Friday, November 7, 2014

Proses Pemilihan Kepala Desa Di Desa Padek Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang

Artikel ini akan membahas tentang penerapan demokrasi pada kalangan masyarakat pedesaan. Khususnya masyarakat desa Padek kecamatan Ulujami kabupaten Pemalang. Pada masyarakat itu yang umumnya masyarakat tamatan pendidikan dasar kurang menyadari apa hakikat dari demokrasi. dalam  pemilihan kepala desa itu ada 2 calon yang dicalonkan menjadi kepala desa, yaitu Minaroh dan Hartoyo. Mereka bersaing untuk mendapatkan suara warga desa yang terletak di pesisir pantai utara jawa. Ada yang menggunakan cara politik yang cerdas dan beretika, adapula yang menggunakan politik praktis yang tak beretika. Mulai dari money politic, kolusi, korupsi, dan nepotisme. Ternyata hal itu tidak hanya terjadi dikalangan elit Indonesia. budaya yang tidak baik sudah mengakar di masyarakat indonesi. Pengetahuan warga masyarakat yang sangat minim menjadi kendala penanggulangna masalah ini. Umumnya warga desa itu berpendidikan tamatan sekolah dasar. Dan memilih untuk melanjutkan kerja. Warga masyarakat desa yang berpengetahuan kurang dimanfaatkan oleh oknum yang mengejar kekuasaan. Warga masyarakat desa itu tidak menyadari bahwa mereka telah diperdayakan oleh oknum tertentu. Warga seharusnya menyadari bahwa untuk kemajuan desa mereka sendiri harus dimulai dari kesadaran memilih pemimpin yang beretika. Pemimpin yang menggunakan uang untuk meraih kekuasaan, nantinya akan memanfaatkan kekuasaan untuk meraih uang. Korupsi pada zaman sekarang sudah merambah desa. Mulai proyek PNPM sampai raskin bisa jadi obyek korupsi.

