Friday, November 7, 2014

Strategi Kampanye Pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta Tahun 2012

Dalam artikel yang saya buat ini membahas tentang kampanye yang dilakukan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama dalam pemilihan umum kepala daerah DKI Jakarta tahun 2012.  Artikel ini bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa tidak semua kegiatan kampanye itu harus menggunakan dana yang berlebih.  Artikel ini juga mencoba memberi gambaran kepada setiap orang atau partai politik yang ingin melakukan kampanye bahwa kegiatan sederhana yang memiliki kreatifitas terbukti lebih efisien untuk mendapatkan simpatik dari masyarakat, tidak perlu menghambur-hamburkan uang hanya untuk masa kampanye.  Pembahasan dari artikel ini adalah kegiatan kampanye yang dilakukan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama dalam pemilihan umum kepala daerah provinsi DKI Jakarta dilakukan dengan cara yang berbeda dari kandidat lainnya.  Pasangan ini tidak menggunakan spanduk, mereka hanya mendatangi langsung masyarakat untuk mendengarkan secara langsung permasalahan yang sedang terjadi, baju kotak-kotak yang selalu dipakai dalam setiap pertemuan menjadi ciri khas pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama.  Tidak semua kegiatan kampanye yang dilakukan oleh setiap partai politik atau individu harus menggunakan biaya yang berlebihan, terbukti dengan kampanye sederhana yang dilakukan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama bisa mendapatkan banyak suara untuk pemilihan umum kepala daerah DKI Jakarta.  Cara-cara kampanye yang dilakukan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama seharusnya bisa dijadikan contoh untuk calon pemimpin lainnya.  Mereka harus memahami arti dari kampanye itu sendiri, kampanye dilakukan bukan hanya sekedar untuk “pesta” selama pemilihan umum tetapi kekampanye harus dilakukan yang dengan baik, penyampaian visi, misi, dan program kerja adalah salah satu hal penting dalam setiap kampanye.
Kata Kunci: Kampanye, pemilu, jokowi.
Pendahuluan
            Kehidupan bermasyarakat disemua negara khususnya negara Indonesia sudah tidak bisa terlepas dari sosok seorang pemimpin.  Keberadaan seorang pemimpin sudah bisa terlihat disegala organisasi baik organisasi swasta maupun organisasi kepemerintahan, seorang pemimpin juga berperan dalam menjalankan roda organisasi tersebut.  Berkembang atau tidaknya suatu organisasi swasta maupun pemerintah dapat dilihat dari sosok sang pemimpin yang memimpin organisasi tersebut, dan cara kepemimpinan yang mereka miliki akan menjadi faktor utama untuk menilai itu semua.  Tidak hanya dalam suatu organisasi, dalam lingkungan yang lebih luas seorang pemimpin juga sangat dibutuhkan oleh bangsa dan negara.  Setiap negara tidak bisa terlepas dari sosok seorang pemimpin, cara kepemimpinan yang dimiliki oleh seseorang tersebut juga dapat mempengaruhi maju atau tidaknya negara yang mereka pimpin.
            Keberadaan seorang pemimpin tidak akan terlepas dari kegiatan berpolitik, kegiatan berpolitik pada umumnya bertujuan untuk membangun suatu negara yang bisa unggul dalam berbagai aspek kehidupan.  Roda pemerintahan suatu negara akan berhasil jika kegiatan politik di negara tersebut bisa berjalan dengan baik berdasarkan pancasila dan menempatkan rakyat di atas segalanya.  Salah satu kegiatan politik yang melibatkan aspirasi masyarakat adalah kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu).  Pemilihan umum merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam pemerintahan negara Indonesia.  Dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 tentang pemilihan umum, bahwa pemilihan umum dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali (Kaelan 2010: 198).
Pada zaman sekarang, kegiatan pemilihan umum sudah tidak bisa terlepas dari kegiatan kampanye politik.  Dalam pasal 77 UU No. 8 Tahun 2012 tentang…. dinyatakan bahwa kampanye pemilu merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat dan dilaksanakan secara bertanggungjawab.  Makna dari bertanggung jawab berarti kampanye dilaksanakan sesuai dengan undang-undang atau ketentuan yang berlaku.  Atau bisa juga bermakna setiap janji dalam kampanye benar-benar harus dapat dipertanggungjawabkan nantinya setelah memperoleh jabatan atau kekuasaan. 
Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta
            Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1964, daerah khusus ibukota Jakarta Raya ditetapkan sebagai ibukota negara Republik Indonesia dengan nama Jakarta.  Semenjak ditetapkan sebagai ibukota, kota Jakarta mengalami pelonjakan penduduk yang sangat signifikan, dalam waktu lima tahun penduduk kota Jakarta bisa bertambah dua kali lipat.  Pertambahan penduduk itu terjadi karena hampir semua kegiatan perekonomian dan pemerintahan terpusat di Jakarta.  Keinginan masyarakat yang ingin mengadukan nasib di Jakarta tidak semuanya terlaksana dengan baik, kurangnya lapangan pekerjaan menyebabkan masyarakat yang berasal dari daerah desa sulit untuk mendapatkan pekerjaan.  Hal ini akan menimbulkan masyarakat yang berada di kelas sosial rendah semakin meningkat, tidak dapat dipungkiri, masyarakat yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak akan berimbas juga pada nasib perekonomian keluarga mereka.  Kemiskinan yang melanda masyarakat kelas bawah tersebut juga bisa melahirkan hal-hal penyimpangan seperti pencurian, dan berlanjut pada aksi kekerasan atau bisa dibilang main hakim sendiri.
            Permasalahan yang dimiliki Jakarta tidak hanya dari bertambahnya jumlah penduduk.  Pada saat ini Jakarta sudah mempunyai beragam macam permasalahan, bukan hanya soal kependudukan tetapi juga dari sisi ketataan kota.  Pemukiman di Jakarta dinilai sudah terlalu padat.  Hal itu bisa dilihat dengan banyaknya pemukiman yang ada di Jakarta. Bukan hanya pemukiman yang resmi, banyaknya pemukiman liar yang berada di Jakarta membuat semakin padatnya  hiruk-piruk kota jakarta, hal ini juga yang banyak menyebabkan banjir.  Sampai saat ini permasalahan banjir jakarta masih belum bisa di atasi.  Sudah banyak program kerja yang dikeluarkan untuk menangani masalah banjir ini tetapi semuanya tidak berjalan dengan lancar karena sulitnya merealisasikan program itu.
Tidak dapat dipungkiri, peran pemerintah khususnya kepala daerah sangat dibutuhkan untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang melanda kota Jakarta.  Kepala daerah terbentuk melalui hasil pemungutan suara masyarakat secara langsung dalam pemilihan umum, hal ini disebabkan karena kedaulatan negara Indonesia adalah di tangan rakyat sebagai tertuang  dalam semangat UUD 1945 (Kaelan, 2010:252). Dalam Undang-Undang Dasar Bab VIIB Pasal 22E ayat (5) menyatakan bahwa, pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yan bersifat nasional, tetap, dan mandiri.  Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia.  Dalam menjalankan tugasnya, KPU bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta dalam hal penyelenggaraan, KPU memberikan laporan Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Gubernur adalah kepala daerah untuk tingkat provinsi.  Peran Gubernur dalam setiap provinsi sama dan peran ini sangat penting sebagai unsur yang bisa mendekatkan hubungan masyarakat daerah dengan pemerintah pusat, Gubernur bertanggungjawab kepada presiden dalam kedudukannya sebagai wakil dari pemerintah pusat yang dipilih langsung oleh masyarakat.  Menjelang pergantian kepala daerah, setiap pemerintah daerah selalu melakukan pemilihan umum untuk mencari kepala daerah yang cocok dengan masyarakat dan tentunya bisa memegang tanggung jawab beliau sebagai kepala daerah.  Hal ini juga terjadi pada daerah DKI Jakarta, Fauzi Bowo yang menjadi Gubernur DKI Jakarta tidak lama lagi akan habis masa jabatan untuk periode 2007/2012.  Masyarakat menilai bahwa pemilihan umum kepala daerah DKI Jakarta untuk periode 2012/2017 akan lebih baik dibandingkan pada tahun 2007 lalu hal ini disebabkan karena pada pemilihan umum kali ini banyak terdapat kandidat yang berkualitas dan mempunyai peluang merata untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta.  Sejak berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, sistem pemilihan kepala daerah tidak lagi dilakukan oleh DPRD.  Kepala daerah dipilih langsung oleh masyarakat secara demokratis.
