Thursday, November 6, 2014

Pendekatan pada METODE RISET dalam Akuntansi

METODE RISET

Penelitian merupakan suatu kegiatan sistematis dan terorganisir untuk memperoleh dan mengembangkan sejumlah pengetahuan tertentu dan menyelesaikan beberapa masalah tertentu. Menurut Supranto (2003), jenis riset dapat digolongkan menurut 1)alasannya, 2)tempat melakukan penyelidikan dan 3)metode pengumpulan data dan tekniknya. Menurut alasannya riset dibagi menjadi riset dasar (basic resarch) dan riset terapan (applied research). Menurut tempatnya riset dibagi menjadi riset perpustakaan (library research), riset laboratorium (labroratory resarch), dan riset lapangan (field research). Menurut tekniknya riset dibagi menjadi riset yang dilakukan dengan teknik survey (survey technique), riset yang dilakukan dengan teknik eksperimen (experimental technique), dan riset dengan menggunakan model ekonometrik (modelling). Menurut tingkat eksplanasi, riset dibagi menjadi riset deskriptif, riset komparatif, riset kausatif, dan riset multivarian.

Umar (2002) menggolongkan riset menjadi riset dasar (basic research) dan riset aplikasi (applied research). Riset dasar merupakan riset yang hasilnya tidak dimaksudkan untuk diaplikasikan baik oleh individu, kelompok, atau bahkan suatu badan usaha. Jenis riset ini lebih ditujukan pada peningkatan dunia ilmu. Riset aplikasi merupakan riset dimana hasil risetnya dimaksudkan untuk dapat dimanfaatkan baik oleh individu ataupun perusahaan.

Schroeder et.al., (2001) menjelaskan teori akuntansi dapat dikembangkan dengan menggunakan beberapa metode riset. Pada umumnya metode riset yang digunakan adalah:
  • Pendekatan Deduktif (Deductive Approach)
  • Pendekatan Induktif (Inductive Approach)
  • Pendekatan Pragmatis (Pragmatic Approach)
  • Pendekatan Etika (Ethical Approach)
  • Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach)
  • Penelitian dengan Metode Ilmiah (Scientific Method of Inquiry)
Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus (going from the general to the specific).

Pendekatan Induktif

Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum (going from specific to the general). APB Statement No. 4 adalah contoh dari penelitian induksi, Statement ini adalah suatu usaha APB untuk membangun sebuah teori akuntansi. Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) yang dijelaskan di dalam pernyataan (statement) dibangun berdasarkan observasi dari praktek yang ada.

Perbedaan Pendekatan Deduktif dan Induktif

Teori normatif (normative theory) menggunakan pertimbangan nilai (value judgement) yang berisi satu atau lebih premis menjelaskan cara yang seharusnya ditempuh. Sebagai contoh, premis yang menyatakan bahwa laporan akuntansi (accounting reports) seharusnya didasarkan kepada pengukuran nilai aset bersih yang bisa direalisasi (net realizable value measurements of assets) merupakan premis dari teori normatif. Sebaliknya, teori deskriptif (descriptive theory) berupaya untuk menemukan hubungan yang sebenarnya terjadi. Meskipun terdapat pengecualian, sistem deduktif umumnya bersifat normatif dan pendekatan induktif umumnya berupaya untuk bersifat deskriptif. Hal ini karena metode deduktif pada dasarnya merupakan sistem yang tertutup dan nonempiris yang kesimpulannya secara ketat didasarkan kepada premis. Sebaliknya, karena berupaya untuk menemukan hubungan empiris, pendekatan induktif bersifat deskriptif.

Salah satu pertanyaan yang menarik adalah apakah temuan riset empiris dapat bebas nilai (value-free) atau netral karena pertimbangan nilai sesungguhnya mendasari bentuk dan isi riset tersebut. Meskipun riset empiris berupaya untuk deskriptif, penelitinya tidak mungkin sepenuhnya bersikap netral dengan dipilihnya suatu permasalahan yang akan diteliti dan dirumuskannya definisi konsep yang terkait dengan permasalahan tersebut. Perbedaan yang lebih mencolok antara sistem deduktif dan induktif adalah: kandungan atau isi (contents) teori deduktif kadang bersifat global (makro) sedangkan teori induktif umumnya bersifat partikularistik (mikro). Oleh karena premis sistem deduktif bersifat total dan menyeluruh maka kesimpulannya pasti bersifat global. Sistem induktif, karena didasarkan kepada fenomena empiris umumnya hanya berfokus kepada sebagian kecil dari fenomena tersebut yang relevan dengan permasalahan yang diamatinya.

