaten
Tegal, Kota Tegal
Perbankan dan Investasi Di Kabupaten
Brebes Tahun 2010
Investasi di Kabupaten Brebes meningkat tiap tahun
Selama kurun waktu 2008-2010 besaran dana perbankan di Kabupaten Brebes cenderung berfluktuasi.
Selama kurun waktu 2008-2010 besaran dana perbankan di Kabupaten Brebes cenderung berfluktuasi.
Kondisi perbankan dan investasi di Kabupaten
Brebes terlihat cukup menggembirakan. Hal ini terlihat dari tumbuhnya dana yang
berhasil di himpun oleh perbankan baik lewat Deposito, Tabungan maupun Giro.
Jika pada tahun 2008 total dana yang dihimpun sebesar 1.083,39 milyar rupiah,
maka pada tahun 2010 mencapai 1.384,19 milyar rupiah. Begitu juga dengan kredit
yang disalurkan pada tahun 2008 mencapai 1.800,23 milyar rupiah, maka pada
tahun 2010 mencapai 1.979,42 milyar rupiah.
Posisi pinjaman perbankan di Brebes cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 mencapai 1.797,92 milyar rupiah, yang terdiri dari modal kerja sebesar 1.031,03 milyar rupiah, investasi sebesar 88,91 milyar rupiah dan konsumsi mencapai 677,98 milyar rupiah. Sementara pada tahun 2010, terjadi fluktuasi dimana posisi pinjaman mencapai 1.979,18 milyar rupiah yang terdiri dari modal kerja sebesar 960,38 milyar rupiah, investasi 131,33 milyar rupiah dan konsumsi mencapai 887,47 milyar rupiah.
(Sumber : BPS,
Statistik Daerah Kabupaten Brebes 2011)
Harga-harga dI Kabupaten Brebes Tahun 2010
Laju inflasi meningkat pada tahun 2010
Inflasi Brebes pada kurun waktu 2008-2010 cenderung berfluktuasi, mencapai 2 digit pada tahun 2008, menurun di tahun 2009 dan kembali naik pada tahun 2010.
.
Perubahan IHK selama tahun 2010 atau yang lebih dikenal dengan inflasi di Kabupaten Brebes sebesar 6,04 persen. Inflasi sebesar itu karenakan adanya perubahan IHK pada Kelompok Bahan Makanan sebesar 17,09 persen; kelompok Sandang 9,05 persen; kelompok Perumahan 4,67 persen; kelompok Makanan Jadi 1,78 persen; kelompok Pendidikan 1,63 persen; kelompok Transportasi 1,62 persen serta kelompok Kesehatan 0,60 persen.
Inflasi Brebes pada kurun waktu 2008-2010 cenderung berfluktuasi, mencapai 2 digit pada tahun 2008, menurun di tahun 2009 dan kembali naik pada tahun 2010.
.
Perubahan IHK selama tahun 2010 atau yang lebih dikenal dengan inflasi di Kabupaten Brebes sebesar 6,04 persen. Inflasi sebesar itu karenakan adanya perubahan IHK pada Kelompok Bahan Makanan sebesar 17,09 persen; kelompok Sandang 9,05 persen; kelompok Perumahan 4,67 persen; kelompok Makanan Jadi 1,78 persen; kelompok Pendidikan 1,63 persen; kelompok Transportasi 1,62 persen serta kelompok Kesehatan 0,60 persen.
Bila dibandingkan inflasi tahun lalu, inflasi tahun 2010 secara umum cenderung meningkat, dimana pada tahun 2008 besarnya inflasi mencapai 11,81 persen.
Secara umum selama tahun 2010, terjadi inflasi yang cenderung rendah, kecuali pada bulan Juni, justru terjadi deflasi yaitu sebesar minus 0,66 persen.
*** Tahukah Anda
Inflasi terbesar terjadi pada kelompok Bahan Makanan dimana terjadi inflasi17,09 persen.
Dengan mengambil tahun dasar 2007 (2007=100),
Indeks Harga Konsumen (IHK) Brebes hingga bulan Desember 2010 tercatat sebesar
128,49. Nilai IHK tertinggi terjadi pada kelompok Bahan Makanan yaitu sebesar
150,34. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok Bahan Makanan mengalami kenaikan
harga yang relatif cepat dibandingkan kelompok lain. Sementara kelompok
pengeluaran yang mempunyai nilai IHK terendah adalah kelompok Transportasi
yaitu sebesar 175,22.
