Dalam artikel yang saya buat ini membahas tentang
kampanye yang dilakukan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama dalam
pemilihan umum kepala daerah DKI Jakarta tahun 2012. Artikel ini bertujuan untuk memberitahukan kepada
masyarakat bahwa tidak semua kegiatan kampanye itu harus menggunakan dana yang
berlebih. Artikel ini juga mencoba
memberi gambaran kepada setiap orang atau partai politik yang ingin melakukan
kampanye bahwa kegiatan sederhana yang memiliki kreatifitas terbukti lebih
efisien untuk mendapatkan simpatik dari masyarakat, tidak perlu
menghambur-hamburkan uang hanya untuk masa kampanye. Pembahasan dari artikel ini adalah kegiatan
kampanye yang dilakukan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama dalam pemilihan
umum kepala daerah provinsi DKI Jakarta dilakukan dengan cara yang berbeda dari
kandidat lainnya. Pasangan ini tidak
menggunakan spanduk, mereka hanya mendatangi langsung masyarakat untuk
mendengarkan secara langsung permasalahan yang sedang terjadi, baju kotak-kotak
yang selalu dipakai dalam setiap pertemuan menjadi ciri khas pasangan Joko
Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama. Tidak
semua kegiatan kampanye yang dilakukan oleh setiap partai politik atau individu
harus menggunakan biaya yang berlebihan, terbukti dengan kampanye sederhana
yang dilakukan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama bisa mendapatkan
banyak suara untuk pemilihan umum kepala daerah DKI
Jakarta. Cara-cara kampanye yang
dilakukan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama seharusnya bisa dijadikan
contoh untuk calon pemimpin lainnya. Mereka
harus memahami arti dari kampanye itu sendiri, kampanye dilakukan bukan hanya
sekedar untuk “pesta” selama pemilihan umum tetapi kekampanye harus dilakukan
yang dengan baik, penyampaian visi, misi, dan program kerja adalah salah satu
hal penting dalam setiap kampanye.
Kata Kunci:
Kampanye, pemilu, jokowi.
Pendahuluan
Kehidupan bermasyarakat disemua negara khususnya negara
Indonesia sudah tidak bisa terlepas dari sosok seorang pemimpin. Keberadaan seorang pemimpin sudah bisa
terlihat disegala organisasi baik organisasi swasta maupun organisasi
kepemerintahan, seorang pemimpin juga berperan dalam menjalankan roda
organisasi tersebut. Berkembang atau
tidaknya suatu organisasi swasta maupun pemerintah dapat dilihat dari sosok
sang pemimpin yang memimpin organisasi tersebut, dan cara kepemimpinan yang
mereka miliki akan menjadi faktor utama untuk menilai itu semua. Tidak hanya dalam suatu organisasi, dalam
lingkungan yang lebih luas seorang pemimpin juga sangat dibutuhkan oleh bangsa
dan negara. Setiap negara tidak bisa
terlepas dari sosok seorang pemimpin, cara kepemimpinan yang dimiliki oleh
seseorang tersebut juga dapat mempengaruhi maju atau tidaknya negara yang
mereka pimpin.
Keberadaan seorang pemimpin tidak akan terlepas dari
kegiatan berpolitik, kegiatan berpolitik pada umumnya bertujuan untuk membangun
suatu negara yang bisa unggul dalam berbagai aspek kehidupan. Roda pemerintahan suatu negara akan berhasil
jika kegiatan politik di negara tersebut bisa berjalan dengan baik berdasarkan
pancasila dan menempatkan rakyat di atas segalanya. Salah satu kegiatan politik yang melibatkan
aspirasi masyarakat adalah kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilihan umum merupakan sarana untuk
mewujudkan kedaulatan rakyat dalam pemerintahan negara Indonesia. Dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 tentang
pemilihan umum, bahwa pemilihan umum dilakukan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali (Kaelan 2010: 198).
Pada zaman
sekarang, kegiatan pemilihan umum sudah tidak bisa terlepas dari kegiatan
kampanye politik. Dalam pasal 77 UU No.
8 Tahun 2012 tentang…. dinyatakan bahwa
kampanye pemilu merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat dan
dilaksanakan secara bertanggungjawab. Makna
dari bertanggung jawab berarti kampanye dilaksanakan sesuai dengan
undang-undang atau ketentuan yang berlaku.
Atau bisa juga bermakna setiap janji dalam kampanye benar-benar harus
dapat dipertanggungjawabkan nantinya setelah memperoleh jabatan atau
kekuasaan.
Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1964, daerah khusus ibukota Jakarta Raya ditetapkan sebagai ibukota
negara Republik Indonesia dengan nama Jakarta.