Terdapat enam pasang calon yang mengikuti pemilihan umum untuk menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur  provinsi DKI Jakarta.  Pertama, Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.  Pasangan ini didukung oleh partai Demokrat, PAN, Hanura, PKB, PBB, PMB, dan PKNU. Fauzi Bowo merupakan Gubernur DKI Jakarta periode 2007/2012 dan Nachrowi Ramli adalah seorang purnawirawan TNI.  Kedua, Hendardji Soepandji dan Ahmad Riza Patria.  Pasangan ini berasal dari luar partai politik.  Hendardji Soepandji adalah purnawirawan TNI  dan dikenal juga sebagai Ketua Umum Organisasi Induk Karate Se-Indonesia atau FORKI.  Ketiga, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama.  Pasangan ini didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).  Joko Widodo merupakan walikota Solo dan Basuki Tjahaja Purnama adalah mantan Bupati Belitung Timur.  Keempat,  Hidayat Nur Wahid dan Didik J Rachbini.  Partai politik yan mendukung pasangan ini adalah PKS.  Hidayat Nur Wahid merupakan seorang mantan ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat.  Kelima,  Faisal Basri dan Biem Benyamin.  Sama seperti pasangan Hendardji Soepandji dan Ahmad Riza Patria, pasangan Faisal Basri dan Biem Benyamin juga berasal dari luar partai politik.  Faisal Basri adalah seorang pengamat ekonomi dan Biem Benyamin adalah seorang budayawan.  Dan keenam, Alex Noerdin dan Nono Sampono. Partai politik yang mendukung pasangan ini adalah Golkar, PPP, PDS, PP, PKPB, Partai Buruh, PPNUI, PNI Maraenisme.  Alex Noerdin merupakan Gubernur Sumatera Selatan dan Nono Sampono merupakan seorang purnawirawan TNI.  Para kandidat yang berasal dari berbagai kalangan di masyarakat akan memberikan hal menarik dalam pemilihan umum kepala daerah DKI Jakarta tahun 2012 ini.  Pemilihan umum pada tahun 2012 mempunyai perbedaan dari pemilihan umum tahun 2007, perbedaan tersebut yaitu pada tahun 2012 jumlah kandidat yang mengikuti pemilihan umum ini lebih banyak dibandingkan tahun 2007 lalu dan para kandidat juga mempunyai kemampuan dan cara kepemimpinan baik yang sudah dilihat oleh masyarakat.
Kampanye yang dilakukan oleh para kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta membuat keadaan politik Jakarta semakin panas.  Saling serang antar calon Gubernur dan Wakil Gubernur terjadi, khususnya serangan dari calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang menganggap bahwa mereka layak untuk memimpin kota Jakarta.  Sistem demokrasi yang sedang diterapkan dalam pemilihan umum kepala daerah DKI Jakarta akan menjadi ukuran bagi setiap daerah yang ingin melakukan pemilihan umum.  Pemilihan umum memang dijalankan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), tapi pemilihan umum tidak akan berjalan jika aspirasi masyarakat tidak ada.  Masyarakat akan menilai pasangan yang benar-benar pro dengan masyarakat khususnya masyarakat menengah, masyarakat tidak akan terpengaruh oleh calon pemimpin yang didukung oleh partai-partai besar.  Masyarakat masih memegang slogan “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.  Para kandidat yang memiliki dukungan dari banyak atau tidaknya partai politik saling memberikan janji kepada masyarakat.  Kalau slogan yang masih dipegang oleh masyarakat tetap dijalankan, pengaruh partai politik terhadap aspirasi masyarakat tidak akan berpengaruh besar.
Terdapat dua faktor yang berpengaruh dalam pemilihan umum DKI Jakarta tahun 2012.  Pertama, kandidat, penilaian terhadap profil dari kandidat menjadi faktor paling utama yang mempengaruhi dalam menentukan pilihan.  Kandidat tidak harus berasal dari kalangan orang-orang terkenal, mereka cukup memiliki sifat sederhana dan sifat kekeluargaan terhadap masyarakat.  Masyarakat membutuhkan bukti bukan hanya janji yang diucapkan pada saat berkampanye.  Kedua,  wacana menyangkut isu-isu yang berhubungan dengan para kandidat.  Semakin besar isu yang melanda kandidat, semakin besar pula keinginan masyarakat untuk terlibat.  Isu yang dimaksud di sini adalah isu yang menyangkut persamaan baik agama, etnis, maupun persamaan dalam menilai kondisi Jakarta.
Keberlangsungan dalam pemilihan umum juga harus didukung dengan adanya partisipasi dari masyarakat.  Masyarakat diharapkan untuk menggunakan hak suaranya untuk benar-benar memilih calon pemimpin yang benar, karena pemimpin selanjtunya untuk menjadi kepala daerah berasal dari aspirasi masyarakat itu sendiri.  Ketertiban masyarakat saat melakukan pemilihan juga sangat diharapkan agar kondisi pemilihan umum berjalan dengan lancar.  Pemilihan umum yang seperti inilah yang coba ditunjukkan oleh kota Jakarta.  Pemilihan yang aman, tertib, dan benar-benar menjunjung tinggi masyarakat diatas segalanya adalah pemilihan yang akan ditunjukan di pemilihan umum DKI Jakarta tahun 2012.