Meskipun pembedaan antara sistem deduktif dan induktif bermanfaat untuk maksud pengajaran, dalam praktek riset pembedaan ini seringkali tidak berlaku. Dengan kata lain, keduanya bukanlah pendekatan yang saling bersaing tetapi saling melengkapi (complementary) dan seringkali digunakan secara bersama. Metode induktif bisa digunakan untuk menilai ketepatan (appropriateness) premis yang pada mulanya digunakan dalam suatu sistem deduktif.

Proses riset sendiri tidak selalu mengikuti suatu pola yang pasti. Para peneliti seringkali bekerja secara terbalik dari kesimpulan penelitian lainnya dengan mengembangkan hipotesis baru yang tampaknya cocok dengan data yang tersedia. Dalam konteks akuntansi, riset induktif bisa membantu memperjelas hubungan dan fenomena yang ada dalam lingkungan bisnis yang mendasari praktek akuntansi. Riset induktif tersebut pada gilirannya akan bermanfaat dalam proses pembuatan kebijakan yang biasanya mengandalkan penalaran deduktif dalam menentukan aturan yang akan diberlakukan.

Pendekatan Pragmatis (pragmatic approach)

Pendekatan pragmatis (pragmatic approach) membangun teori berdasarkan kepada konsep penggunaan atau kegunaannya. Sebagian besar praktek dan prinsip yang ada sekarang dihasilkan dari pendekatan pragmatis (pragmatic approach), solusi diadopsi sebagai prinsip akuntansi berterima umum (Generally Accepted Accounting Principles / GAAP) bukan sebagai metode untuk pemecahan masalah, seharusnya hasil dari pendekatan pragmatis harus dilihat sebagai pemecahan masalah sementara saja (tentative solution).

The Sanders, Hatfield, and Moore study, dalam Schroeder et.al. (2001), menggunakan pendekatan pragmatis. Profesi akuntansi harus menyadari bahwa praktek diikuti karena berpedoman “that is the way we have always done it,” hal ini adalah alasan yang tidak memuaskan, terutama ketika muncul pertanyaan kenapa melakukan dengan cara seperti yang biasa dikerjakan.

Pendekatan Etika

Pendekatan Etika (Ethical Approach) menekankan pada konsep kejujuran (truth), hukum (justice), dan keadilan (fairness). Tidak ada orang yang menyangkal konsep ini sebagai panduan yang digunakan oleh peneliti, tetapi ada pertanyaan mengenai keadilan yang relatif, artinya keadilan bagi seseorang, belum tentu adil bagi yang lain, juga tujuan, dan kondisinya. Pendekatan Etika tidak mudah digunakan sebagai pengembangan teori akuntansi. Pendekatan ini telah memperoleh posisi baru karena munculnya sebuah bidang dalam akuntansi yaitu “critical perspective research“.

Pendekatan Perilaku

Dalam Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach), akuntansi dianggap sebagai sebuah praktek yang konsekuensinya direfleksikan oleh orang atau kondisi sosial yang menjalankannya. Termasuk cara berinteraksi dengan organisasi lain serta fenomenanya. Perilaku dan fungsi ekonomi dari akuntansi sedang menjadi perhatian, pertanyaan mengenai bagaimana informasi akuntansi digunakan dan bagaimana informasi akuntansi kadang kala seperti menghasilkan konsekuensi yang tak diinginkan atau tak terantisipasi.

Bidang baru dalam riset akuntansi dan theory development disebut Behavioral Accounting Research (BAR). BAR merupakan ilmu yang mempelajari perilaku akuntan atau perilaku non-akuntan ketika mereka terpengaruhi oleh fungsi dan laporan akuntansi berdasarkan aktifitas riset dalam ilmu perilaku. Tujuan akuntansi adalah menyediakan informasi bagi pembuat keputusan, dalam BAR dipelajari bagaimana pengguna laporan akuntansi membuat keputusan dan bereaksi terhadap informasi.