Semenjak ditetapkan sebagai ibukota, kota Jakarta mengalami pelonjakan
penduduk yang sangat signifikan, dalam waktu lima tahun penduduk kota Jakarta
bisa bertambah dua kali lipat. Pertambahan
penduduk itu terjadi karena hampir semua kegiatan perekonomian dan pemerintahan
terpusat di Jakarta. Keinginan
masyarakat yang ingin mengadukan nasib di Jakarta tidak semuanya terlaksana
dengan baik, kurangnya lapangan pekerjaan menyebabkan masyarakat yang berasal
dari daerah desa sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini akan menimbulkan masyarakat yang
berada di kelas sosial rendah semakin meningkat, tidak dapat dipungkiri,
masyarakat yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak akan berimbas juga
pada nasib perekonomian keluarga mereka.
Kemiskinan yang melanda masyarakat kelas bawah tersebut juga bisa
melahirkan hal-hal penyimpangan seperti pencurian, dan berlanjut pada aksi
kekerasan atau bisa dibilang main hakim sendiri.
Permasalahan yang dimiliki Jakarta tidak hanya dari
bertambahnya jumlah penduduk. Pada saat
ini Jakarta sudah mempunyai beragam macam permasalahan, bukan hanya soal
kependudukan tetapi juga dari sisi ketataan kota. Pemukiman di Jakarta dinilai sudah terlalu
padat. Hal itu bisa dilihat dengan
banyaknya pemukiman yang ada di Jakarta. Bukan hanya pemukiman yang resmi,
banyaknya pemukiman liar yang berada di Jakarta membuat semakin padatnya hiruk-piruk kota jakarta, hal ini juga yang
banyak menyebabkan banjir. Sampai saat
ini permasalahan banjir jakarta masih belum bisa di atasi. Sudah banyak program kerja yang dikeluarkan
untuk menangani masalah banjir ini tetapi semuanya tidak berjalan dengan lancar
karena sulitnya merealisasikan program itu.
Tidak
dapat dipungkiri, peran pemerintah khususnya kepala daerah sangat dibutuhkan
untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang melanda kota Jakarta. Kepala daerah terbentuk melalui hasil
pemungutan suara masyarakat secara langsung dalam pemilihan umum, hal ini
disebabkan karena kedaulatan negara Indonesia adalah di tangan rakyat sebagai
tertuang dalam semangat UUD 1945
(Kaelan, 2010:252). Dalam Undang-Undang Dasar Bab VIIB Pasal 22E ayat (5)
menyatakan bahwa, pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan
umum yan bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga negara yang menyelenggarakan
pemilihan umum di Indonesia. Dalam
menjalankan tugasnya, KPU bertanggung jawab sesuai dengan peraturan
perundang-undangan serta dalam hal penyelenggaraan, KPU memberikan laporan
Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Gubernur
adalah kepala daerah untuk tingkat provinsi.
Peran Gubernur dalam setiap provinsi sama dan peran ini sangat penting
sebagai unsur yang bisa mendekatkan hubungan masyarakat daerah dengan
pemerintah pusat, Gubernur bertanggungjawab kepada presiden dalam kedudukannya
sebagai wakil dari pemerintah pusat yang dipilih langsung oleh masyarakat. Menjelang pergantian kepala daerah, setiap
pemerintah daerah selalu melakukan pemilihan umum untuk mencari kepala daerah
yang cocok dengan masyarakat dan tentunya bisa memegang tanggung jawab beliau
sebagai kepala daerah. Hal ini juga
terjadi pada daerah DKI Jakarta, Fauzi Bowo yang menjadi Gubernur DKI Jakarta
tidak lama lagi akan habis masa jabatan untuk periode 2007/2012. Masyarakat menilai bahwa pemilihan umum
kepala daerah DKI Jakarta untuk periode 2012/2017 akan lebih baik dibandingkan
pada tahun 2007 lalu hal ini disebabkan karena pada pemilihan umum kali ini
banyak terdapat kandidat yang berkualitas dan mempunyai peluang merata untuk
menjadi Gubernur DKI Jakarta. Sejak
berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, sistem pemilihan
kepala daerah tidak lagi dilakukan oleh DPRD.
Kepala daerah dipilih langsung oleh masyarakat secara demokratis.
Terdapat
enam pasang calon yang mengikuti pemilihan umum untuk menjadi Gubernur dan
Wakil Gubernur provinsi DKI
Jakarta. Pertama, Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli. Pasangan ini didukung oleh partai Demokrat,
PAN, Hanura, PKB, PBB, PMB, dan PKNU. Fauzi Bowo merupakan Gubernur DKI Jakarta
periode 2007/2012 dan Nachrowi Ramli adalah seorang purnawirawan TNI. Kedua,
Hendardji Soepandji dan Ahmad Riza Patria.
Pasangan ini berasal dari luar partai politik. Hendardji Soepandji adalah purnawirawan
TNI dan dikenal juga sebagai Ketua Umum
Organisasi Induk Karate Se-Indonesia atau FORKI. Ketiga,
Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama.
