Filsafat politik bisa dijelaskan dengan mengatakan
sesuatu tentang usaha filsafat politik itu sendiri. Filsafat politik adalah
kegiatan yang kompleks yang hanya dapat dipahami dengan baik melalui analisis
terhadap banyak sekali cara yang dilakukan oleh mereka yang telah
membayangkannya. Dengan melihatnya sebagai tradisi wacana khusus, kita dapat
mendiskusikan ciri-ciri umum tradisi tersebut. Filsafat politik dapat
dijelaskan dengan anggapan bahwa telah ada orang-orang yang telah mengajarkan
tema ini di berbagai universitas. Hal ini berhubungan dengan dua pertanyaan:
1. Apa pokok masalah (subject-matter) filsafat politik yang semestinya menjadi pegangan
kita dalam bekerja?
2. Metode dan pendekatan apa yang mungkin membantu untuk
mengembangkan pokok masalahnya, dan bagaimana mereka yang mempelajari filsafat
politik memilih metode dan berbagai pendekatan itu?
POKOK MASALAH (SUBJECT-MATTER) FILSAFAT
POLITIK
Filsafat politik ada sejak manusia menyadari dapat
hidup satu sama lain dengan cara yang lebih bermanfaat. Dengan rasionalitasnya
manusia mencoba mempertanyakan apa hakikat dari organisasi masyarakat yang baik
dan tepat atau bagaimana cara hidup yang terbaik dan paling tepat bagi manusia,
baik sebagai individu atau kelompok. Filsafat dipahami sebagai usaha mengejar
kebenaran hingga keakar-akarnya, meskipun kualitas esensial tentang apa yang
politis mulai mendapat perhatian di kalangan para ahli teori politik dan pokok
masalah filsafat politik mulai terbentuk dengan menentukan keterkaitannya
dengan apa yang dianggap publik.
Filsafat politik dapat dilihat sebagai usaha para
filusuf dalam memberikan panduan dan jawaban untuk menanggapi masalah publik
dan politik. Filsafat politik sebaiknya dikembangkan sebagai studi tentang
penilaian dan kritik moral terhadap proses yang melandasi kehidupan sosial,
politik dan ekonomi dengan fokus menciptakan organisasi masyarakat yang baik
dan tepat. Studi filsafat politik pada dasarnya merupakan cabang dari filsafat
praktis yang menangani pertanyaan moral dari kehidupan publik. Filsafat moral
menentukan latar belakang dan batas bagi filsafat politik.
Salah satu persoalan yang dihadapi filsafat politik
dalam hubungannya dengan etika nampaknya terkait dengan pertanyaan mana yang
lebih penting antara moralitas pribadi dan moralitas publik dan juga tentang
konflik yang dapat ditolerir dari nilai-nilai moral politik dan personal.
Sebagai pengetahuan normatif, filsafat politik mencoba membentuk norma (aturan
atau standar ideal) yang dapat dibedakan dari pengetahuan deskriptif yaitu
mencoba menguraikan bagaimana sesuatu secara apa adanya.
Kadang dilakukan cara lain untuk lebih memehami subject matter filsafat politik adalah
dengan membedakannya dari ilmu politik dan teori politik. Pokok perhatian ilmu
politik adalah realitas atau peristiwa politik. Sebagai pengetahuan deskriptif,
ilmu politik tidak berkepentingan dengan pertanyaan tentang nilai.
Teori politik di satu pihak, merupakan kumpulan
doktrin-doktrin tentang organisasi masyarakat politik yang diinginkan seperti
liberalisme, sosialisme, atau anarkisme. Doktrinteori politik adalah deskriptif
tentang kemungkinan bentuk masyarakat yang dianggap benar dan tepat serta
mengandung rencana dan program politik sehingga sering disebut ideologi.
Perhatian filsafat politik diarahkan pada usaha member kritik atau justifikasi
terhadap doktrin-doktrin atau teori-teori itu.
Pertama, politik kontemporer umumnya memusatkan
perhatian pada tema yang berbeda dengan perhatian studi filsafat politik masa
lalu. Satu implikasi yang penting bahwa anggapan tentang prinsip politik yang
kerap digambarkan seolah menyerupai garis tunggal dari kanan ke kiri. Sering digambarkan
bahwa mereka yang di kiri dikategorikan sebagai penganut sosialisme yang
mementingkan kesamaan dan sedangkan yang di kanan dikategorikan sebagai
penganut kapitalisme mementingkan kebebasan individu. Di tengah-tengah adalah
mereka yang menganut campuran antara kebebasan dan persamaan. Tetapi, dalam
kenyataannya realitas politik modern tidak lagi sesederhana itu.
Kedua, studi filsafat kontemporer juga menunjukan
implikasi lebih jauh dari penyederhanaan garis politik antara kiri dan kanan.
Misalnya, jika seseorang mendukung persamaan maka orang itu pasti dianggap
menganut sosialisme, atau jika seseorang mendukung kebebasan maka orang itu
dianggap menganut kapitalisme. Hal ini berarti tidak ada jalan yang bisa
dialkukan seseorang untuk mendukung persamaan diatas kebebasan atau mendukung
kebebasan diatas persamaan, karena masing-masing merupakan landasan nilai dan
tidak ada nilai atau premis lain yang lebih tinggi tempat keduanya memungkinkan
mencapai titik temu.