Fokus utama behavioral approach adalah bagaimana para pengguna informasi akuntansi mengambil keputusan dan informasi apa yang mereka butuhkan. Berbeda dengan pendekatan model keputusan yang bersifat normatif, behavioral approach bersifat deskriptif. Riset ini banyak menggunakan metode eksperimental.

McIntyre (1973), dalam Warsidi (2005), berupaya untuk menemukan apakah informasi replacement cost lebih bermanfaat dibandingkan informasi historical cost dalam mengevaluasi actual annual rate of return. Dengan kata lain, pendekatan ini berupaya untuk memahami informasi apa yang dipilih dan bagaimana informasi tersebut diproses. Empat perusahaan berukuran sedang dalam industri ban dan karet dianalisis selama suatu periode yang terdiri dari tiga tahun. Subjek eksperimennya adalah mahasiswa S-1 dan S-2. Sebagian mahasiswa menerima laporan keuangan berbasis replacement cost, sebagian lainnya menerima laporan berbasis historical cost, dan yang lainnya lagi menerima kedua jenis laporan. Subjek eksperimen tersebut diminta untuk memilih perusahaan yang akan menghasilkan actual annual rate of return tertinggi selama tiga tahun. Setelah analisis atas data eksperimental dilakukan, McIntyre (1973), dalam Warsidi (2005), gagal menunjukkan keunggulan laporan keuangan berbasis replacement cost bagi para pengguna informasi akuntansi.

Meskipun pendekatan perilaku masih dalam tahap awal pengembangan, temuannya telah banyak yang menarik perhatian. Banyak penelitian memperlihatkan ketidaksesuaian antara model keputusan yang dirumuskan secara normatif dengan proses keputusan sesungguhnya yang dilakukan oleh pengguna informasi akuntansi. Riset lainnya menunjukkan terdapatnya suatu tendensi penggunaan laporan keuangan yang dipublikasikan (published financial statements) untuk pengambilan keputusan manajerial. Meskipun pendekatan riset keperilakuan bersifat deskriptif/positif, hasilnya bisa digunakan untuk kesimpulan normatif yang bertujuan untuk memperbaiki penggunaan data akuntansi dalam pengambilan keputusan.

Penelitian dengan Metode Ilmiah

Penelitian dengan metode ilmiah merupakan gabungan dari pendekatan deduktif dan pendekatan induktif. Penentuan hipotesa merupakan proses deduktif, mengumpulkan data adalah proses induktif sedangkan menentukan data yang diambil dan diteliti merupakan proses deduktif. Penelitian dengan metode ilmiah dikembangkan untuk ilmu alam dan ilmu fisika, dan tidak secara khusus dikembangkan untuk ilmu sosial seperti contohnya ilmu akuntansi, Penelitian dengan metode ilmiah memiliki keterbatasan saat digunakan dalam riset akuntansi, hal ini dikarenakan pengaruh dari lingkungan manusia dan ekonomi membuat tidak mungkin menggunakan variabel konstan.
Pengetahuan mengenai metode ilmiah dapat menyediakan pandangan yang berguna mengenai bagaimana riset harus dilakukan. Penelitian dengan metode ilmiah mendapat sedikit perhatian saja dalam riset akuntansi. Prosedur yang telah ditemukan dan digunakan menjadi diterima umum (generally accepted) walaupun tidak melewati pengujian hipotesa.

Menurut Sudjana (1982), berpikir ilmiah untuk menghasilkan metode ilmiah harus menempuh tahapan sebagai berikut:
§         Merumuskan masalah, yakni mengajukan pertanyaan untuk dicarikan jawabannya. Pertanyaan itu bersifat problematis, yaitu mengandung banyak kemungkinan jawaban;
§         Mengajukan hipotesis, yakni jawaban sementara atau dugaan jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan di atas. Dugaan jawaban hendaknya mengacu dari kajian teoritis melalui penalaran deduktif;
§         Melakukan verifikasi data, yakni : melakukan pengumpulan data secara empiris, mengolah data tersebut, dan menganalisis untuk menguji kebenaran hipotesis. Apabila proses pengujian dilakukan berulang-ulang dan kebenaran selalu ditunjukkan melalui fakta/data empiris, maka hipotesis tersebut telah menjadi tesis;
§         Menarik kesimpulan, yaitu menentukan jawaban definitif dari setiap masalah yang diajukan secara empiris untuk setiap hipotesis.