Pasangan ini didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Joko Widodo merupakan walikota Solo dan Basuki Tjahaja Purnama adalah
mantan Bupati Belitung Timur. Keempat, Hidayat Nur Wahid dan Didik J Rachbini. Partai politik yan mendukung pasangan ini
adalah PKS. Hidayat Nur Wahid merupakan
seorang mantan ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat. Kelima,
Faisal Basri dan Biem Benyamin. Sama seperti pasangan Hendardji Soepandji dan
Ahmad Riza Patria, pasangan Faisal Basri dan Biem Benyamin juga berasal dari
luar partai politik. Faisal Basri adalah
seorang pengamat ekonomi dan Biem Benyamin adalah seorang budayawan. Dan keenam,
Alex Noerdin dan Nono Sampono. Partai politik yang mendukung pasangan ini
adalah Golkar, PPP, PDS, PP, PKPB, Partai Buruh, PPNUI, PNI Maraenisme. Alex Noerdin merupakan Gubernur Sumatera
Selatan dan Nono Sampono merupakan seorang purnawirawan TNI. Para kandidat yang berasal dari berbagai
kalangan di masyarakat akan memberikan hal menarik dalam pemilihan umum kepala
daerah DKI Jakarta tahun 2012 ini. Pemilihan
umum pada tahun 2012 mempunyai perbedaan dari pemilihan umum tahun 2007,
perbedaan tersebut yaitu pada tahun 2012 jumlah kandidat yang mengikuti
pemilihan umum ini lebih banyak dibandingkan tahun 2007 lalu dan para kandidat
juga mempunyai kemampuan dan cara kepemimpinan baik yang sudah dilihat oleh
masyarakat.
Kampanye
yang dilakukan oleh para kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta
membuat keadaan politik Jakarta semakin panas.
Saling serang antar calon Gubernur dan Wakil Gubernur terjadi, khususnya
serangan dari calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang menganggap bahwa mereka
layak untuk memimpin kota Jakarta. Sistem
demokrasi yang sedang diterapkan dalam pemilihan umum kepala daerah DKI Jakarta
akan menjadi ukuran bagi setiap daerah yang ingin melakukan pemilihan
umum. Pemilihan umum memang dijalankan
oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), tapi pemilihan umum tidak akan berjalan jika
aspirasi masyarakat tidak ada. Masyarakat
akan menilai pasangan yang benar-benar pro dengan masyarakat khususnya
masyarakat menengah, masyarakat tidak akan terpengaruh oleh calon pemimpin yang
didukung oleh partai-partai besar. Masyarakat
masih memegang slogan “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Para kandidat yang memiliki dukungan dari
banyak atau tidaknya partai politik saling memberikan janji kepada
masyarakat. Kalau slogan yang masih
dipegang oleh masyarakat tetap dijalankan, pengaruh partai politik terhadap
aspirasi masyarakat tidak akan berpengaruh besar.
Terdapat
dua faktor yang berpengaruh dalam pemilihan umum DKI Jakarta tahun 2012. Pertama,
kandidat, penilaian terhadap profil dari kandidat menjadi faktor paling
utama yang mempengaruhi dalam menentukan pilihan. Kandidat tidak harus berasal dari kalangan
orang-orang terkenal, mereka cukup memiliki sifat sederhana dan sifat
kekeluargaan terhadap masyarakat. Masyarakat
membutuhkan bukti bukan hanya janji yang diucapkan pada saat berkampanye. Kedua, wacana menyangkut isu-isu yang berhubungan
dengan para kandidat. Semakin besar isu
yang melanda kandidat, semakin besar pula keinginan masyarakat untuk
terlibat. Isu yang dimaksud di sini
adalah isu yang menyangkut persamaan baik agama, etnis, maupun persamaan dalam
menilai kondisi Jakarta.
Keberlangsungan
dalam pemilihan umum juga harus didukung dengan adanya partisipasi dari
masyarakat. Masyarakat diharapkan untuk
menggunakan hak suaranya untuk benar-benar memilih calon pemimpin yang benar,
karena pemimpin selanjtunya untuk menjadi kepala daerah berasal dari aspirasi
masyarakat itu sendiri. Ketertiban
masyarakat saat melakukan pemilihan juga sangat diharapkan agar kondisi
pemilihan umum berjalan dengan lancar.
Pemilihan umum yang seperti inilah yang coba ditunjukkan oleh kota
Jakarta. Pemilihan yang aman, tertib,
dan benar-benar menjunjung tinggi masyarakat diatas segalanya adalah pemilihan
yang akan ditunjukan di pemilihan umum DKI Jakarta tahun 2012.
Cara Kampanye yang Dilakukan oleh Jokowi-Ahok dalam
Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta
Dalam
pemilihan umum kepala daerah kota Jakarta tahun 2012 ini, banyak partai politik
yang mengusulkan orang-orang berbakat dari partai mereka untuk dijadikan
Gubernur untuk menggantikan Fauzi Bowo periode 2007/2012. Salah satu partai yang mengikuti pemilu ini
adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan juga Partai Gerakan
Indonesia Raya (Gerindra). Kedua partai
ini mengusulkan nama Joko Widodo (Jokowi), walikota Solo yang berhasil membawa
Solo terdaftar dalam Organization of
World Heritage Cities pada tahun 2006.