Pendahuluan
Setelah reformasi 1998 demokrasi adalah hal yang paling sering kita dengar baik di televisi, koran, buku- buku pelajaran, dan diskusi di perkuliahan. Banyak kajian yang dilakukan oleh para ahli negara tentang demokrasi. Demokrasi sudah tidak asing bagi warga Indonesi. Demokrasi sudah melekat pada kehidupan warga Indonesia pada era reformasi.
Demokrasi adalah sistem pemerintahan dimana rakyat berperan aktif dalam sistem pemerintahan. Contohnya seperti pemilihan umum, mulai dari pemilihan presiden sampai pemilihan kepala desa. Dalam pemilihan presiden sampai pemilihan kepala daerah sudah tersorot oleh media. Namun berbeda dengan pemilihan kepala desa yang tidak mudah tersorot oleh media. Tidak terlihat oleh masyarakat umum. Atau bahkan tidak penting untuk diperhatikan.
Dalam pemilihan kepala desa, apalagi di desa yang bisa di katakan terpencil seperti desa Padek kecamatan Ulujami kabupaten Pemalang, terjadi hal- hal yang menarik untuk dibahas dan di kaji lebih dalam. Beberapa kasus yang sering muncul adalah politik uang, kolusi, nepotisme, dan praktek mafia pedesaan. Dalam penulisan karya ini bertujuan untuk mengulas tentang permasalahan pilkades, terutama yang terjadi di desa Padek kecamatan Ulujami.
Permasalahan pilkades yang begitu kompleks menarik sekali untuk di bahas. Banyak permasalahan yang berbeda- beda pada setiap daerah atau desa. Setelah penulisan jurnal ini diharapkan masyarakat akan timbul kesadaran politiknya. Terutama pada masyarakat bawah dan politik mereka sendiri.
Proses Pilkades di Desa Padek
Desa ialah suatu kesatuan hukum, dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasamengadakan pemerintah sendiri. Pemerintah desa dijalankan oleh masyarakat desa tersebut yang SDM seadanya. Akan tetapi desa yang berada di perkotaan, yang biasanya disebut kelurahan, lebih mempunyai SDM yang mumpuni dibandingkan masyarakat desa yang jauh dari kota. Perbedaan itu disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan disuatu desa mempengaruhi sistem perpolitikan desa tersebut.
Desa padek kecamatan ulujami kabupaten pemalang adalah desa yang terletak di pinggirak kabupaten pemalang. Sebuah desa yang kecil dipinggiran kota kecil pula. Kondisi masyarakat desa tersebut adalah desa pertanian. Hampir setengah dari masyarakat desa merantau ke kota , yang mayoritas ke Jakarta. Bahkan ada sebuah daerah disebuah kampung di jakarta yang dihuni oleh banyak keluarga perantauan desa Padek. Umumnya mereka adalah pemuda- pemudi warga desa yang hanya tamatan SD. Warga desa tersebut lebih memilih untuk langsung bekerja daripada melanjutkan sekolah.
Pada tanggal 16 Desember lalu desa padek telah mengadakan Pemilihan kepala desa. Pemilihan tersebut serentak diadakan oleh pemerintah kabupaten pemalang. Bersama dengan desa- desa yang lain. Kondisi desa yang tadinya sepi karena warganya kebanyakan merantau dan bekerja di luar desa, kemudian menjadi ramai dan penuh dengan konflik.
Proses pemilihan kepala desa sudah dimulai sejak 6 bulan sebelum pemilihan tersebut dilakukan. Ditandai dengan surat peringatan yang dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa unyuk kepala desa bahwa masa jabatan kepala desa akan segera berakhir. Kemudian BPD membuat panitia pemilihan kepala desa. Kemudian calon- calon bermunculan. Yang kemudian dicalonkan kembali adalah ibu Minaroh yang juga masih menjabat sebagai kepala desa. Lawannya adalah bapak Hartoyo seorang petani. Karena sudah tahu akan kabar pencalonan tersebut warga kemudian selalu berkumpul di kediaman dua calon kepala desa tersebut. Konsekuensi dari pencalonan kepala desa adalah setiap malem mereka harus menyambut warga desa yang datang hanya sekedar berkunjung dan menyampaikan dukungan. Setiap malam calon harus Hal ini berlangsung setiap malam sampai pemilihan berlangsung. Warga desa biasa menyebut ini sebagai reketek.
Konflik Kepentingan
Kondisi kedua calon itu sangat berbeda. Hartyo dengan kondisi ekonomi yang pas- pasan karena dia hanya seorang petani, berbeda dengan Minaroh seorang istri seorang jaksa. Dengan uang yang melimpah mudah bagi Minaroh untuk “memberi makan” para pendukungnya setiap malam. Sehingga rumah Minaroh lebih ramai di datangi para warga. Warga setempat berpikiran bahwa siapa yang memberi makan sekarang maka di ikuti.