Menurut Schroeder et.al. (2001) metode ilmiah dimulai dari identifikasi dan perumusan masalah. Setelah masalah ditetapkan dan dibatasi, diambil suatu hipotesa untuk dilakukan pengujian. Berdasarkan hipotesa yang ditetapkan, data dikumpulkan dan diolah, lalu dilakukan pengujian terhadap hipotesa yang telah ditetapkan, dan dari hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan sementara. Urutan langkah yang terdapat dalam penelitian dengan metode ilmiah tidak selalu sekuensial. Pada suatu langkah tertentu dapat dimungkinkan kembali ke langkah sebelumnya apabila dirasakan perlu atau harus. Contohnya saat melakukan analisa data ada kemungkinan untuk mengubah hipotesa atau mengambil ulang data.

Menurut Umar (2002), dalam melakukan riset harus dirumuskan terdahulu 5 permasalahan utama yaitu:
§         Riset yang akan dilakukan harus mengikuti metode ilmiah agar hasilnya ilmiah;
§         Riset ditujukan untuk menjawab pertanyaan riset, jadi tidak boleh menyimpang;
§         Pehamanan atas seberapa luas dan dalam kajian yang akan dilakukan;
§         Riset harus disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia, baik tenaga SDM yang akan terlibat, waktu dan biaya yang tersedia, dukungan teori dan alat ukur yang diperlukan, termasuk penggunaan teknologi;

Pertimbangan risiko kemungkinan gagal dan penyimpangan yang dapat saja terjadi. Metode riset yang dipilih hendaknya dibuat dengan mempertimbangkan kondisi di atas dengan tujuan khusus untuk mendukung tujuan riset. Dijelaskan oleh Umar (2002) mengenai bermacam metode riset bisnis yang umum dipakai. Metode tersebut adalah metode studi kasus, metode survei, metode pengembangan, metode tindak lanjut (follow up study), metode analisis isi, metode kecenderungan, metode korelasional, dan metode eksperimen.

Riset dengan metode studi kasus menghendaki suatu kajian yang rinci, mendalam, menyeluruh atas obyek tertentu yang biasanya relatif kecil selama kurun waktu tertentu, termasuk lingkungannya. Peneliti, bersama dengan pengambil keputusan manajemen (misalnya di dalam organisasi), harus berusaha menemukan hubungan atas faktor yang dominan atas permasalahan risetnya. Selain itu, peneliti dapat saja menemukan hubungan yang tadinya tidak direncanakan atau terpikirkan. Keunggulan metode studi kasus antara lain adalah bahwa hasilnya dapat mendukung studi yang lebih besar di kemudian hari, dapat memberikan hipotesis untuk riset selanjutnya.

Namun, di samping keunggulan tersebut, metode ini sebenarnya memiliki kelemahan, misalnya bahwa kajiannya menjadi relatif kurang luas, sulit digeneralisasi dengan keadaan yang berlaku umum, dan cenderung subjektif karena objek riset dapat mempengaruhi prosedur riset yang harus dilakukan. Metode riset ini dapat dilakukan secara terfokus, misalnya hanya pada dimensi kualitas dosen. Kajian dapat dilakukan secara detil dan mendalam, misalnya tentang waktu kehadiran dosen mengajar, persiapan dosen mengajar, penggunaan buku wajib, cara penyampaian materi, pemberian tugas, pemakaian alat bantu ajar, pemberian wawasan melalui praktek, keakuratan dalam nenilai, keterbukaan, ketegasan dan kewibawaan.

Metode survei adalah riset yang diadakan untuk memperoleh fakta tentang gejala atas permasalahan yang timbul, kajiannya sampai pada tahap menyelidiki mengapa gejala tersebut ada serta menganalisis hubungan atas gejala tersebut. Fakta yang ada lebih digunakan untuk pemecahan masalah daripada digunakan untuk pengujian hipotesis. Misalnya, membandingkan kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan. Survei dapat dilakukan dengan cara sensus maupun sampling. Sebagai contoh pendekatan ini dapat diarahkan untuk mengetahui kepuasan mahasiswa terhadap proses belajar mengajar, mengetahui kerja dosen dan staf admisi di perguruan tinggi.