Dalam pemilihan umum ini, Jokowi akan ditemani oleh Basuki Thahaja
Purnama (Ahok). Pasangan lain yang
terdaftar sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI jakarta adalah Faisal
Basrie – Biem Benjamin, Hendardji Soepandji – Ahmad Riza Patria, Alex Noerdin –
Nono Sumpono, Hidayat Nur Wahid – Didik J Rachbini, dan Fauzi Bowo – Nachrowi
Ramli.
Pemilihan umum Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta
tahun 2012 baru akan diselenggarakan pada hari rabu 11 juli 2012. Tapi semarak pemilihan umum ini sudah terasa
ketika masa kampanye dilaksanakan sekitar akhir bulan Juni. Para kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur
saling berlomba untuk mendapatkan simpatik dari masyarakat, berbagai cara
mereka lakukan baik melalui iklan di televisi maupun bertemu langsung dengan
masyarakat.
Banyak hal yang para kandidat lakukan untuk menarik
perhatian dari masyarakat DKI Jakarta. Berbagai
spanduk yang menunjukkan foto mereka beradar disetiap jalan-jalan besar di kota
Jakarta, keberadaan spanduk yang mereka pasang diberbagai tempat membuat suasana
kota Jakarta semakin tak terkendali. Spanduk
merupakan salah satu cara untuk melakukan kampanye, para calon kepala daerah
akan berlomba untuk membuat spanduk semenarik mungkin. Tidak hanya menggunakan spanduk, setiap calon
kepala daerah melakukan kampanye dengan melakukan aksi pengumpulan massa
disuatu tempat dan menjelaskan visi, misi, dan program kerja yang mereka
miliki.
Kampanye politik merupakan bagian penting dalam setiap
pemilihan umum. Tidak heran jika setiap
partai politik yang mengikuti pemilihan untuk suatu daerah akan mengeluarkan
dana besar-besaran. Sistem kampanye
seperti ini hanya akan menguntungkan pihak-pihak yang memiliki kemampuan besar
terutama biaya dalam melakukan pencitraan.
Hadirnya nama Jokowi Ahok membuat kampanye untuk
pemilihan umum kota Jakarta tahun 2012 berbeda dari kampanye untuk pemilihan
umum periode sebelumnya. Pasangan ini
membuat cara kampanye yang benar-benar berbeda dari pasangan lainnya, mereka
tidak menggunakan spanduk untuk melakukan kampanye dan mereka juga tidak
mengumpulkan massa disuatu tempat kemudian melakukan orasi. Yang mereka lakukan adalah mendatangi
langsung para warga untuk bisa berkomunikasi mendengarkan keluhan yang mereka
miliki untuk kota Jakarta. Hal-hal yang
mereka lakukan berhasil membuat masyarakat terpikat, hal ini juga membuat
pasangan lain dalam pemilihan umum ini tercengang karena hanya dengan melakukan
hal sederhana bisa lebih efektif memikat hati masyarakat DKI Jakarta.
Keberhasilan
Joko Widodo dalam memimpin kota Solo ternyata menarik perhatian Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerakan Indonesia Raya
(Gerindra). Kedua partai besar ini
tertarik dengan keberhasilan Joko Widodo dalam memimpin kota Solo, dan kedua
partai ini juga menjagokan Joko Widodo dalam pemilihan umum Gubernur DKI
Jakarta. Pemilihan umum DKI Jakarta periode 2012/2017 akan dilaksanakan pada
tanggal 11 juli 2012. Terdapat enam
pasang calon Gubernur dan Wakil Gubernur salah satunya adalah JokoWidodo dan
Basuki Tjahaja Purnama, pasangan ini akan bersaing dengan orang-orang besar
yang sudah mengerti akan kondisi Jakarta.
Jokowi–Ahok mempunyai strategi kampanye yang berbeda dari kelima pasang
kandidat lainnya. Pasangan ini memiliki
strategi yang mereka beri nama anti
marketing, dinamakan anti marketing karena pasangana ini tidak perlu
mengeluarkan dana banyak untuk melakukan kampanye untuk pemilihan umum ini.