(Sumber : BPS, Statistik Daerah Kabupaten Brebes
2011)
Empat dekade alias 40 tahun lebih mimpi di
atas menemui jalan buntu nan tak tertembus. Meski undang-undang pemekaran bisa
saja meloloskan lantaran syarat mekarnya sebuah wilayah kabupaten cuma
membutuhkan dukungan minimal 5 kecamatan. Kebetulan Brebes Selatan, kini
didukung oleh enam kecamatan. Salem, Bantarkawung, Paguyangan, Bumiayu,
Sirampog dan Tonjong siap memuluskan jalan. Namun, ibarat sang anak hendak
membuat rumah baru, beragam rintangan selalu ada sehingga menunda mimpi.
Salah satu yang jadi biang kerok kenapa
Brebes Selatan ingin jadi kabupaten sendiri adalah minimnya perhatian Brebes.
Lihat saja insfratruktur di daerah ini. Jalanan layak adalah barang mewah.
Hanya jalur nasional yang melintang dari Brebes ke Purwokerto yang mulus.
Sisanya adalah jalanan yang siap-siap membuat pengemudi sakit badan jika
melintas.
Jalur Bumiayu – Salem yang setiap harinya
memboyong warga Salem dan Bantarkawung membelanjakan uang di Bumiayu adalah
jalur nista. Jalur ini paling lama bertahan setahun kemulusannya akibat
padatnya volume yang berbanding terbalik dengan kualitas. Belum lagi
tru-truk besar pembawa getah pinus dan kayu pinus yang hilir mudik mengangkut
hasil gunung-gunung di Salem dan Bantarkawung untuk kemudian dibawa ke utara
Brebes.
Masih kurang melihat derita warga Brebes
Selatan? Maka bawalah motor trail dan perbekalan secukupnya. Tengoklah
daerah-daerah pedesaan yang berbatasan dengan Cilacap di Kecamatan
Bantarkawung. Jika kurang puas naiklah kea rah paling barat di Kecamatan Salem.
Disana peran pemerintah nyaris tiada.
Itu jika hanya meninjau fasilitas
transportasi. Fasilitas kesehatan tentu tak jauh berbeda buruknya. Dokter
adalah makhluk langka di pelosok Brebes Selatan. Hanya ada mantri dan bidan
yang akhirnya bertugas menjadi dokter. Urusan melahirkan, ada dukun beranak
yang biasa disebut paraji siap membantu. Jika sakit parah, Puskesmas
Bantarkawung bolehlah jadi rujukan buat warga miskin. Tapi karena fasilitas
minim, maka rumah sakit swasta yang berlokasi di Bumiayu jadi tumpuan.
Sayangnya biaya yang begitu mahal membuat warga lebih banyak pergi ke dukun
atau bahkan cuma bisa urut dada dan berdoa.
Selain rasa sakit hati dianaktirikan, apakah
yang bisa dibanggakan Brebes Selatan? Pada tahun 2005 Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Brebes bekerjasama dengan Lembaga
Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Teknologi Bandung(LPPM-ITB)
pernah mengadakan penelitian terkait kondisi SDA yang terkandung di daerah SWP
III ini, dan hasilnya di daerah ini terkandung banyak potensi SDA, mulai dari
batu bara, batu apung, tanah liat, dan basir dan batu (Sirtu), bahkan minyak
bumi sempat terdekteksi meskipun hasilnya dibawah standar.
Pertanian tentu menyumbang penghasilan tak
sedikit karena memang kegiatan itulah yang saat ini paling banyak dilakukan
warga Brebes Selatan. Perkebunan juga tak sedikit meski hampir semuanya
dikelola perhutani. Lihat saja deretan bukit yang dipenuhi pinus atau jati.
Tengok juga perkebunan teh yang menghampar di selatan Bumiayu.
Cuma segitu? Ya, PAD daerah ini sendiri
tergolong kecil. Pada tahun 2002-2003 tercatat hanya 4,5 Milyar yang bisa
ditangguk daerah ini. Kini, angka 9 Milyar konon sudah bisa dihasilkan Brebes
Selatan. Jika PAD cuma segitu, naga-naganya pemerintahan baru jika terbentuk
amat tergantung pada DAU yang bisa mencapai 100 Milyar.