Cara Kampanye yang Dilakukan oleh Jokowi-Ahok dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta
Dalam pemilihan umum kepala daerah kota Jakarta tahun 2012 ini, banyak partai politik yang mengusulkan orang-orang berbakat dari partai mereka untuk dijadikan Gubernur untuk menggantikan Fauzi Bowo periode 2007/2012.  Salah satu partai yang mengikuti pemilu ini adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan juga Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).  Kedua partai ini mengusulkan nama Joko Widodo (Jokowi), walikota Solo yang berhasil membawa Solo terdaftar dalam Organization of World Heritage Cities pada tahun 2006.  Dalam pemilihan umum ini, Jokowi akan ditemani oleh Basuki Thahaja Purnama (Ahok).  Pasangan lain yang terdaftar sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI jakarta adalah Faisal Basrie – Biem Benjamin, Hendardji Soepandji – Ahmad Riza Patria, Alex Noerdin – Nono Sumpono, Hidayat Nur Wahid – Didik J Rachbini, dan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli.
            Pemilihan umum Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 baru akan diselenggarakan pada hari rabu 11 juli 2012.  Tapi semarak pemilihan umum ini sudah terasa ketika masa kampanye dilaksanakan sekitar akhir bulan Juni.  Para kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur saling berlomba untuk mendapatkan simpatik dari masyarakat, berbagai cara mereka lakukan baik melalui iklan di televisi maupun bertemu langsung dengan masyarakat.
            Banyak hal yang para kandidat lakukan untuk menarik perhatian dari masyarakat DKI Jakarta.  Berbagai spanduk yang menunjukkan foto mereka beradar disetiap jalan-jalan besar di kota Jakarta, keberadaan spanduk yang mereka pasang diberbagai tempat membuat suasana kota Jakarta semakin tak terkendali.  Spanduk merupakan salah satu cara untuk melakukan kampanye, para calon kepala daerah akan berlomba untuk membuat spanduk semenarik mungkin.  Tidak hanya menggunakan spanduk, setiap calon kepala daerah melakukan kampanye dengan melakukan aksi pengumpulan massa disuatu tempat dan menjelaskan visi, misi, dan program kerja yang mereka miliki.
            Kampanye politik merupakan bagian penting dalam setiap pemilihan umum.  Tidak heran jika setiap partai politik yang mengikuti pemilihan untuk suatu daerah akan mengeluarkan dana besar-besaran.  Sistem kampanye seperti ini hanya akan menguntungkan pihak-pihak yang memiliki kemampuan besar terutama biaya dalam melakukan pencitraan. 
            Hadirnya nama Jokowi Ahok membuat kampanye untuk pemilihan umum kota Jakarta tahun 2012 berbeda dari kampanye untuk pemilihan umum periode sebelumnya.  Pasangan ini membuat cara kampanye yang benar-benar berbeda dari pasangan lainnya, mereka tidak menggunakan spanduk untuk melakukan kampanye dan mereka juga tidak mengumpulkan massa disuatu tempat kemudian melakukan orasi.  Yang mereka lakukan adalah mendatangi langsung para warga untuk bisa berkomunikasi mendengarkan keluhan yang mereka miliki untuk kota Jakarta.  Hal-hal yang mereka lakukan berhasil membuat masyarakat terpikat, hal ini juga membuat pasangan lain dalam pemilihan umum ini tercengang karena hanya dengan melakukan hal sederhana bisa lebih efektif memikat hati masyarakat DKI Jakarta.
Keberhasilan Joko Widodo dalam memimpin kota Solo ternyata menarik perhatian Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).  Kedua partai besar ini tertarik dengan keberhasilan Joko Widodo dalam memimpin kota Solo, dan kedua partai ini juga menjagokan Joko Widodo dalam pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta. Pemilihan umum DKI Jakarta periode 2012/2017 akan dilaksanakan pada tanggal 11 juli 2012.  Terdapat enam pasang calon Gubernur dan Wakil Gubernur salah satunya adalah JokoWidodo dan Basuki Tjahaja Purnama, pasangan ini akan bersaing dengan orang-orang besar yang sudah mengerti akan kondisi Jakarta.  Jokowi–Ahok mempunyai strategi kampanye yang berbeda dari kelima pasang kandidat lainnya.  Pasangan ini memiliki strategi yang mereka beri nama anti marketing, dinamakan anti marketing karena pasangana ini tidak perlu mengeluarkan dana banyak untuk melakukan kampanye untuk pemilihan umum ini.