Begitu banyak uang yang dikeluarkan oleh para calon kepala desa sehingga mereka membuat hitung- hitungan, seberapa yang dikeluarkan sekarang harus sebanding dengan yang didapatkan nanti. Hal ini yang menyebabkan mereka brani mengeluarkan uang banyak. Setiap calon kepala desa terpilih akan mendapatkan tanah bengkok sebesar 8 hektar. Ini adalah jumlah yang cukup besar didesa itu.
Sebenarnya bukan bengkok yang mereka rebutkan, akan tetapi kehormatan sebagai kepala desa. Di sebuah desa kecil seperti desa Padek, kepala desa bukan hanya mengangkat derajat dirinya sendiri, tapi juga mengangkat derajat dari keluarganya. Jadi, penentu kemenangan dari para calon bukan hanya seberapa uang yang dikeluarkan akan tetapi juga seberapa besar keluarga yang dia miliki. Masyarakat desa yang masih mengutamakan sistem kekeluargaan menjadi strategi politik yang tepat untuk memanfaatkan keluarga sebagai team suksesnya dan mengajak semua anggota keluarga.
Strategi yang dilakukan oleh calon Hartoyo adalah dengan mendekati para kaum pemuda yang di iming- imingi dengan hasil sawah bengkok yang setengah bahu digunakan untuk sarana olah raga pemuda desa dalam hal ini lapangan sepak bola. Hartoyo tidak banyak mengeluarkan uang, karena tahu bahwa tidak akan menang kalau masalah uang. Sementara itu, minaroh yang mempunyai harta banyak, terbukti dari rumahnya yang paling besar di desa itu, mendapatkan banyak pendukung dari kalangan birokrasi desa. Bahkan disini terliahat bahwa panitia yang seharusnya netral, ikut berkampanye. Apapun dilakukan untuk mendapatkan kehormatan itu.
Para calonpun mendapatkan banyak sumbangan dana dari para penjudi yang disebut Pemboto, yaitu orang yang bertaruh untuk kemenangan salah satu calon. Untuk memenangkan judi itu mereka rela menyumbangkan uang untuk kepentingan kampanye para calon. Sehingga jika calon itu menang maka para pemboto juga ikut untung.
Pemilihan kepala desa yang akhirnya dimenangkan oleh Minaroh. Beberapa faktor yang menyebabkan kemenanganya antara lain: mempunyai modal yang besar, mempunyai dekengan dari penjabat- penjabat desa, kekuasaan Muhamad suaminya Minaroh sebagai jaksa. Seorang jaksa di Pemalang menjadi penguasa bayangan bagi pemerintahnya. Mulai dari birokrasi tingkat rt sampai pemda setingkat kepala dinas, sehingga para PNS yang dibawah dinas bermasalah, seperti dinas pendidikan Pemalang, tidak bisa mendukung ataupun berkutik. Karena mereka semua “diancam” untuk tidak ikut campur dalam masalah pemilihan kepala desa ini.
Sebenarnya kecurangan- kecurangan sangat jelas terlihat, seperti membeli surat undangan para warga yang mendukung Hartoyo, otomatis warga yang tidak punya kartu undangan tidak bisa mencoblos. Hal ini dilakukan pada dini hari sebelum hari pencoblosan. Namun tetap kelihatan jelas karena sudah tradisi sebelum pemilihan kepala desa selalu ada acara lek- lekan (begadang), namun warga tidak bisa apa- apa karena warga takut terhadap kekuasaan Muhamad. Warga yang umumnya tamatan SD masih berfikir uanglah lebih penting dari pada siapa yang menjadi kepala desa. Sudah menjadi hal yang biasa di negara kita kolusi, korupsi, nepotisme. Warga yang tak punya daya upaya hanya bisa berbicara ditempat- tempat mangkal tanpa ada yang bisa berbuat apa- apa. Para kaum intelektual desa dibungkam oleh kekuasaan yang lebih besar. Kebudayaan ini sudah mengakar dari nasional sampai pedesaan.

Penutupan
Demokrasi sudah melekat pada seluruh kalangan di Indonesia, mulai dari tingkat nasional sampai tingkat desa. Pemilihan kepala desa adalah contoh demokrasi pada tingkatan desa. Namun beberapa kalangan belum mengerti terhadap hakikat demokrasi itu sendiri. Pemilihan kepala desa yang dilakukan di desa Padek pada tanggal 16 Desember 2012 kemarin menjadi contoh kasus bahwa masyarakat desa belum sepenuhnya memahami arti dari demokrasi. Ditandai dengan banyaknya kecurangan yang ada, mulai dari KKN, money politic, dan kecurangan- kecurangan yang memanfaatkan ketidak tahuan dari masyarakat desa. Sosialisasi tentang pentingnya pendidikan bagi warga desa adalah hal yang sangat penting pada zaman modern.

Bibliography

Kartohadikoesoemo, Soetardjo. Desa. Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984.
safa'at, Muchamad Ali. Pembubaran Partai Politik. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011.
Suprayitno. Pemilu dari Masa ke Masa. Jakarta: PT Teguhpertiwi Mandiri, 1993.

No comments:

Post a Comment