Pada masa Indra hendak berkuasa, Brebes
Selatan mulai dielus agar ia duduk dengan mulus. Sayang, penerusnya cuma datang
dan memberi janji saat kampanye. Kini, pasca pilkada Brebes dimana pasangan
IDJO jadi pemenang, ide memekarkan diri kian merebak.
Selain PAD yang minim, Kabupaten Brebes
sendiri PAD-nya hanya menyumbang 6% dari seluruh pendapatan daerah, beranikah
“wong” Brebes Selatan menentang Joko Poleng untuk membentuk kabupaten baru?
Ingat, Joko Poleng masih “sakti” dan konon dialah yang membuat kenapa Brebes
seluas seperti sekarang.
Source: http://geholgaul.blogspot.com/
Kabupaten BREBES
Profil | Sejarah | Arti Logo | Nilai Budaya
Profil
Nama Resmi
|
:
|
Kabupaten Brebes
|
Ibukota
|
:
|
Brebes
|
Provinsi
|
:
|
JAWA TENGAH
|
Batas Wilayah
|
:
|
Utara : Laut Jawa
Selatan : Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas Barat : Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan (Jawa Barat) Timur : Kabupaten Tegal, |
Luas Wilayah
|
:
|
1.902,37 Km²
|
Jumlah Penduduk
|
:
|
2.102.960 Jiwa
|
Wilayah Administrasi
|
:
|
Kecamatan: 17, Kelurahan: 5, Desa: 292
|
Website
|
:
|
Sejarah
Asal Muasal Kota Brebes
Munculah
kemudian nama Brebes, yang selanjutnya mengalami "verbastering"
(perubahan) menjadi Brebes. Pendapat kedua mencoba menalikannya dengan peri
masuknya agama Islam pada awal mulanya ke Brebes, yang sekalipun
dihalang-halangi namun ternyata masih juga merembes, yang dalam bahasa daerah
disebut disebut "berbes". Oleh karenanya muncullah kemudian nama Berbes,
yang selanjutnya berubah menjadi Brebes. Pendapat yang ketiga mencoba
menerangkan asal muasal nama Brebes dari kata-kata "bara" dan
"basah".
"Bara"
berarti hamparan tanah datar yang luas, sedang "basah" berarti banyak
mengandung air. Kedua-duanya cocok dengan keadaan daerah Brebes, yang kecuali
merupakan air. Kedua-duanya cocok dengan keadaan daerah Brebes yang kacuali
merupakan dataran luas, juga mengandung banyak air, karena perkataan
"bara" diucapkan "bere", sedang "basah" diucapkan
"beseh", pada akhirnya lahirlah perkataan "Bere basah",
yang untuk mudahnya kemudian telah berubah menjadi Brebes.
Diantaranya
Salem-Bantarkawung terdapat gunung bernama "Baribis" dari gunung
Baribis tersebut mengalir sungai "Baribis" yang mengalir melalui
dataran bagian utara bermuara di laut Jawa dan setelah bergabung dengan aliran
sungai-sungai yang alin merupakan sungai besar dipantai utara Jawa. Sungai
Baribis ini, pada jaman dulu dianggap sebagai sungai yang bertuah = angker
(Jawa) dan konon sungai tersebut juga banyak buayanya. Orang-orang tua pada
saat itu banyak yang melarang anak cucunya untuk datang, menyeberangi, mandi
dan sebagainya disungai tersebut. Terlebih dalam saat berperang orang tua
selalu memberikan peringatan-peringatan yang melarang melangkahi/menyeberangi
sungai tersebut. Untuk meyakinkan hal ini, mka terungkaplah sebuah legenda
tentang perang Arya Bangah dengan Ciyung Wanara. Akibat menyeberangi sungai
Baribis tersebut, Arya Bangah mengalami kekalahan.
Dari kepercayaan
akan hal tersebut maka sungai Baribis itu dijadikan peringatan = pepenget =
pepeling = pepali = larangan agar jangan sampai pada saat berperang melangkahi
= menyeberangi sungai tersebut.
Karena sungai Baribis
menjadi larangan dari kaum tua, maka sungai Baribis dikenal sebagai larangan,
atau sungai pepali atau pemali, yang berarti pepalan atau larangan.
Jadi dahulu menurut
tutur beberapa orang tua di daerah Brebes selatan sungai Pemali itu semula
bernama sungai Baribis yang bermata air dari gunung Baribis. Kemungkinan itu
sebabnya, daerah ini disebut daerah Baribis, yaitu daerah aliran sungai Baribis
dan dari kata Baribis ini menjadi Brebes.