            Kampanye yang dilakukan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama atau Jokowi-Ahok adalah mendatangi masyarakat dari kampung kekampung untuk melakukan komunikasi langsung agar Jokowi-Ahok juga merasakan permasalahan yang sedang dialami oleh masyarakat, kegiatan ini rutin mereka lakukan dengan berjalan kaki.  Pasangan ini lebih memilih mendatangi masyarakat langsung daripada mereka harus mengumpulkan massa dan melakukan orasi.  Kegiatan kampung kekampung yang dilakukan oleh Jokowi-Ahok ternyata sangat efisien, selain Jokowi-Ahok mendengarkan langsung keluhan yang dimiliki oleh masyarakat, Jokowi-Ahok juga bisa melihat langsung permasalahan yang sedang dilanda Ibukota Jakarta.  Disetiap pertemuan dari kampung kekampung, pasangan ini tidak pernah melakukan upaya untuk memaksakan masyarakat agar masyarakat memilih pasangan Jokowi-Ahok.  Pasangan ini hanya menghimbau masyarakat agar masyarakat bisa memilih pemimpin yang professional dan jujur, setelah itu pasangan ini menghimbau masyarakat agar menilai pasangan Jokowi-Ahok dengan pasangan lainnya jika ternyata pasangan lain lebih bersih dan dinilai bisa membuat Jakarta menjadi baik masyarakat diharapkan untuk memilih calon tersebut.  Disetiap kampanye yang dilakukan, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama selalu menganggap masyarakat sebagai keluarga mereka, setiap keluhan mereka selalu didengar dengan baik dan kemudian dicari jalan keluar bersama.
Cara kampanye yang juga berbeda dari pasangan lainnya adalah spanduk.  Tidak seperti calon lainnya, Jokowi-Ahok memilih tidak menggunakan spanduk sebagai cara mereka berkampanye.  Pasangan ini beranggapan bahwa kampanye dengan menggunakan spanduk hanya akan mengotori kota dan membuat suasana kota Jakarta semakin tidak nyaman. Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama menganggap masyarakat kota Jakarta adalah masyarakat cerdas untuk melakukan pemilihan kepala daerah, banyaknya poster atau spanduk tidak akan mempengaruhi masyarakat, masyarakat hanya akan melihat dari kualitas calon pemimpinnya.  Meskipun pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama tidak menggunakan spanduk, baju kotak-kotak yang selalu dipakai  Jokowi-Ahok dan pendukungnya dalam setiap kegiatan menjadi ciri khas tersendiri yang dimiliki oleh pasangan ini.  Jokowi memang selalu melakukan hal yang sederhana, tetapi hal sederhana itu selalu memiliki makna yang sangat berarti.  Baju kotak-kotak yang selalu digunakan ternyata mempunyai makna tersendiri, dengan baju ini pasangan Jokowi-Ahok berusaha menunjukkan kepada masyarakat DKI Jakarta bahwa Jakarta itu sangat beragam baik dari suku, etnis, maupun agama tetai masyarakat tetap hidup berdampingan dengan damai dan tidak dapat dipungkiri bahwa Jakarta mempunyai permasalahan yang cukup kompleks seperti kotak-kotak yang ada pada baju yang mereka pakai.
Salah satu kegiatan kampanye yang cukup menarik dan bisa mendapat perhatian besar dari masyarakat Jakarta adalah karnaval.  Kegiatan seperti ini mungkin jarang sekali terpikirkan oleh seseorang atau partai politik yang ingin melakukan kampanye.  Tetapi tidak untuk Jokowi, kegiatan karnaval pernah dilakukan oleh Jokowi sebagai salah satu cara kampanye.  Festival kampanye yang dilakukan oleh Jokowi-Ahok ini menggunakan tema karnaval kotak-kotak, fesitival ini tidak diisi dengan artis-artis papan atas melainkan pedagang kaki lima yang menjualkan dagangannya untuk keperluan masyarakat yang mengikuti acara karnaval ini.  Kampanye dengan melakukan kegiatan festival merupakan salah satu strategi untuk mempersatukan masyarakat, semua kalangan ikut dalam festival ini  sehingga sela diantara masyarakat kelas atas dengan masyarakat kelas bawah sedikit menghilang.  Kegiatan festival yang dilakukan oleh Jokowi-Ahok tidak menggunakan dana besar, kegiatan sederhana ini diisi dengan kegiatan yang mendidik.  Hal lain yang jarang sekali orang ingin melakukannya adalah membagi-bagikan nomor handphone untuk masyarakat luas.  Pasangan Jojo Widodo, Basuki Tjahaja Purnama membagikan nomor handphonenya kepada masyarakat luas.  Beliau tidak bermaksud ingin mencari popularitas, nomor handphone pribadi yang dimiliki oleh beliau ini dimaksudkan agar masyarakat bisa langsung menghubunginya untuk memberitahu masalah yang sedang terjadi disekitar mereka atau masalah apa yang sedang mereka hadapi.