Kampanye yang dilakukan oleh Joko Widodo dan Basuki
Tjahaja Purnama atau Jokowi-Ahok adalah mendatangi masyarakat dari kampung
kekampung untuk melakukan komunikasi langsung agar Jokowi-Ahok juga merasakan
permasalahan yang sedang dialami oleh masyarakat, kegiatan ini rutin mereka
lakukan dengan berjalan kaki. Pasangan
ini lebih memilih mendatangi masyarakat langsung daripada mereka harus mengumpulkan
massa dan melakukan orasi. Kegiatan
kampung kekampung yang dilakukan oleh Jokowi-Ahok ternyata sangat efisien,
selain Jokowi-Ahok mendengarkan langsung keluhan yang dimiliki oleh masyarakat,
Jokowi-Ahok juga bisa melihat langsung permasalahan yang sedang dilanda Ibukota
Jakarta. Disetiap pertemuan dari kampung
kekampung, pasangan ini tidak pernah melakukan upaya untuk memaksakan
masyarakat agar masyarakat memilih pasangan Jokowi-Ahok. Pasangan ini hanya menghimbau masyarakat agar
masyarakat bisa memilih pemimpin yang professional dan jujur, setelah itu
pasangan ini menghimbau masyarakat agar menilai pasangan Jokowi-Ahok dengan
pasangan lainnya jika ternyata pasangan lain lebih bersih dan dinilai bisa
membuat Jakarta menjadi baik masyarakat diharapkan untuk memilih calon
tersebut. Disetiap kampanye yang
dilakukan, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama selalu menganggap masyarakat
sebagai keluarga mereka, setiap keluhan mereka selalu didengar dengan baik dan
kemudian dicari jalan keluar bersama.
Cara
kampanye yang juga berbeda dari pasangan lainnya adalah spanduk. Tidak seperti calon lainnya, Jokowi-Ahok
memilih tidak menggunakan spanduk sebagai cara mereka berkampanye. Pasangan
ini beranggapan bahwa kampanye dengan menggunakan spanduk hanya akan mengotori
kota dan membuat suasana kota Jakarta semakin tidak nyaman. Joko Widodo dan
Basuki Tjahaja Purnama menganggap masyarakat kota Jakarta adalah masyarakat
cerdas untuk melakukan pemilihan kepala daerah, banyaknya poster atau spanduk
tidak akan mempengaruhi masyarakat, masyarakat hanya akan melihat dari kualitas
calon pemimpinnya. Meskipun pasangan
Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama tidak menggunakan spanduk, baju
kotak-kotak yang selalu dipakai
Jokowi-Ahok dan pendukungnya dalam setiap kegiatan menjadi ciri khas
tersendiri yang dimiliki oleh pasangan ini.
Jokowi memang selalu melakukan hal yang sederhana, tetapi hal sederhana
itu selalu memiliki makna yang sangat berarti.
Baju kotak-kotak yang selalu digunakan ternyata mempunyai makna tersendiri,
dengan baju ini pasangan Jokowi-Ahok berusaha menunjukkan kepada masyarakat DKI
Jakarta bahwa Jakarta itu sangat beragam baik dari suku, etnis, maupun agama
tetai masyarakat tetap hidup berdampingan dengan damai dan tidak dapat
dipungkiri bahwa Jakarta mempunyai permasalahan yang cukup kompleks seperti
kotak-kotak yang ada pada baju yang mereka pakai.
Salah satu
kegiatan kampanye yang cukup menarik dan bisa mendapat perhatian besar dari
masyarakat Jakarta adalah karnaval.
Kegiatan seperti ini mungkin jarang sekali terpikirkan oleh seseorang
atau partai politik yang ingin melakukan kampanye. Tetapi tidak untuk Jokowi, kegiatan karnaval
pernah dilakukan oleh Jokowi sebagai salah satu cara kampanye. Festival kampanye yang dilakukan oleh
Jokowi-Ahok ini menggunakan tema karnaval kotak-kotak, fesitival ini tidak
diisi dengan artis-artis papan atas melainkan pedagang kaki lima yang
menjualkan dagangannya untuk keperluan masyarakat yang mengikuti acara karnaval
ini. Kampanye dengan melakukan kegiatan
festival merupakan salah satu strategi untuk mempersatukan masyarakat, semua
kalangan ikut dalam festival ini
sehingga sela diantara masyarakat kelas atas dengan masyarakat kelas
bawah sedikit menghilang. Kegiatan
festival yang dilakukan oleh Jokowi-Ahok tidak menggunakan dana besar, kegiatan
sederhana ini diisi dengan kegiatan yang mendidik. Hal lain yang jarang sekali orang ingin
melakukannya adalah membagi-bagikan nomor handphone untuk masyarakat luas. Pasangan Jojo Widodo, Basuki Tjahaja Purnama
membagikan nomor handphonenya kepada masyarakat luas. Beliau tidak bermaksud ingin mencari
popularitas, nomor handphone pribadi yang dimiliki oleh beliau ini dimaksudkan
agar masyarakat bisa langsung menghubunginya untuk memberitahu masalah yang
sedang terjadi disekitar mereka atau masalah apa yang sedang mereka hadapi.
Cara
kampanye lain yang digunakan Jokowi-Ahok untuk memenangkan pemilihan umum
kepala daerah DKI Jakarta tahun 2012 adalah orang-orang yang bergabung dalam
tim sukses pasangan ini. Orang-orang
yang bergabung dalam tim sukses Jokowi-Ahok merupakan relawan dari masyarakat
yang setuju dengan pencalonannya sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur untuk
periode 2012/2017. Para relawan bertugas
untuk menerima pengaduan masyarakat mengenai kampanye dan pemantau di sosial
media. Tidak dapat dipungkiri, peran
media sosial untuk masyarakat khususnya masyarakat DKI Jakarta sangatlah
penting, masyarakat bisa mencari info mengenai apapun baik info mengenai dalan
negri maupun luar negri. Hal ini
dimanfaatkan oleh para relawan pendukung Jokowi-Ahok untuk melakukan kampanye
melalui media sosial sehingga masyarakat bisa mencari informasi mengenai Joko
Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama.