Studi filsafat politik kontemporer membuktikan bahwa
landasan nilai dalam kehidupan politik justru lebih kompleks daripada yang
semula disangka. Dengan kata lain, landasan nilai utama dalam kehidupan politik
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Kenyataan ini menjelaskan bahwa
mahasiswa filsafat politik harus menerima keharusan memadukan berbagai teori
yang paling relevan, ketimbang mengharapkan suatu teori dapat member petunjuk
yang komperhensif.
METODE DAN PENDEKATAN DALAM STUDI
FILSAFAT POLITIK
masih ada banyak tantangan untuk membuat metode
filsafat politik menjadi lebih jelas dan sistematis dan dapat membantu
mengembangkannya. Seperti haknya ilmu-ilmu sosial umumnya, ada berbagai
pendekatan yang mungkin dapat dikembangakan dalam studi filsafat politik.
A.
Pendekatan Sebagian vs Sistematis (Piecemal vs
Sistematic Approach)
Tekanan studi filsafat politik di negara-negara Barat
telah mengalami pergeseran, yaitu dari sekedar memberikan analisis konseptual
terhadapa makna kekuasaan, kedaulatan negara atau hakikat hukum kepada gagasan
yang lebih ideal tentang keadilan, kebebasan dan komunitas untuk member
evaluasi terhadap kebijaksanaan dan institusi politik. Dalam kenyataanya,
aktivitas para filsuf selama ini memang tidak hanya terbatas pada analisis
konseptual, tetapi juga mencakup aktivitas spekulatif, aktivitas deskriptif
atau fenomenologi dan aktivitas normative atau evaluasi. Karena itu, analisis
konseptual hanya merupakan salah satu dari bentuk pendekatan sebagian dalam
studi filsafat politik.
Pendekatan sistematis berusaha mengembangkan proyek
yang istematis dan bersifat mencakup semua filsafat praktis tentang politik.
Pertama, filsafat politik memberikan perhatian terhadap masalah yang muncul
dalam kehidupan politik dengan memberikan petunjuk tentang prinsip keadilan
atau bentuk pemerintahan. Kedua, dengan pendekatan sistematis filsafat politik
juga dibedakan dari sekedar usaha terlibat dalam pencarian secara sebagian atas
premis nilai yang bersifat normatif. Asumsinya adalah politik mengatur
keseluruhan bidang kehidupan.
Aspek teoritis dari pokok masalah filsafat politik
akan mencakup pembahasan logika atau analisis, metode, dan pertanyaan
metafisik. Sedangkan aspek praktis dari pokok masalah filsafat politik menunjuk
pada penerapan yaitu pengambilan keputusan atas suatu pilihan atau kebijakan.
Pendekatan sebgaian atau sistematis menyajikan teknik yang berbeda dan
memberikan kemungkinan yang berbeda dalam usaha mengembangkan filsafat politik,
namun tidak dapat begitu saja mengabaikan pendekatan yang satu demi pendekatan
yang lain.
B.
Pendekatan Pemecahan Masalah vs Pendekatan Kritis
(Problem Solving vs Critical Approach)
Pendekatan
pemecahan adalah menerima dunia seperti apa adanya, dengan keseluruhan
institusi dan hubungannya sebagai kerangka kerja pasti untuk menentukan
tindakan. Tujuan dari pemecahan masalah itu adalah untuk menciptakan berbagai
institusi dan hubungan itu berjalan lancar dengan menangani secara efektif
sumber masalah tertentu. Maka, pendekatan pemecahan masalah bukan saja menerima
tetapi juga membantu memperkuat paradigm pandangan politik yang dominan.
Sifat
dasar filsafat politik adalah kritis, dan teori kritis tidak menerima begitu
saja berbagai institusi dan hubungannya, tetapi mempertanyakan dengan
memusatkan perhatian pada asal-usulnya. Teori kritis diarahkan untuk menilai
setiap kerangka kerja bagi tindakan atau masalah yang oleh teori pemecahan
masalah diambil sebagai ukurannya. Pendekatan kritis diarahkan pada
kompleksitas sosial dan politik sebagai keseluruhan daripada pada bagian yang
terpisah.
C.
Keterikatan (Commitment) vs Pengambilan Jarak
(Detachment) dalam Filsafat Politik
Mahasiswa
yang sedang mengerjakan filsafat politik sering terdorong untuk menunjukan
keterikatannya terhadap suatu teori dan berusaha menerapkannya untuk menjawab
atau menjelaskan masalah politik. Kecenderungan semacam ini sering dianggap
negatif karena mengancam studi filsafat politik yang sesungguhnya. Mahasiswa
perlu disarankan untuk sselalu mengambil jarak terhadap seluruh pandangan atau
teori dalam filsafat politik.
Pilihan
antara keterikatan dan pengambilan jarak hanya menunjuk pada perilaku atau
sikap ilmuwan dalam menangani pokok masalah filsafat politik dan bukan pada
keyakinan filsofis yang dianut. Memang tidak dapat dikatakan bahwa pendekatan keterikatan
selalu buruk dan tidak sesuai dengan cita rasa studi filsafat politik, sebab
kadangkala terjadi justru ketika seorang mahasiswa menunjukan komitmennya
terhadap konflik politik tertentu dalam kehidupan politik meka ia berhasil
mengungkapkan kedalam sisi lain karakter fenomena politik, dimana jika
menggunakan pengambilan jaraka hal semacam itu kecil kemungkinan dapat
diperoleh. Akan tetapi, komitmen secara politik dapat membahayakan studi
politik jika ini meniadakan dorongan untuk mempertanyakan premis-premis nilai
yang dianut mahasiswa sendiri.
Source : by RR
No comments:
Post a Comment