Cara kampanye lain yang digunakan Jokowi-Ahok untuk memenangkan pemilihan umum kepala daerah DKI Jakarta tahun 2012 adalah orang-orang yang bergabung dalam tim sukses pasangan ini.  Orang-orang yang bergabung dalam tim sukses Jokowi-Ahok merupakan relawan dari masyarakat yang setuju dengan pencalonannya sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur untuk periode 2012/2017.  Para relawan bertugas untuk menerima pengaduan masyarakat mengenai kampanye dan pemantau di sosial media.  Tidak dapat dipungkiri, peran media sosial untuk masyarakat khususnya masyarakat DKI Jakarta sangatlah penting, masyarakat bisa mencari info mengenai apapun baik info mengenai dalan negri maupun luar negri.  Hal ini dimanfaatkan oleh para relawan pendukung Jokowi-Ahok untuk melakukan kampanye melalui media sosial sehingga masyarakat bisa mencari informasi mengenai Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama.
Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama memang pasangan yang selalu mengeluarkan cara-cara kampanye yang mempunyai kreatifitas tinggi.  Pembuatan game sebagai sarana kampanye berhasil memikat massyarakat khususnya masyarakat dikalangan remaja.  Game “Selamatkan Jakarta” menjadi ciri khas baru yang dimiliki oleh pasangan ini, tidak pernah terbayangkan oleh masyarakat cara kampanye  yang dilakukan oleh Jokowi-Ahok ini.  Tidak hanya Jokowi-Ahok saja yang melakukan kampanye, pendukung pasangan inipun mempunyai kreatifitas tinggi dan menciptakan dukungan yang pernuh arti untuk keberlangsungan kampanye Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama.  Pendukung pasangan ini mengaransemen lagu What Makes You Beautiful milik One Direction.
Kampanye yang Dilakukan oleh Pasangan Jokowi-Ahok Lebih Efektif untuk Menarik Simpatik Masyarakat Jakarta
            Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama merupakan salah satu kandidat dalam pemilihan umum kepala daerah provinsi DKI Jakarta untuk periode 2012/2017.  Dalam masa kampanye, pasangan ini hanya melakukan hal sederhana tetapi sangat berpengaruh besar bagi masyarakat.  Tidak ada pemasangan spanduk, tidak melakukan orasi disuatu tempat, bertemu langsung dengan masyarakat dari kampung kekampung, baju kotak-kotak yang menjadi ciri khas mereka disetiap acara, merupakan cara mereka melakukan kampanye.  Pemasukan dana yang dimiliki oleh pasangan Jokowi-Ahok tercatat hanya Rp 16,31 miliar sementara pengeluaran yang mereka lakukan hanya membutuhkan dana Rp 16,09 miliar.  Dibandingkan dengan pasangan lainnya, jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh Jokowi memang lebih kecil.  Pemasukan dana kampanye yang dimiliki oleh pasangan Foke-Nara mencapai Rp 62,63 miliar dan pengeluaran yang mereka lakukan membutuhkan dana Rp 62,57 miliar.
            Kampanye yang dilakukan oleh Jokowi-Ahok memang sangat sederhana tetapi karena hal sederhana inilah masyarakat menjadi percaya dengan pasangan ini, hal ini terbukti dengan menangnya Jokowi diputaran pertama pemilihan umum DKI Jakarta pada tanggal 11 juli 2012.  Pemilihan umum putaran kedua akan dilaksanakan pada tanggal 20 september 2012.  Dipemilihan umum putaran kedua ini, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama akan bersaing dengan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.  Kegiatan kampanye untuk pemilihan umum putaran kedua dilaksanakan pada tanggal 14 sampai 16 september 2012.  Waktu 3 hari yang diberikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dimanfaatkan untuk menjelaskan visi, misi, serta program kerja yang dimiliki oleh para kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Strategi kampanye yang akan dilakukan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama pada pemilihan umum putaran kedua tidak akan jauh berbeda dengan kampanye di pemilihan umum putaran pertama.  Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama akan tetap mendatangi masyarakat tidak hanya mendatangi masyarakat di setiap gang yang berada di daerah Jakarta, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama juga mendatangi pasar untuk melihat keadaan pasar yang berada didaerah Jakarta.  Dalam kampanye putaran kedua, Jokowi-Ahok tidak hanya mendatangi masyarakat, pasangan ini juga mendatangi partai politik lain untuk mendapatkan dukungan mereka.  Salah satu faktor keberhasilan dari kampanye yang dilakukan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama adalah peran dari masyarakat itu sendiri.  Masyarakat sangat mengharapkan perubahan terjadi pada kota Jakarta, melaui pemimpin yang sudah bisa dilihat hasil kerjanya sebelum mencalonkan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta masyarkat member harapan yang sangat tinggi kepada Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama. 