Kalau kita
perhatikan dengan seksama, nama-nama tempat si pulau Jawa ternyata
merupakancermin dari keadaan alam disekitar masyarakat yang mendiami
tempat-tempat itu dan cara berpikir mereka. Nama-nama itu bisa kita bedakan dalam dua golongan besar. Yang pertama,
yang secara spontan telah lahir dari masyarakat di kota-kota itu sendiri,
sedang yang kedua, yang dengan sengaja telah diberikan atau diperintahkan oleh
suatu penguasa untuk dipakai, misalnya nama Surakarta Adiningrat, yang
mula-mula telah dipergunakan oleh Sultan Pakubuwana II pada tahun 1745 untuk
menyebut nama-nama tempat yang: 1. Berasal dari nama-nama tanaman, 2. Berasal
dari nama-nama binatang, 3. Berasal dari nama-nama benda tambang, 4. Berasal
dari nama-nama orang, 5. Mengingatkan kita pada suatu keistimewaan topografis.
Nama kota Brebes termasuk dalam katagori yang
kelima. Dalam bahasa Jawa perkataan Brebes atau Mrebes berarti "tansah
metu banyune" artinya "selalu keluar airnya" dan nama ini telah
lahir, mengingat pada awal mula sejarahnya, keadaan lahan di kawasan kota
Brebes sekarang ini memang selalu keluar airnya. Adapun kota-kota lain yang
juga memiliki nama-nama semacam itu, artinya yang telah lahir berdasarkan
keadaan tanahnya pada awal mula sejarahnya, bisa kita sebutkan antara lain
nama-nama kota Blora di daerah Jawa Tengah dan Jember di Jawa Timur. Nama Blora
telah muncul oleh keadaan tanah di kawasan kota itu pada mula sejarahnya memang
masih berupa rawa-rawa, sesuai dengan arti perkataan Blora atau Balora, yang
merupakan sebuah perkataan bahasa Jawa kuna yang berarti rawa, sedang nama kota
Jember telah lahir, mengingat pada awal mula sejarahnya keadaan tanah di
kawasan kota memang benar-benar jember atau njember, sebuah perkataan dalam
bahasa Jawa berarti reged ajenes, artinya kotor dan mengandung air.
Dari sumber yang dapat diketemukan, pada tahun
1640 / 1641, nama Brebes itu sudah mulai tercantum di dalam penulisan / laporan
/ daftar harian yang dibuat oleh VOC. Makin kesini makin banyak uraiannya,
meskipun hanya dalam hal sebagai tujuan atau persinggahan pengiriman
barang-barang penting dan bahan pokok, misalnya alat-alat untuk kompeni (VOC),
bahan pakaian, bahan makanan dan sebagainya.
Nama Brebes itu sendiri pernah ditulis: Barbas,
Barbos atau Brebes. Dari nama dan bagaimanapun juga asal muasalnya atau apapun
juga makna nama Brebes itu, kiranya bukanlah masalah bagi penduduk Brebes masa
kini. Yang penting adalah mengambil hikmah dari dalamnya. Suatu kenyataan
Wilayah Kabupaten brebes dianalisa dari segi lahan/tanah, curah hujan serta
iklimnya, mempunyai prospek/masa depan yang cerah. Segala faktor
penghambatannya Insya Allah akan dapat diatasi oleh generasi penerusnya.
Arti Logo
Keterangan
:
Makna
Lambang Daerah :
A.
Makna Bentuk dan Motif dalam Lambang :
1. Daun lambang daerah yang berbentuk
Dasar Segi Lima
Melambangkan Dasar Falsafah Negara yaitu
Pancasila, sedangkan Warna Biru menunjukan
adanya Daerah Pantai dan Pegunungan. Puncak Segi Lima menunjukan puncak
gunung sedangkan lengkung-lengkungnya
menunjukan gelombang lautan.