Joko
Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama memang pasangan yang selalu mengeluarkan cara-cara
kampanye yang mempunyai kreatifitas tinggi.
Pembuatan game sebagai sarana kampanye berhasil memikat massyarakat
khususnya masyarakat dikalangan remaja. Game
“Selamatkan Jakarta” menjadi ciri khas baru yang dimiliki oleh pasangan ini,
tidak pernah terbayangkan oleh masyarakat cara kampanye yang dilakukan oleh Jokowi-Ahok ini. Tidak hanya Jokowi-Ahok saja yang melakukan
kampanye, pendukung pasangan inipun mempunyai kreatifitas tinggi dan
menciptakan dukungan yang pernuh arti untuk keberlangsungan kampanye Joko
Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama. Pendukung
pasangan ini mengaransemen lagu What Makes You Beautiful milik One Direction.
Kampanye
yang Dilakukan oleh Pasangan Jokowi-Ahok Lebih Efektif untuk Menarik Simpatik
Masyarakat Jakarta
Joko Widodo dan Basuki
Tjahaja Purnama merupakan salah satu kandidat dalam pemilihan umum kepala
daerah provinsi DKI Jakarta untuk periode 2012/2017. Dalam masa kampanye, pasangan ini hanya
melakukan hal sederhana tetapi sangat berpengaruh besar bagi masyarakat. Tidak ada pemasangan spanduk, tidak melakukan
orasi disuatu tempat, bertemu langsung dengan masyarakat dari kampung
kekampung, baju kotak-kotak yang menjadi ciri khas mereka disetiap acara,
merupakan cara mereka melakukan kampanye.
Pemasukan dana yang dimiliki oleh pasangan Jokowi-Ahok tercatat hanya Rp
16,31 miliar sementara pengeluaran yang mereka lakukan hanya membutuhkan dana
Rp 16,09 miliar. Dibandingkan dengan
pasangan lainnya, jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh Jokowi memang lebih
kecil. Pemasukan dana kampanye yang
dimiliki oleh pasangan Foke-Nara mencapai Rp 62,63 miliar dan pengeluaran yang
mereka lakukan membutuhkan dana Rp 62,57 miliar.
Kampanye
yang dilakukan oleh Jokowi-Ahok memang sangat sederhana tetapi karena hal
sederhana inilah masyarakat menjadi percaya dengan pasangan ini, hal ini
terbukti dengan menangnya Jokowi diputaran pertama pemilihan umum DKI Jakarta
pada tanggal 11 juli 2012. Pemilihan
umum putaran kedua akan dilaksanakan pada tanggal 20 september 2012. Dipemilihan umum putaran kedua ini, Joko
Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama akan bersaing dengan Fauzi Bowo dan Nachrowi
Ramli. Kegiatan kampanye untuk pemilihan
umum putaran kedua dilaksanakan pada tanggal 14 sampai 16 september 2012. Waktu 3 hari yang diberikan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) dimanfaatkan untuk menjelaskan visi, misi, serta program
kerja yang dimiliki oleh para kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Strategi kampanye yang akan dilakukan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja
Purnama pada pemilihan umum putaran kedua tidak akan jauh berbeda dengan
kampanye di pemilihan umum putaran pertama.
Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama akan tetap mendatangi masyarakat
tidak hanya mendatangi masyarakat di setiap gang yang berada di daerah Jakarta , Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama juga
mendatangi pasar untuk melihat keadaan pasar yang berada didaerah Jakarta . Dalam kampanye putaran kedua, Jokowi-Ahok
tidak hanya mendatangi masyarakat, pasangan ini juga mendatangi partai politik
lain untuk mendapatkan dukungan mereka. Salah
satu faktor keberhasilan dari kampanye yang dilakukan oleh Joko Widodo dan
Basuki Tjahaja Purnama adalah peran dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat sangat mengharapkan perubahan
terjadi pada kota Jakarta , melaui pemimpin yang sudah bisa
dilihat hasil kerjanya sebelum mencalonkan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur
DKI Jakarta masyarkat member harapan yang sangat tinggi kepada Joko Widodo dan
Basuki Tjahaja Purnama.