            Usaha yang dilakukan oleh Jokowi-Ahok dalam pemilihan umum putaran kedua memang membuahkan hasil yang sangat besar.  Kampanye yang dilakukan oleh pasangan ini berhasil membuat masyarakat DKI Jakarta memilihnya, hasil quick count atau hitung cepat yang dilakukan oleh beberapa lembaga survey menunjukkan bahwa pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama lebih unggul beberapa persen dari Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.  Walaupun penghitungan dari hasil cepat menunjukkan Jokowi-Ahok memenangi pemilhan umum kepala daerah DKI Jakarta tahun 2012, Jokowi-Ahok tetap menunggu hasil dari Komisi Pemilihan Umum yang menggunakan penghitungan secara manual.
             Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta kemenangannya dalam pemilihan umum putaran kedua melawan pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.  Meskipun waktu untuk pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur sempat tertunda, acara pelantikan yang digelar pada hari Senin, 15 Oktober 2012 berjalan dengan hikmat dan sederhana dengan anggaran sebesar Rp 500 juta dari sebelumnya sempat dianggarkan Rp 1 miliar.
Keberhasilan yang didapat oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama dalam pemilihan umum kepala daerah DKI Jakarta merupakan hasil dari pemilihan masyarakat yang berlangsung secara demokrasi.  Masyarakat DKI Jakarta hanya menginginkan pemimpin yang dianggap mampu membawa DKI Jakarta menjadi kota yang lebih baik.  Masyarakat menilai Joko Widodo dan Basuki Tjahaj Purnama adalah pasangan yang bisa dijadikan figur seorang pemimpin, pasangan ini memiliki sifat sederhana yang melekat pada diri mereka, rasa kemanusiaan yang tinggi yang coba ditunjukkan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama melalui pendekatan langsung ke masyarakat dan menganggap masyarakat sebagai keluarga berhasil membawa pasangan ini melaju sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012/2017.  Hal ini menunjukkan bahwa, seorang pemimpin yang mempunyai kekayaan dan dukungan dari parta-partai besar tidak akan mempengaruhi suara masyarakat.
Kesimpulan
            Kampanye tampaknya menjadi bagian penting dalam setiap pemilihan umum yang dilakukan oleh daerah-daerah yang akan melakukan pencarian kepala daerah baru.  Para kandidat dan partai politik berlomba untuk melakukan kampanye besar-besaran dengan menggunakan dana yang seharusnya bisa dijadikan dana untuk pengalokasian ke masyarakat kelas bawah.  Sistem kampanye seperti ini hanya akan menguntungkan pihak-pihak yang memiliki kemampuan besar khususnya kemampuan dibidang keuangan.  Tahapan kampanye tanpa didukung oleh pemahaman yang baik dari para kandidat hanya akan terlihat seperti pesta umbul-umbul, spanduk, dengan berbagai slogan dan janji-janji kampanye.
          Pesta umbul-umbul yang terjadi disetiap kampanye dalam pemilihan umum kepala daerah berlangsung disetiap daerah.  Kota Jakarta sebagai Ibukota negara pun tak luput dari kegiatan kampanye yang berupa pesta umbul-umbul.  Pada pemilihan umum kepala daerah DKI Jakarta yang akan dilaksanakan pada tanggal 11 Januari 2012, kampanye-kampanye seperti itu sudah terjadi diawal masa kampanye.  Para kandidat berlomba untuk menempelkan spanduk diberbagai tempat yang berada dipenjuru kota JakartaNamun, tidak semua kandidat calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta melakukan hal seperti itu.  Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama yang didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) memilih cara kampanye yang benar-benar berbeda dari kandidat lainnya.
            Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama lebih mengedepankan komunikasi langsung dengan masyarakat, hal ini dilakukan untuk lebih mengefisiensikan waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat Jakarta.  Pasangan ini juga tidak menggunakan spanduk yang bisa mengakibatkan dana yang seharusnya bisa dipergunakan untuk kepentingan lain terpakai, cara ini juga bertujuan untuk mengurangi keadaan Jakarta yang sudah mulai penuh oleh spandu-spanduk kandidat lain.  Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama hanya membutuhkan hal yang bisa dijadikan ciri khas pasangan ini, dan hal tersebut adalah baju kotak-kotak yang selalu mereka pakai. 
            Strategi kampanye sederhana yang memiliki kreatifitas tinggi terbukti membawa Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama menang dalam pemilhan Gubernur dan  Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk period 2012/2017.  Strategi seperti ini seharusnya bisa dijadikan contoh untuk calon pemimpin disetiap daerah, agar bisa melakukan kampanye dengan baik.  Masyarakat Indonesia cerdas untuk melakukan pemilihan mengenai kepala daerah.  Mereka tidak akan memilih calon hanya karena wajah mereka terpampang di spanduk-spanduk yang ada di jalanan, masyarakat hanya akan memilih calon pemimpinnya yang mempunyai tanggung jawab tinggi mengenai tugas yang akan diterimanya menjadi pemimpin masyarakat, bukti konkrit kinerja para calon menjadi faktor yang digunakan oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Kaelan, M.S. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: PARADIGMA Yogyakarta, 2010.