2. Makna dan motif – motif didalam
lambang
a. Bintang
Bintang bersudut lima berwarna kuning emas
melambangkan bahwa masyarakat Brebes
adalah makluk yang berKetuhanan Yang Maha Esa.
b. Kapas dan Padi
Melambangkan
Sandang Pangan
c. Bentuk Bulat Telur serta
Gambar Bawang Merah
Melambangkan bahwa Telur Asin serta gambar
Bawang Merah merupakan hasil spesifik
daerah.
d. Lima Akar
Melambangkan bahwa rakyat dan Pemerintahan
Daerah adalah Pelaksana Demokrasi
Pancasila.
e. Perpaduan
antara Tujuh Belas Butir Padi, Delapan Buah Kapas Empat Puluh Lima Mata Rantai
Melambangkan titi mangsa Proklamasi
Kemerdekaan Bangsa Indonesia 17 Agustus
1945.
f. Perpaduan
Tiga Umbi Bawang Merah dan Lima Akar yang berwarna hitam, puncak bawang yang
merupakan nyala api yang tak kunjung padam berjumlah lima.
Melambangkan kehidupan Demokrasi
(Legislatif, Eksekutif, Yudikatif) yang harus
dilaksanakan secara dinamis dalam bentuk Demokrasi Pancasila.
g. Sebuah Pita
Putih bergaris tepi Hitam yang menyambungkan padi dan kapas ditengahnya bertuliskan : Mangesti Wicara
Ebahing Praja dengan warna hitam yang
menunjukan bahwa Rakyat Brebes bertekad untuk membangun daerahnya guna mewujudkan kesejahteraan bersama dalam
rangka membagun Bangsa dan Negara
Kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
B.
Makna Warna
a.
Putih
: Kejujuran/kesucian
b.
Kuning Emas : Kesatuan/keagungan/kemuliaan/kebijaksanaan
c.
Merah :
Keberanian
d.
Hijau
: Kemakmuran/kerukunan
e.
Hitam
: Keteguhan/keabadian
f.
Biru
: Kedamaian/kesetiaan
C.
Sesanti
Sesanti Daerah
adalah Mangesthi Wicara Ebahing Praja
(1) Arti Sesanti Daerah kata demi kata adalah :
(1) Arti Sesanti Daerah kata demi kata adalah :
a. Mangesthi : Menuju, menginginkan, menghendaki, mengusahakan,
bertekad.
b. Wicara : Bicara, cerita, riwayat,
pembicaraan, rembug, musyawarah, mufakat, kebulatan tekad.
c. Ebah(ing) : Gerak, kegiatan, bekerja, membangun
d. Praja : Pemerintahan, Negara, kegiatan – kegiatan kenegaraan.
(2) Arti keseluruhan sesanti daerah adalah bahwa rakyat bersama Pemerintah Daerah Brebes bertekad (Mangesthi) untuk membangun daerahnya guna mewujudkan kesejahteraan bersama dalam rangka membangun (Ebahing) Negara (Praja) dan Bangsa.
(2) Arti keseluruhan sesanti daerah adalah bahwa rakyat bersama Pemerintah Daerah Brebes bertekad (Mangesthi) untuk membangun daerahnya guna mewujudkan kesejahteraan bersama dalam rangka membangun (Ebahing) Negara (Praja) dan Bangsa.
(3) Arti Surya Sengkala Mangesthi Wicara
Ebahing Praja
* Mangesthi
berwatak : 8
* Wicara berwatak : 7
* Ebah (ing) berwatak : 6
* Praja berwatak : 1
Dengan demikian
Magesthi Wicara Ebahing Praja mengandung makna tahun matahari/masehi :1678 tahun ini adalah berdirinya
Pemerintahan Brebes dengan titi mangsa
18 Januari 1678 yang ditandai dengan
dilantiknya Bupati Brebes yang pertama,
yaitu Raden Arya Suralaya.
Nilai Budaya
Brebes mempunyai
beragam kesenian tradisional sebagai wisata budaya yang menarik selain tarlling
dan jaipong, ada juga kesenian Buroq, Tari Topeng Sinokan, Sisingaan, Kuntulan
dan beberapa lainnya.
Mbah Rubi dikenal
sebagai orang pertama yang menyebarkan agama Islam di Kabupaten brebes.
Makamnya terletak didesa Klampok Kecamatan Wanasari, sekitar 3 km arah barat kota Brebes. Masyarakat
Brebes dan Sekitarnya menganggap sebagai makam yang dikeramatkan.
Petilasan Kyai
Junedi berlokasi didesa Randusanga Wetan, sekitar 9 km arah utara kota Brebes. Kyai Junedi
merupakan salah seorang ulama besar yang ikut menyebarkan agama islam. Beliau
mampir Brebes dalam perjalannya dari Demak menuju Cirebon .
Source: http://www.depdagri.go.id/
No comments:
Post a Comment