Usaha yang
dilakukan oleh Jokowi-Ahok dalam pemilihan umum putaran kedua memang membuahkan
hasil yang sangat besar. Kampanye yang
dilakukan oleh pasangan ini berhasil membuat masyarakat DKI Jakarta memilihnya,
hasil quick count atau hitung cepat
yang dilakukan oleh beberapa lembaga survey menunjukkan bahwa pasangan Joko
Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama lebih unggul beberapa persen dari Fauzi Bowo
dan Nachrowi Ramli. Walaupun
penghitungan dari hasil cepat menunjukkan Jokowi-Ahok memenangi pemilhan umum
kepala daerah DKI Jakarta tahun 2012, Jokowi-Ahok tetap menunggu hasil dari
Komisi Pemilihan Umum yang menggunakan penghitungan secara manual.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Joko
Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI
Jakarta kemenangannya dalam pemilihan umum putaran kedua melawan pasangan Fauzi
Bowo dan Nachrowi Ramli. Meskipun waktu
untuk pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur sempat tertunda, acara pelantikan
yang digelar pada hari Senin, 15 Oktober 2012 berjalan dengan hikmat dan
sederhana dengan anggaran sebesar Rp 500 juta dari sebelumnya sempat
dianggarkan Rp 1 miliar.
Keberhasilan yang didapat oleh
Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama dalam pemilihan umum kepala daerah DKI
Jakarta merupakan hasil dari pemilihan masyarakat yang berlangsung secara
demokrasi. Masyarakat DKI Jakarta hanya
menginginkan pemimpin yang dianggap mampu membawa DKI Jakarta menjadi kota yang lebih
baik. Masyarakat menilai Joko Widodo dan
Basuki Tjahaj Purnama adalah pasangan yang bisa dijadikan figur seorang
pemimpin, pasangan ini memiliki sifat sederhana yang melekat pada diri mereka,
rasa kemanusiaan yang tinggi yang coba ditunjukkan oleh Joko Widodo dan Basuki
Tjahaja Purnama melalui pendekatan langsung ke masyarakat dan menganggap
masyarakat sebagai keluarga berhasil membawa pasangan ini melaju sebagai
Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012/2017. Hal ini menunjukkan bahwa, seorang pemimpin
yang mempunyai kekayaan dan dukungan dari parta-partai besar tidak akan
mempengaruhi suara masyarakat.
Kesimpulan
Kampanye
tampaknya menjadi bagian penting dalam setiap pemilihan umum yang dilakukan
oleh daerah-daerah yang akan melakukan pencarian kepala daerah baru. Para
kandidat dan partai politik berlomba untuk melakukan kampanye besar-besaran
dengan menggunakan dana yang seharusnya bisa dijadikan dana untuk pengalokasian
ke masyarakat kelas bawah. Sistem
kampanye seperti ini hanya akan menguntungkan pihak-pihak yang memiliki
kemampuan besar khususnya kemampuan dibidang keuangan. Tahapan kampanye tanpa didukung oleh
pemahaman yang baik dari para kandidat hanya akan terlihat seperti pesta
umbul-umbul, spanduk, dengan berbagai slogan dan janji-janji kampanye.
Pesta umbul-umbul yang terjadi disetiap kampanye dalam pemilihan
umum kepala daerah berlangsung disetiap daerah.
Kota Jakarta sebagai Ibukota negara pun tak luput dari kegiatan kampanye
yang berupa pesta umbul-umbul. Pada
pemilihan umum kepala daerah DKI Jakarta yang akan dilaksanakan pada tanggal 11
Januari 2012, kampanye-kampanye seperti itu sudah terjadi diawal masa kampanye. Para kandidat berlomba untuk menempelkan
spanduk diberbagai tempat yang berada dipenjuru kota
Jakarta . Namun, tidak semua kandidat calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta
melakukan hal seperti itu. Joko Widodo
dan Basuki Tjahaja Purnama yang didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) memilih cara
kampanye yang benar-benar berbeda dari kandidat lainnya.
Joko Widodo dan Basuki Tjahaja
Purnama lebih mengedepankan komunikasi langsung dengan masyarakat, hal ini
dilakukan untuk lebih mengefisiensikan waktu untuk lebih mendekatkan diri
kepada masyarakat Jakarta. Pasangan ini
juga tidak menggunakan spanduk yang bisa mengakibatkan dana yang seharusnya
bisa dipergunakan untuk kepentingan lain terpakai, cara ini juga bertujuan
untuk mengurangi keadaan Jakarta yang sudah mulai penuh oleh spandu-spanduk
kandidat lain. Joko Widodo dan Basuki
Tjahaja Purnama hanya membutuhkan hal yang bisa dijadikan ciri khas pasangan
ini, dan hal tersebut adalah baju kotak-kotak yang selalu mereka pakai.
Strategi kampanye sederhana yang
memiliki kreatifitas tinggi terbukti membawa Joko Widodo dan Basuki Tjahaja
Purnama menang dalam pemilhan Gubernur dan
Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk period 2012/2017. Strategi seperti ini seharusnya bisa
dijadikan contoh untuk calon pemimpin disetiap daerah, agar bisa melakukan
kampanye dengan baik. Masyarakat
Indonesia cerdas untuk melakukan pemilihan mengenai kepala daerah. Mereka tidak akan memilih calon hanya karena
wajah mereka terpampang di spanduk-spanduk yang ada di jalanan, masyarakat
hanya akan memilih calon pemimpinnya yang mempunyai tanggung jawab tinggi
mengenai tugas yang akan diterimanya menjadi pemimpin masyarakat, bukti konkrit
kinerja para calon menjadi faktor yang digunakan oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Kaelan, M.S. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta:
PARADIGMA Yogyakarta , 2010.