Taufani Bernard. Jokowi From Zero to Hero. Jakarta: Buku Pintar, 2012.
Yogaswara.A, dkk. Jokowi-Ahok Pemimpin yang Biasa-biasa Saja. Yogyakarta:  Media Presindo, 2012.
 “Strategi Kampanye Jokowi Kalahkan Foke”.  Diakses pada tanggal 7 November 2012. Blospot.com
“Jurus Baru Kampanye Jokowi Anti Marketing”.  Diakses pada tanggal 7 November 2012. Metronewsviva.co.id

“Jokowi  Kampanye Tanpa Spanduk”.  Diakses pada tanggal 7 November 2012.  Suaramerdeka.com

“Strategi Pemenangan Jokowi Basuki”,  Diakses pada tanggal 7 November 2012.  Kompas.com
“Kampanye Politik dalam Pemilu”.  Diakses pada tanggal 13 Desember 2012.  Wordpress.com
“Belajar dari Kampanye Hemat Ala Jokowi-Ahok”.  Diakses pada tanggal 13 Desember 2012.  Tribunnews.com
“Reposisi Peran Pemerintah dalam UU Pemerintahan Daerah”.  Diperbaharui oleh Ikhwan Mansyur Situmeang pada tanggal 22 September 2011.  Diakses pada tanggal 7 Januari 2013.  Kompasiana.com
 “Headline Kampanye 6 Kandidat Cagub Cawagub DKI 2012”.  Diperbaharui oleh Syaifud Adidharta pada tanggal 29 Juni 2012.  Diakses pada tanggal 8 Januari 2012.  Kompasiana.com
m.kompasiana.com/post/politik/2012/06/29/headline-kampanye-6-kandidat-cagubcawagub-dki-2012/
“11 Juli 2012, Pemilu DKI Jakarta”.  Diperbaharui pada tanggal 15 Desember 2011. Diakses pada tanggal 8 Januari 2013. Tempo.co
“Pernyataan Jakarta Tetap Sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia dengan Nama Jakarta”.  Diakses pada tanggal 8 Januari 2013.  http://ngada.org
ngada.org/uu10-1964.htm
“Arti Baju Kotak-kotak Bagi Jokowi”.  Diperbaharui oleh Renne R.A Kawilarang pada tanggal 26 Maret 2012.  Diakses pada tanggal 10 Januari 2013. Vivanews.co.id
m.news.viva.co.id/news/read/299198-arti-baju-kotak-kotak-bagi-jokowi
“Dana Kampanye Rp 16 Miliar, Ini Reaksi Jokowi”.  Diakses pada tanggal 10 Januari 2013.  Tempo.co
m.tempo.co/read/news/2012/08/03/228421246/Dana-Kampanye-Rp-16-Miliar-Ini-Reaksi-Jokowi
“Pilkada DKI Putaran Kedua Digelar 20 September”.  Diakses pada tanggal 10 Januari 2013.  Tempo.co
            m.tempo.co/read/news/2012/07/12/228416555/Pilkada-DKI-Putaran-Kedua-Digelar-20-September/
“Belajar dari Kampanye Jokowi”.  Diakses pada tanggal 10 Januari 2013.  Kompasiana.com
“Kampanye Putaran II Foke vs Jokowi Digelar 14-16 September”.  Diakses pada tanggal 10 Januari 2013.  Detik.com
“Jokowi Siapkan ‘Umpan Panjang’ untuk Putaran Kedua”.  Diakses pada tanggal 10 Januari 2013.  Republika.co.id
“Rahasia Kemenangan Jokowi”.  Diakses pada tanggal 7 Januari 2013.  Vivanews.co.id
“Jokowi Pemimpin yang Mampu Memecah Keheningan dan Menerobos dengan Gebrakan.  Diperbaharui oleh Stefanus Yohanes pada tanggal 3 September 2012.  Diakses pada tanggal 11 Januari 2013.  Kompasiana.com
 “Jokowi: Tidak Ada Strategi di Putaran Kedua”.  Diperbaharui pada tanggal 21 Juli 2012.  Diakses pada tanggal 10 Januari 2013.  Tempo.co
 “Banyak Calon, Pilkada DKI 2012 Lebih Berkualitas Daripada 2007”. Diperbaharui oleh Ramdhan Muhaimin pada tanggal 22 Maret 2012.  Diakses pada tanggal 10 Januari 2013.  Detik.com
“Mungkinkah Hasil Quick Count Berbeda dengan KPUD?”.  Diakses pada tanggal 10 Januari 2013.  Pilkada2012.com

No comments:

Post a Comment