Riset dengan metode pengembangan berguna untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan suatu objek tertentu dalam kurun waktu tertentu. Riset pengembagan mempunyai 2 cara yang saling melengkapi, yaitu :
§         Longitudinal
Cara mempelajari objek riset secara berkesinambungan dalam waktu yang panjang. Misalnya, perilaku belajar beberapa mahasiswa dari semester pertama sampai semester delapan;
§         Cross-sectional.
Cara mempelajari objek riset dalam suatu kurun waktu tertentu saja. Misalnya, pada suatu hari beberapa mahasiswa di setiap semester diminta pendapatnya, untuk dijadikan bahan riset. Cara Cross-sectional ini dapat juga dipakai untuk melengkapi pelaksanaan dengan menggunakan longitudinal.
§         Metode Tindak Lanjut (Follow-up Study) dilakukan bila peneliti hendak mengetahui perkembangan lanjutan dari subjek setelah subjek diberikan perlakuan tertentu atau setelah kondisi tertentu. Metode tindak lanjut ini misalnya dipakai untuk menilai kesuksesan program tertentu yang dicanangkan.
§         Metode Analisis Isi (Content Analysis) dapat dilakukan misalnya untuk mengetahui keaslian dokumen. Peneliti melakukan pengumpulan data dan informasi melalui pengujian arsip dan dokumen untuk mengetahui kelengkapan, kesalahan, dan sebagainya.
§         Metode Kecenderungan (Trend) dilakukan dalam riset yang ditujukan untuk melihat suatu kondisi tertentu yang akan datang dengan melakukan proyeksi atau ramalan (forecasting). Dalam melakukan proyeksi masa depan, biasanya ramalan jangka pendek dianggap lebih dapat diandalkan daripada ramalan jangka panjang.
§         Metode Korelasional (Correlational Study) merupakan riset yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Perbedaannya dibanding dengan metode yang lain adalah adanya usaha untuk menaksir hubungan dan bukan sekedar deskripsi. Peneliti dapat mengetahui berapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel yang terkait serta besarnya arah hubungan yang terjadi.
§         Metode Eksperimen membutuhkan langkah yang lengkap sebelum eksperimen dilakukan supaya data yang diperlukan dapat diperoleh, yang hasilnya nanti dapat mengarahkan peneliti pada analisis yang obyektif. Riset ini dapat diarahkan untuk mengetahui, misalnya: Jika suatu kelompok mahasiswa diberi teknik pembelajaran eduentertain, sedangkan kelompok mahasiswa lain diberi teknik pembelajaran yang biasa berlaku, apakah teknik eduentertain yang diinformasikan sebagai teknik yang lebih maju lebih terbukti?

Menurut Umar (2002) Dalam suatu riset yang menggunakan metode eksperimen, ada 3 prinsip kerja yaitu replikasi, pengacakan atau randomisasi, dan kontrol lokal. Replikasi ialah suatu pengulangan dari eksperimen dasar. Hal ini diperlukan karena replikasi memberikan taksiran kekeliruan eksperimen yang dapat dipakai untuk menentukan panjang interval konfidensi atau dapat digunakan sebagai satuan dasar pengukuran untuk penetapan taraf signifikansi dari perbedaan yang diamati, menghasilkan taksiran yang lebih akurat, memungkinkan kita untuk memperoleh taksiran yang lebih baik mengenai efek rata-rata suatu faktor.

Pengacakan atau randomisasi artinya dalam riset akan dilakukan uji signifikansi, salah satunya ialah bahwa pengamatan terhadap sampel hendaknya merupakan sampel acak. Sampel yang acak diharapkan mendapatkan hasil penelitian dari sample tidak terlalu jauh simpangannya terhadap populasi. Pengawasan setempat merupakan langkah dalam bentuk penyeimbangan dan pengelompokan unit eksperimen yang digunakan dalam desain. Jika replikasi dan pengacakan memungkinkan dilakukannya uji signifikansi maka pengawasan setempat akan membuat desain lebih efisien, yaitu menghasilkan prosedur pengujian dengan nilai lebih tinggi. Pengelompokan akan diartikan sebagai penempatan sekumpulan unit eksperimen yang homogen ke dalam kelompok agar kelompok yang berbeda mendapat perlakuan yang berbeda pula.


No comments:

Post a Comment