Taufani Bernard. Jokowi From Zero to Hero. Jakarta : Buku Pintar,
2012.
Yogaswara.A, dkk. Jokowi-Ahok Pemimpin yang
Biasa-biasa Saja. Yogyakarta : Media Presindo, 2012.
“Strategi
Kampanye Jokowi Kalahkan Foke”. Diakses pada tanggal 7 November 2012. Blospot.com
“Jurus Baru
Kampanye Jokowi Anti Marketing”. Diakses
pada tanggal 7 November 2012. Metronewsviva.co.id
http://metro.news.viva.co.id/news/read/351693-jurus-baru-kampanye-jokowi--anti-marketing
“Jokowi Kampanye Tanpa Spanduk”. Diakses pada tanggal 7 November 2012. Suaramerdeka.com
“Strategi
Pemenangan Jokowi Basuki”, Diakses pada
tanggal 7 November 2012. Kompas.com
“Kampanye
Politik dalam Pemilu”. Diakses pada
tanggal 13 Desember 2012. Wordpress.com
“Belajar dari
Kampanye Hemat Ala Jokowi-Ahok”. Diakses pada tanggal 13 Desember 2012. Tribunnews.com
“Reposisi Peran
Pemerintah dalam UU Pemerintahan Daerah”.
Diperbaharui oleh Ikhwan Mansyur Situmeang pada tanggal 22 September
2011. Diakses pada tanggal 7 Januari
2013. Kompasiana.com
“Headline Kampanye 6 Kandidat Cagub
Cawagub DKI 2012”. Diperbaharui oleh
Syaifud Adidharta pada tanggal 29 Juni 2012.
Diakses pada tanggal 8 Januari 2012.
Kompasiana.com
m.kompasiana.com/post/politik/2012/06/29/headline-kampanye-6-kandidat-cagubcawagub-dki-2012/
“11 Juli 2012, Pemilu DKI Jakarta ”. Diperbaharui pada tanggal 15 Desember 2011.
Diakses pada tanggal 8 Januari 2013. Tempo.co
“Pernyataan Jakarta Tetap Sebagai
Ibu Kota Negara Republik Indonesia
dengan Nama Jakarta”. Diakses pada
tanggal 8 Januari 2013. http://ngada.org
ngada.org/uu10-1964.htm
“Arti Baju Kotak-kotak Bagi
Jokowi”. Diperbaharui oleh Renne R.A
Kawilarang pada tanggal 26 Maret 2012.
Diakses pada tanggal 10 Januari 2013. Vivanews.co.id
m.news.viva.co.id/news/read/299198-arti-baju-kotak-kotak-bagi-jokowi
“Dana Kampanye
Rp 16 Miliar, Ini Reaksi Jokowi”. Diakses pada tanggal 10 Januari 2013. Tempo.co
m.tempo.co/read/news/2012/08/03/228421246/Dana-Kampanye-Rp-16-Miliar-Ini-Reaksi-Jokowi
“Pilkada DKI
Putaran Kedua Digelar 20 September”. Diakses
pada tanggal 10 Januari 2013. Tempo.co
m.tempo.co/read/news/2012/07/12/228416555/Pilkada-DKI-Putaran-Kedua-Digelar-20-September/
“Belajar
dari Kampanye Jokowi”. Diakses pada
tanggal 10 Januari 2013. Kompasiana.com
“Kampanye
Putaran II Foke vs Jokowi Digelar 14-16 September”. Diakses pada tanggal 10 Januari 2013. Detik.com
“Jokowi Siapkan
‘Umpan Panjang’ untuk Putaran Kedua”. Diakses
pada tanggal 10 Januari 2013.
Republika.co.id
“Rahasia
Kemenangan Jokowi”. Diakses pada tanggal
7 Januari 2013. Vivanews.co.id
“Jokowi
Pemimpin yang Mampu Memecah Keheningan dan Menerobos dengan Gebrakan. Diperbaharui oleh Stefanus Yohanes pada
tanggal 3 September 2012. Diakses pada
tanggal 11 Januari 2013. Kompasiana.com
“Jokowi: Tidak
Ada Strategi di Putaran Kedua”. Diperbaharui
pada tanggal 21 Juli 2012. Diakses pada
tanggal 10 Januari 2013. Tempo.co
“Banyak Calon,
Pilkada DKI 2012 Lebih Berkualitas Daripada 2007”. Diperbaharui oleh Ramdhan
Muhaimin pada tanggal 22 Maret 2012.
Diakses pada tanggal 10 Januari 2013.
Detik.com
“Mungkinkah
Hasil Quick Count Berbeda dengan KPUD?”.
Diakses pada tanggal 10 Januari 2013. Pilkada2012.com
No comments:
Post a Comment